| Home | Film Favorit | |||
Braveheart tidak mesti berteriak hingga urat lehernya tegang, melontarkan kapak, dan hidungnya bergetar oleh aroma perang. Pahlawan pemberani yang satu ini menyanyi, menari dan bermain cricket (kasti Inggris). Namanya Bhuvan. Desanya tengah didera kemarau panjang hingga rakyat tidak mampu membayar lagaan (pajak bumi) kepada maharaja setempat, yang nantinya sebagian besar akan diserahkan pada pemerintah Inggris. Ketika mereka dipaksa membayar lagaan dua kali lipat, muncul kesempatan tak terduga. Bhuvan ditantang bertanding cricket oleh Kapten Russell dengan taruhan: kalau menang, mereka akan dibebaskan dari kewajiban membayar lagaan selama tiga tahun; kalau kalah, mereka harus membayarnya tiga kali lipat.Semula Bhuvan dianggap gila dan hanya akan memperburuk nasib rakyat. Dengan "kebenaran dan keberanian", ia mulai merekrut anggota timnya dan memperoleh dukungan penduduk satu demi satu – dengan diiringi lagu! (Bagian ini mirip kisah Daud di gua Adulam, ketika "setiap orang yang dalam kesukaran" bergabung dengannya.) Salah satu anggota "pasukan"-nya adalah Kachra, penyandang cacat yang justru sanggup melemparkan bola dengan pelintiran maut. Tentu saja ada pula pengkhianat ala Yudas Iskariot. Ketika penduduk mengamuk hendak membunuhnya, Lakha bersembunyi di kuil tengah desa yang ternyata juga berfungsi sebagai semacam "kota perlindungan" (mengingatkan pada konsep "pencelik mata"-nya Don Richardson). Puncaknya, pertandingan tiga hari yang seru sekaligus
getir: bagi satu pihak, ini hanya sebuah permainan dan kepongahan
rasialis; bagi pihak lainnya, ini perjuangan hidup atau mati. Dalam
3 jam 45 menit, dengan plot lempang, tokoh-tokoh yang gampang ditengarai,
cinta segitiga, akting melodramatis, lanskap menawan, kostum semarak (sari
warna-warni itu!) dan taburan 6 lagu (masing-masing sekitar 10 menit)
berkoreografi rancak, Lagaan benar-benar sebuah tamasya ke "dunia
lain". Once upon a time.... |
|||
|
Home | Film Favorit | Email |
© 2003 Denmas Marto