Depan
Istilah Keris
Kerisologi
Eksoteri
Keris
Pamor
Keris
...
2
...
3
Seniman
Keris
Agenda
Buku
Keris
Kontak Java Keris
FAQ
Tips
Milis
Java Keris
Daftar
Web Keris
Buku Tamu
|
Tuah dan Perlambang
Banyak
penggemar keris yang mengkaitkan nama dan motif pamor dengan tuah keris atau
tombaknya. Untuk mengetahui sebuah keris atau tombak itu baik atau tidak
tuahnya, orang lebih dahulu akan mengamati jenis motif pamornya. Begitu pula
jika orang ingin tahu apa tuah atau manfaat keris itu, yang pertama kali
dilihat adalah pamornya. Itulah sebabnya, mengapa di kalangan penggemar keris
timbul istilah ‘membaca pamor’. Mereka menganggap bahwa tuah keris dapat
dibaca dari pamornya.
Anggapan itu tidak bisa disalahkan. Soalnya, seandainya pamor itu termasuk
jenis pamor tiban, gambaran yang muncul dianggap sebagai pratanda dari Tuhan
mengenai isi dan tuah keris itu. Jadi, motif atau pola yang tergambar pada
pamor itu dianggap sebagai petunjuk untuk memperkirakan baik buruknya keris
itu, sekaligus juga memperkirakan tuah apa yang terkandung di dalamnya.
Kalau
motif pamor itu tergolong pamor rekan, maka pamor itu akan direka oleh Sang
Empu sedemikian rupa sehingga bentuk gambarannya sesuai dengan niat empu, yang
dirupakan dalam doa adan mantera yang diucapkannya. Misalnya, jika Sang Empu
menginginkan keris buatannya mempermudah si pemilik untuk mencari rezeki, ia
akan membuat pamor Udan Mas, Pancuran Mas, Tumpuk, atau Mrutu Sewu. Tetapi
jika si empu ingin agar keris buatannya bisa menambah kewibawaan pemiliknya,
empu itu akan membuat keris dengan pamor Naga Rangsang, Ri Wader, Raja Abala
Raja, dan yang sejenis dengan itu.
Gambaran motif pamor adalah perlambang harapan. Harapan Sang Empu, sekaligus
juga harapan si pemilik keris.
Kira-kira sama halnya dengan gambaran rajah penolak bala. Atau mungkin serupa
pula dengan gambaran Patkwa yang oleh masyarakat keturunan Cina dipercayai
memiliki tuah sebagai penolak bala. Mungkin mirip juga dengan kepercayaan
sebagian orang Eropa yang menganggap bentuk ornamen ladam kuda (sepatu kuda)
sebagai bentuk yang dianggap bisa mengusir setan dan roh jahat.
Dalam budaya Jawa - mungkin juga dibilang budaya Indonesia, bentuk-bentuk
tertentu membawa perlambang maksud dan harapan tertentu pula.
Bentuk bulatan, lingkaran, garis lengkung, atau gambaran yang memberikan kesan
lumer, kental, tidak kaku, melambangkan
kadonyan atau kemakmuran duniawi,
kekayaan, rejeki, keberuntungan, pangkat, dan yang semacam dengan itu.
Bentuk gambaran garis yang menyudut, segi, patahan, seperti segi tiga, segi
empat, dan yang serupa dengan itu, dianggap sebagai lambang harapan akan
ketahanan atau daya tangkal terhadap godaan, gangguan, serangan, baik secara
fisik maupun nonfisik. Jika gambaran itu dirupakan dalam bentuk pamor, itu
melambangkan harapan akan kesaktian dan
kadigdayan.
Bentuk
garis lurus yang membujur atau melintang, atau diagonal, dipercaya sebagai
lambang harapan akan kemampuan untuk mengatasi atau menangkal segala sesuatu
yang tidak diharapkan. Pamor yang serupa itu dianggap dapat diharapkan
kegunaannya untuk menolak bala, menangkal guna-guna dan gangguan makhluk
halus, menghindarkan bahaya angin ribut dan badai, terhindar dari gangguan
binatang buas dan binatang berbisa. Misalnya, pamor Adeg.
Karena itulah, seorang empu sebenarnya juga bisa dibilang seniman yang
memahami bahasa perlambang, dan menggunakan gambaran pamor sebagai media
komunikasi.
|