Depan
Istilah Keris
Kerisologi
Eksoteri
Keris
Pamor
Keris
...
2
...
3
Seniman
Keris
Agenda
Buku
Keris
Kontak Java Keris
FAQ
Tips
Milis
Java Keris
Daftar
Web Keris
Buku Tamu
|
Jenis-jenis Pamor Keris
Ditinjau
dari teknik pembuatannya, dikenal adanya dua macam pamor, yakni pamor mlumah
dan pamor miring. Dibandingkan dengan pamor miring, pamor mlumah
relatif lebih mudah pembuatannya, dan resiko gagalnya lebih kecil. Itulah
sebabnya rata-rata nilai mas kawin (harga) keris berpamor mlumah lebih
rendah dibandingkan keris yang berpamor miring.
Ditinjau dari bagaimana terjadinya pamor itu, macam-macam motif pamor dibagi
dalam dua golongan besar, yakni pamor tiban atau pamor jwalana,
dan pamor rekan atau pamor anukarta. Yang digolongkan pamor tiban
adalah jenis motif atau pola gambaran pamor yang bentuk gambarannya tidak
direncanakan dahulu oleh si empu. Gambaran pola pamor yang terjadi bukan
karena diatur atau direkayasa oleh Sang Empu, dianggap sebagai anugerah Tuhan.
Pola pamor golongan ini di antaranya, Wos Wutah, Ngulit Semangka, Sumsum
Buron, Mrutusewu, dan Tunggak Semi.
Sedangkan yang digolongkan pamor rekan, adalah pamor yang pola
gambarannya dirancang atau direkayasa lebih dahulu oleh Sang Empu. Termasuk
jenis ini di antaranya, pamor Adeg, Lar Gangsir, Ron Genduru, Tambal, Blarak
Ngirid, Ri Wader, dan Naga Rangsang.
Penamaan dan
Simpangsiurnya Nama Pamor
Karena ragam pola gambaran pamor jumlahnya banyak
sekali, untuk membedakan pola satu dengan lainnya, tiap motif pamor itu diberi
nama. Ada dua cara pemberian nama pamor dalam dunia perkerisan di Pulau
Jawa.
Pertama, dengan melihat hasil akhir penampilan pamor yang tampak. Jadi, jika
gambar pamor itu mirip dengan kulit semangka, pamor itu disebut Ngulit
Semangka, walaupun mungkin Sang Empu bukan berniat membuat pamor Ngulit
Semangka, tetapi Wos Wutah.
Kedua, dengan memperkirakan niat Sang Empu. Misalnya, jika si empu
diperkirakan berniat akan membuat pamor Ri Wader, ternyata jadinya mirip
dengan gambaran pamor Mayang Mekar, maka pamor itu tetap dinamakan pamor Ri
Wader, tetapi gagal. Karena kegagalan itu, nama pamor itu ditambah dengan kata
'wurung' sehingga menjadi Ri Wader Wurung.
Tetapi penamaan cara yang kedua ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang
benar-benar memahami teknik pembuatan pamor. Orang kebanyakan, yang bukan
pakar - jelas akan memakai cara penamaan pamor yang pertama.
Yang juga membingungkan, adanya perpedaan penyebutan nama pamor. Contohnya,
pamor Lawe Setukel, ada yang menyebut Benang Satukel atau Lawe Saukel, atau
Benang Saukel. Ada lagi, Blarak Sinered, Blarak Ginered, atau Blarak Ngirid.
Ada lagi, Melati Rinonce atau Melati Rinenteng atau Melati Sato-or. Dan, masih
banyak lagi kesimpangsiuran semacam itu.
Yang lebih parah dari itu, misalnya: Pamor Sada Saler atau Adeg Siji. Namanya
beda, tapi pola pamornya yang itu-itu juga. Perbedaan nama ini makin jauh
lagi, karena nama Sada Saeler disalahucapkan menjadi Sada Jaler, dan kemudian
menjadi Sada Lanang. Dan yang agak menggelikan nama Sada Saeler ditulis oleh
orang Belanda dengan ejaan Sadasakler, kemudian nama itu diterjemahkan menjadi
sadasa kleur yang artinya 'sepuluh warna'. Ini karena kata kleur
yang berasal dari bahasa Belanda memang berarti warna.
Istilah-istilah Mengenai Pamor
Dalam buku-buku lama mengenai keris sering dijumpai
berbagai istilah untuk menggambarkan keadaan dan penampilan pamor. Bahasa
Jawanya: Wujud semuning pamor.
Istilah-istilah itu pada umumnya kurang begitu dikenal orang yang hidup pada
masa kini. Di antaranya adalah:
1. Pamor yang mrambut, merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan
rabaan (grayangan - Jw.) - yakni pamor yang jika diraba dengan ujung
jari rasanya seperti meraba rambut, Munculnya pamor semacam itu pada permukaan
bilah keris bagaikan susunan helaian rambut, atau seperti serat-serat yang
halus dan lembut.
2. Pamor yang ngawat, juga berkaitan dengan kesan rabaan seperti di
atas, tetapi rasa rabaannya tidak sehalus pramor yang mrambut, -
melainkan seolah-olah seperi rabaan jajaran kawat yang lembut.
3. Pamor yang nggajih merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan
penglihatan, yakni pamor yang tampak seperti lemak beku menempel di permukaan
bilah keris. Keris atau tosan aji yang pamornya nggajih biasanya adalah
keris yang bermutu rendah atau yang sering disebut keris rucahan. Keris
semacam itu jika dijentik (dithinthing - Jw.) biasanya tidak
berdenting.
4. Pamor mbugisan adalah istilah penilaian pamor melalui kesan
penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah keris yang pamornya tergolong mbugisan
rabaannya halus, sedangkan gradasi berbedaan warna antara besinya yang
hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat, tidak
kontras.
5. Pamor yang nyanak adalah istilah untuk pamor Sanak atau pamor peson,
merupakan istilah penilaian pamor menurut kesan penglihatan dan rabaan.
Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas, tak kontras, tetapi rabaannya
sangat terasa, agak kasar. Keris berpamor sanak biasanya dibuat dari
bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari daerah lain. Jika
dijentik, keris dengan pamor sanak tidak berdenting nyaring.
6. Pamor yang kelem, yang yang penampillannya cukup jelas, cukup
kontras, tetapi sedemikian rupa sehingga seolah yang terlihat ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan pamor. Seolah sebagian terbesar dari pamor itu
'tengelam' di dalam badan bilah. Pamor yang kelem itu jika diraba akan
terasa lumer atau halus dan lembut.
7. Pamor yang kemambang adalah kebalikan dari pamor yang kelem.
Pamor ini memberi kesan seolah bagian pamor yang tertanam di badan bilah hanya
sedikit saja. Jika diraba, pamor kemambang juga memberikan kesan lumer
dan halus.
8. Pamor yang ngintip adalah istilah penamaan pamor yang sangat kasar
perabaannya, malahan kadang-kadang di beberapa bagian terasa tajam. Pamor yang
ngintip ini bisa terjadi karena dua sebab. Pertama si empu boros atau dermawan
(loma- Jw.) terhadap bahan pamor yang digunakannya, sehingga jumlah
bahan pamor yang digunakan berlebihan. Bisa juga terjadi karena
ketidaksengajaan, yakni untuk memberikan kesan wingit pada keris itu.
Sebab yang kedua adalah si empu menggunakan bahan pamor bermutu tinggi, tetapi
besi yang digunakan mutunya kurang baik, sehingga besi itu cepat aus. Sewaktu
besinya sudah aus, sedangkan pamor tidak, maka pamor itu akan 'muncul' di
permukaan bilah secara berlebihan.
9. Pamor yang mubyar yakni pamor yang tampak cerah, cemerlang, dan
kontras dengan warna besinya. Walaupun warnanya kontras, namun jika diraba
akan terasa lumer, halus.
Selain istilah-istilah yang di atas, untuk menilai pamor orang juga mengamati
kondisi tertanamnya pamor pada badan bilah keris atau tosan aji lainnya.
Menurut istilah Jawa, kondisi itu disebut tancebing atau tumancebing
pamor.
Tancebing atau kondisi tertancapnya pamor pada badan bilah ada dua
macam, yakni pandes (pandhes), yang tertanamnya pamor seolah
dalam dan kokoh; dan kumambang, yaitu yang seolah-olah mengambang atau
mengapung di permukaan bilah.
Mengenai tuah pamor, klik di sini.
|