Home | Film

Figur Kristus di Layar Perak

Dengan The Passion, film tentang sengsara penyaliban Yesus yang sudah mengundang kontroversi sebelum beredar, Mel Gibson menambah deretan panjang film-film Yesus. Dalam khasanah ini, antara lain, ada Jesus dari Campus Crusade, film yang paling banyak ditonton orang dan saat ini telah diterjemahkan ke dalam 830 bahasa, The Last Temptation of Christ yang kontroversial itu, dan Jesus of Nazareth dengan Yesus yang bermata biru.

Namun, selain film-film yang mengacu pada sosok Yesus dalam kitab Injil, ada pula sekian banyak film yang menampilkan figur Kristus. Khasanah ini tidak kalah menarik pula untuk ditengok.

Apakah yang dimaksudkan dengan figur Kristus itu? Sederhana saja, figur Kristus adalah tokoh-tokoh yang mewujudkan aspek-aspek kehidupan, perbuatan atau sikap Kristus, sang juruselamat. Dalam Perjanjian Lama, kita dapat menemukan contoh-contoh seperti Musa, Daud, Boas, Yunus dan Simson. Mereka bukannya tokoh-tokoh tanpa dosa, namun aspek tertentu dalam kehidupan mereka mewakili sosok Kristus secara simbolis.

Di layar perak, figur Kristus bermunculan sejak era film bisu hingga genre fiksi ilmiah. Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, tokoh-tokoh yang tampil sebagai figur Kristus ini tidak selalu sesosok "orang kudus" yang sempurna, malah bisa jadi seorang pendosa yang mencolok.

Untuk pembicaraan ini, saya akan membatasi pada film-film yang VCD originalnya telah beredar di Indonesia.

***

Charlie Chaplin, berperan sebagai Si Gelandangan dalam film terbaiknya, City Lights, menampilkan salah satu figur Kristus paling menyentuh. Si Gelandangan mewakili sosok yang terpinggirkan. Temannya adalah orang-orang yang tidak (dapat) melihatnya: milyuner mabuk yang saat sadar tidak mengenalinya lagi, dan gadis buta penjual bunga.

Ia membangkitkan harapan mereka: bahwa bagaimanapun hidup ini layak dijalani. "Besok burung-burung akan berkicau," katanya pada si milyuner, seperti terbaca pada title card. Ia menyelamatkan milyuner itu dari beberapa usaha bunuh diri. Ia juga berusaha mati-matian mencari uang, antara lain dengan mengikuti pertandingan tinju-bayaran (adegannya sangat mengocok perut!), untuk menolong si gadis menjalani operasi mata.

Dengan uang dari Si Gelandangan, gadis itu bukan hanya mengalami kesembuhan, namun juga bisa membuka toko bunga. Si Gelandangan malah masuk penjara karena secara keliru dituduh melakukan perampokan. Sekeluarnya dari penjara, dalam keadaan compang-camping, diejek anak-anak nakal, ia berdiri di depan toko si gadis. Melihatnya, gadis itu tertawa geli, menawarinya uang, dan memberinya bunga. Ketika menyentuhnya, barulah gadis itu sadar, gelandangan inilah, bukan seorang milyuner seperti yang dibayangkannya, dermawan penolongnya.

Gambar terakhir – memperlihatkan Si Gelandangan dengan bunga mawar di mulutnya – secara kuat melambangkan kasih ilahi: sosok yang ditolak oleh manusia, namun sebenarnya telah mengurbankan dirinya untuk menyelamatkan kita.

Dalam genre komedi-romantis ini, ada pula tokoh ayah dalam Life is Beautiful (Roberto Benigni). Guido bukan hanya melindungi anaknya dari horor kamp konsentrasi Nazi, namun juga menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan anaknya itu.

Ben Kenobi dalam Star Wars (George Lucas) menjadi sosok martir yang memiliki kuasa kebangkitan. "Kau tidak bisa menang, Darth," katanya pada Darth Vader. "Kalau kau membunuhku, aku justru akan menjadi jauh lebih kuat daripada yang bisa kaubayangkan."

Adapun Jack mengguncangkan tatanan sosial dan menyerahkan hidupnya bagi Rose dalam Titanic (James Cameron).

***

Figur Kristus juga bertebaran dalam film-film fantasi dan fiksi ilmiah. Karakter-karakter populer seperti Superman, The Iron Giant dan E.T. The Extra Terrestrial, semuanya turun dari "tempat tinggi" serta menimbulkan gejolak sosial dan spiritual.

Anton Karl Kozlovic menyebut Superman sebagai figur Kristus utama dalam kebudayaan pop Amerika. Dalam eseinya di situs Journal of Religion and Film, ia menyebutkan 20 paralel antara Superman dan Kristus. Richard Donner, sutradara Superman: The Movie mengakui hubungan ini. "Ketika Brando [pemeran ayah Superman] mengutus Superman ke bumi dan berkata, 'Aku mengutus anakku yang tunggal,' itu seperti Allah mengutus Kristus ke bumi," jelasnya.

E.T. The Extra Terrestrial (Steven Spielberg) menggambarkan alien yang dapat menyembuhkan dengan sentuhan jarinya, mati dan bangkit kembali. Sebelum pulang ke 'rumah'-nya nun di angkasa sana, ia menyentuhkan jarinya ke dada Elliot dan berkata, "Aku akan ada di sini."

Robot-alien dalam film animasi The Iron Giant (Brad Bird) menyongsong torpedo di angkasa untuk menyelamatkan penduduk sebuah kota. Kepingan-kepingan tubuhnya yang terserak ke berbagai penjuru ternyata hidup kembali, dan mulai bergerak untuk bersatu dengan kepalanya. Fantastis!

Babe: Pig in the City (George Miller), sekuel Babe, menampilkan figur Kristus dalam sosok, astaga, seekor babi yang bisa berbicara! Ia membangun komunitas dengan menerima kaum yang terpinggirkan. Ia menyelamatkan seekor anjing yang membencinya, dan mendirikan kerajaan 'baru' di muka bumi. Dalam salah satu adegan, si babi mengadakan 'perjamuan kudus'!

Neo dalam The Matrix's (Andy dan Larry Wachowski), meski lumayan kontroversial, juga kerap dianggap sebagai figur Kristus. Sosok lainnya dapat kita temukan dalam The Lord of the Rings dan serial Harry Potter.

***

Figur Kristus juga muncul di tempat yang tak terduga: rumah sakit jiwa dan penjara bagi orang-orang yang menunggu hukuman mati.

Randle Patrick McMurphy dalam One Flew Over the Cuckoo's Nest (Milos Forman) membawa angin segar ke sebuah rumah sakit jiwa, yang dikelola dalam gaya Farisi oleh Suster Ratched. Ia membawa para penghuni memancing di laut dan menggugah perubahan hidup dalam diri Billy dan Chief.

The Green Mile (Frank Darabont) menampilkan John Coffey (= Jesus Christ?), yang dilemparkan ke penjara karena suatu tuduhan palsu. Ia memiliki kekuatan supernatural untuk menyembuhkan dan menghidupkan kembali. 'Murid' pertamanya, Paul, berumur panjang (= hidup kekal?). Akhir hidup Coffey, menurut kritikus Roger Ebert, "mengingatkan kita pada hukuman mati lain yang dilakukan sekitar 2.000 tahun lalu."

***

Bukan hanya monopoli Hollywood, figur Kristus ternyata dapat ditemukan pula dalam sejumlah film Asia.

Dalam No One Less (Zhang Yimou), Wei, seorang guru pengganti, diingatkan untuk menjaga, agar jumlah muridnya tidak berkurang satu pun. Ketika salah seorang muridnya pergi mencari kerja di kota besar, gadis belia ini memutuskan untuk menyusul dan membawanya pulang. Tidak gampang. Ia harus mengumpulkan uang untuk membeli tiket bus. Wei pun mengerahkan seluruh kelas untuk bekerja memindahkan batu bata di pabrik setempat. Perjalanannya mencari Zhang ini tak ayal mengingatkan kita pada perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang.

Sosok Bhuvan, pemuda yang membebaskan desanya dari pajak bumi yang dikenakan pemerintah kolonial Inggris dalam Lagaan: Once Upon Time in India, juga dapat dipertimbangkan.

Three Seasons, garapan sutradara Amerika kelahiran Vietnam, Tony Bui, merangkaikan tiga kisah yang berlangsung di Ho Chi Minh City. Bagian yang paling menyentuh melibatkan Hai, seorang tukang becak, dan Lan, seorang pelacur. Suatu hari Lan bermimpi ingin menikmati satu malam di kamar hotel ber-AC seharga 50 dolar. Hai berhasil mendapatkan uang dengan memenangkan lomba mengayuh becak. Lan tentu saja berterima kasih, namun sekaligus dengan getir berusaha menampik uluran cinta tulus Hai. "Jangan kau paksa aku merasakan apa yang tidak mampu lagi kurasakan," katanya.

Kemudian, kita disuguhi adegan yang amat liris. Hai membawa Lan ke sebuah boulevard yang diteduhi pepohonan rindang. Lan mengenakan baju pengantin seputih bunga lotus. Dan, lihatlah, bebungaan musim semi mengguyur mereka dari langit....

***

Menemukan figur Kristus di layar perak merupakan pengalaman yang tak terduga dan mengasyikkan. Rasanya kita perlu menyimak dengan lebih cermat media yang populer dan berpengaruh ini.

Nah, barangkali gereja Anda berminat menggelar festival film figur Kristus! *** (13/8)

Dimuat di Bahana, Desember 2003

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1