serba neka
DUNIA DANGDUT


DAFTAR ISI
dangdut koplo
gelar diskusi Inul
goyang taklukan
bahasa tubuh
kata artis-artis
menggoyang rezeki
jangan jauh-jauh dari Inul
Forum Inulitas
Webmaster

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/06/jatim/117108.htm 

Goyang Pinggul Inul Taklukkan Pasar 

Kamis, 06 Februari 2003 - Surabaya, Kompas

Goyang pinggul, goyang dada, dan lirikan mata menggoda merupakan ekspresi politik tubuh yang digunakan penyanyi dangdut Indonesia. Termasuk di antaranya yang dilakukan penyanyi Inul Daratista, sebagai alat menaklukkan pasar dan mengikat pelanggan (baca, pemirsa/penikmat kesenian).

Demikian dikatakan Dr Ayu Sutarto, ahli humaniora Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember dalam diskusi di Surabaya, Rabu (5/2) malam. Ia menyampaikan dalam makalahnya berjudul "Goyang Inul dan Pengadilan Budaya", yang disampaikan pada diskusi bertajuk "Fenomena Inul" di Gedung Balai Pemuda Surabaya.

Menurutnya Inul tidak sendirian, Elvie Sukaesih, misalnya, tercatat sebagai penyanyi dangdut senior yang berhasil mengekspresikan politik tubuhnya dengan apik tanpa harus mendapat respons negatif para penggemarnya. Goyang pinggul dan lirikan mata Elvie masih dianggap santun.

Hal serupa dialami Camelia Malik. Goyang pinggul dan goyang dada pelantun lagu Colak Colek ini, yang konon terilhami goyang jaipong, cukup mempesona, dan tidak dituduh berbau asusila.

"Namun, goyang pinggul Inul bernasib lain. Goyangannya yang sangat unik bukan hanya menuai decak kagum penggemarnya, melainkan juga mengundang protes beberapa elemen masyarakat karena dinilai merusak moral bangsa," kata Ayu.

Menurut Ayu, masyarakat penggemar Inul terbelah menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang memberikan respons positif. Kelompok ini dengan sukacita menikmati dan memahami ekspresi seninya. Kelompok kedua, mereka yang memberikan respons negatif karena menganggap goyang Inul sebagai respresentasi simbolis dari suatu entitas yang asusila.

"Inul menjadi sebuah fenomena sosiokultural yang diperhitungkan. Namun, siapa pun dan seperti apa Inul, dia terlanjur diterima pasar sebagai komoditas laris manis dan pemuas kebutuhan manusia akan kreasi estetik simboliknya," ujarnya.

Goyang Inul

Lebih jauh Ayu mengatakan, Inul berhasil memadukan musik dangdut dengan bahasa tubuh erotik-seksual yang berbeda dari penyanyi dangdut pendahulunya. Goyang Inul yang unik mampu menggeser ke pinggir goyang jaipong dan goyang dombret. Goyang pinggulnya sangat unik dan sensasional, sehingga menjadi komoditas yang dapat memangguk uang.

"Goyangnya juga tak tertandingi oleh goyang Jawatimuran yang lain, misalnya, goyang gandrung Banyuwangi atau goyang tayub dari Nganjuk dan Tuban," katanya.

Goyang pinggul Inul, yang dapat tanggapan luas dari masyarakat, merupakan prestasi Inul dalam menaklukkan pasar yang terkenal perkasa dan tidak berkompromi. "Bahkan, keunikan goyangnya membuahkan dua kosakata baru, yaitu ngebor dan molen (pencampur bahan beton)," kata Ayu.

Akhudiat, budayawan dalam makalahnya berjudul "Bahasa Tubuh" mengatakan, keingar-bingaran "Inal-inul" yang fenomenal karena dia meng-obsolete bintang-bintang dangdut yang mengangap diri mereka mapan. Dalam produk kebudyaan massa tidak ada yang benar-benar mapan, semua yang ada "sedang". Wajah baru sudah siap mengganti, meng-aus-kan, meng-obsolete. Dan, di belakangnya sudah banyak yang antre ganti mengudeta.

"Barangkali untuk Inal-inul lebih tepat istilahnya coup de theatre; perubahan peristiwa yang dramatik dan sensasional," kata Cak Diat.

Dikatakan, sebenarnya, ada dua event pararel tentang goyang menggoyang di Jakarta. Para mahasiswa menggoyang Megawati-Hamzah Haz, dan Inal-inul menggoyang ratu-ratuan di kerajaan dangdut.

Tapi, coup de theather Inal-inul lebih menghebohkan karena dalam kerangka hiburan. Sedang demo para mahasiswa lebih nggegirisi atau gege-mongso karena bayangan malapetaka akibat kerusuhan serta dampak sosial-politiknya.

"Di tengah kemarahan dan acungan serta teriakan para demonstran, kota dihibur oleh 'bahasa tubuh' Inal-inul yang menimbulkan beragam komentar," katanya.


Sam Abede

Salah seorang pembicara lain, Dr Sam Abede drs MM, pengajar jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo tegas-tegas menyebutkan bahkan Inul layak disebut sebagai sebuah "fenomena". Sam Abede yang mengaku sudah mengenal Inul sejak masih "merintis karier" atau belum terkenal di dunia panggung ini menyebutkan, saat ini tidak ada seorang pun penyanyi di dunia yang mampu menyamai Inul.

"Inul layak disebut fenomena karena hanya dia satu-satunya penyanyi yang memiliki kekhasan penampilan, yang diwujudkan dalam goyangannya itu," tandas Direktur Pascasarjana Unitomo tersebut.

Maka, tatkala sejumlah pihak memutuskan "mencekal" si pegoyang dangdut untuk tampil di sejumlah tempat, Sam Abede hanya bisa berkomentar, "Seperti masa lalu saja, tatkala kita belum bebas untuk menentukan tontonan apa yang akan kita nikmati."

Ucapan yang agak pedas itu merujuk pada kenyataan, bahwa meski oleh sebagian kalangan Inul diemohi, ia tetap penyanyi dangdut yang mampu menghadirkan magnet lewat penampilan di video compact disc (VCD) bajakan. Bahkan, live show-nya selalu dipadati pengunjung, yang notabene penggemar goyangan Inul.

Tak kurang, kehadiran Inul Daratista yang menyulut sebuah barometer tersendiri dalam nilai sebuah kepopuleran penyanyi dangdut-yang saat ini sudah mulai tampak melalui "lomba goyang mirip Inul"-membuat Sam Abede menelaah fenomena tersebut dalam sebuah tulisan.

Baginya, kondisi ini menarik, karena seorang Inul, yang merambat pelan di sejumlah diskotek pada awal kariernya, saat ini mampu menjadi artis dangdut yang dipuja sebagian orang dan disebut dengan nada sedikit "nakal".

"Sayangnya, Inul terlalu lambat naik. Saat ini, usianya sudah tidak muda lagi. Saya perkirakan, tiga tahun lagi era Inul akan berganti," ucap Sam Abede yakin.

Dangdut Inal-inul bukan lagi dangdut kata-kata. Sudah lama dangdut kurang peduli atau memperhatikan syair dan lagu, tapi menekankan goyangannya, jadi Inal-inul hanya melanjutkan perkembangan terkini, termasuk "saweran" ke panggung pertunjukkan langsung.
(TIF/IDR)

Forum Inulitas

Hosted by www.Geocities.ws

1