Menyelamatkan
Darth Vader
"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang hilang." (Luk. 19:10) Betapa
terguncangnya Luke Skywalker ketika tahu bahwa Darth Vader itu ayahnya
sendiri, Anakin Skywalker, mantan kstaria Jedi yang membelot ke "sisi
gelap" dan kini menjadi antek Kaisar untuk menghancurkan sisa-sisa
ksatria Jedi. Perasaannya campur aduk. Orang-orang yang terdekat
dengannya pun mengatakan tak ada harapan lagi bagi Darth Vader dan
meminta Luke menjauhinya saja. Namun,
setelah bergumul, dan bahkan mengalami sendiri pencobaan untuk membelot
ke "sisi gelap", Luke mulai memandang ayahnya secara lain. Dan
begitulah, plot Star Wars Episode VI: Return of the Jedi bergerak
menjadi sebuah perjalanan misi. Luke
bertekad menyelamatkan ayahnya. "Karena... ada kebaikan di dalam
dirinya. Aku merasakannya. Ia tidak akan menyerahkan aku kepada Kaisar.
Aku dapat menyelamatkannya... aku dapat membuatnya berbalik kembali...
ke sisi baik. Aku harus mencoba," begitu alasannya. Putri
Leia membujuk Luke bahwa ia bisa saja menyelamatkan dirinya
dengan pergi menjauh dan membiarkan ayahnya hancur bersama kekaisaran.
Namun, Luke memilih untuk dengan suka rela menempuh bahaya demi
menyelamatkan ayahnya. Bukankah
itu esensi penginjilan? Kita cenderung berdoa
dan berharap agar orang-orang berdosa mau datang ke gereja. Yesus dan
jemaat mula-mula memberikan contoh sebaliknya: merekalah yang pergi ke
luar, bersaksi dan memenangkan orang-orang berdosa. Sebagai anggota tubuh Kristus, maukah kita melanjutkan
pelayanan-Nya untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang? Bersediakah
kita mengenakan kasut kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera?
*** © 2003 Denmas Marto |