SirahOnline KDIM | BankSoalan 

- Kerasulan
  Berkaitan :
- Perdebatan
  Lihat Juga :
- Bertemu Abu Thalib
- Perlindungan Bani Hasyim

  

 

PROPAGANDA, CEMUHAN DAN TENTANGAN RINGAN

 

          Kemarahan Abu Lahab sewaktu seruan Rasulullah SAW di Bukit Shafa dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya da'wah Islam di kalangan penduduk Makkah itu. Setiap hari nescaya akan ada orang yang memeluk Islam dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Lebih-lebih lagi mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk meluangkan masa sekadar untuk merenung akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Mereka sudah melihat Baginda yang berkecukupan, baik dari harta Khadijah atau hartanya sendiri. Tidak dipedulikannya harta itu, juga tidak akan memperbanyakannya lagi. Baginda mengajak orang hidup dalam kasih-sayang, dengan lemah-lembut, dalam kemesraan dan tasamuh (lapang dada, toleransi). Ya, bahkan Baginda yang menerima wahyu menyebutkan, bahawa memupuk-mupuk kekayaan adalah suatu kutukan terhadap jiwa.

          "Kamu telah dilalaikan oleh perlumbaan saling memperbanyak. Sampai nanti kamu menuju kubur. Sekali lagi, jangan! Akan kamu ketahui juga nanti. Jangan! Kalau kamu mengetahui dengan meyakinkan. Niscaya akan kamu lihat neraka. Kemudian, tentu akan kamu lihat itu dengan mata yang meyakinkan. Hari itu kemudian baru kamu akan ditanya tentang kesenangan itu."

(Qur'an 111: 1-3)


          Apalagi yang lebih baik daripada yang dianjurkan Rasulullah SAW itu! Bukankah Baginda menganjurkan kebebasan? Kebebasan mutlak yang tidak ada batasnya. Kebebasan yang sungguh bernilai bagi setiap manusia Arab itu, sama dengan nilai hidupnya sendiri! Ya! Bukankah orang mahu melepaskan diri dari belenggu pengabdian makhluk kepada pengabdian kepada Allah SWT? Bukankah setiap belenggu itu harus dihancurkan? Tidak ada Hubal, tidak ada Lata, 'Uzza. Tidak ada api Majusi, matahari sembahan orang Mesir, tiada bintang penyembah bintang, tak ada hawariyyin (pengikut-pengikut Isa), tidak ada seorang manusia pun, atau malaikat atau pun jin yang akan menjadi batas antara Allah SWT dengan manusia. Di hadapan Allah SWT, hanya di hadapanNya Yang Tunggal tidak bersekutu, manusia akan diminta untuk dipertanggungjawabannya atas perbuatannya yang telah dilakukan, yang baik dan yang buruk. Hanya perbuatan manusia itu sajalah yang menjadi perantaranya. Hati kecilnya yang akan menimbang semua perbuatan. Hanya itulah yang berkuasa atas dirinya. Dengan itulah setiap jiwa mendapat balasan sesuai dengan perbuatannya. Kebebasan mana lagi yang lebih luas daripada yang diajarkan Baginda itu? Adakah Abu Lahab dan kawan-kawannya mengajarkan yang semacam itu, walau sedikit sekali pun? Atau kah mereka mengajarkan supaya manusia tetap dalam perhambaan, dalam perbudakan, yang sudah ditimbuni oleh kepercayaan-kepercayaan khurafat dan tahyul, yang sudah menutupi mereka dari segala cahaya kebenaran?

          Akan tetapi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-lenang, mulai merasakan, bahawa ajaran Rasulullah SAW itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerang Baginda dengan cara menjatuhkan kredibilitinya, dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.

          Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah memujuk penyair-penyair mereka seperti 'Amru bin al-'Ash dan Abdullah ibnu az-Ziba'ra supaya mengejek dan menyerang Rasulullah SAW. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga tampil membalas serangan mereka tanpa Baginda sendiri yang harus melayani.

          Sementara itu, selain penyair-penyair itu, tampil pula beberapa orang meminta kepada Rasulullah SAW beberapa mukjizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya, iaitu mukjizat-mukjizat seperti pada Nabi Musa dan 'Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwah itu tidak ditukarnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu dalam bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak dibicarakan oleh Baginda itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa Baginda tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat Makkah terkurung kerananya? Kenapa Baginda tidak memancarkan mata air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal Baginda tahu betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air?

          Tidak hanya sampai di situ sahaja kaum musyrikin itu mahu mengejeknya dalam soal-soal mukjizat, malahan ejekan mereka semakin menjadi-jadi, dengan menanyakan : kenapa Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan?
 
          Debat mereka itu berpanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Rasulullah SAW menjawab debat mereka :

          "Katakanlah : Aku tidak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib-ghaib, nescaya aku perbanyak amal kebaikan itu dan bahaya pun tidak menyentuhku. Tetapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman."

(Qur'an 7: 188)


          Ya, Rasulullah SAW hanya mengingatkan dan membawa berita gembira. Bagaimana mereka akan menuntutnya dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Sedang dia tidak mengharapkan dari mereka kecuali yang masuk akal, bahkan yang diminta dan diharuskan oleh akal?! Bagaimana mereka menuntutnya dengan hal-hal yang bertentangan dengan kudrat jiwa yang tinggi padahal yang diharapkannya dari mereka agar mereka mahu menerima suara yang sesuai dengan kudrat jiwa yang tinggi itu?! Bagaimana pula mereka masih menuntutnya dengan beberapa mukjizat, padahal kitab yang diwahyukan kepadanya itu dan yang menunjukkan jalan yang benar itu adalah mukjizat dari segala mukjizat? Kenapa mereka masih menuntut supaya kerasulannya itu diperkuat lagi dengan keanehan-keanehan yang tidak masuk akal, yang sesudah itu nanti mereka pun akan ragu-ragu lagi, akan mengikutinyakah mereka atau tidak?

          Dan ini, yang mereka katakan tuhan-tuhan mereka itu, tidak lebih adalah batu-batu atau kayu yang disangga atau berhala-berhala yang tegak di tengah-tengah padang pasir, yang tidak dapat membawa kebaikan atau pun menolak bahaya. Sungguhpun begitu mereka menyembahnya juga, tanpa menuntut pembuktian sifat-sifat ketuhanannya!! Dan kalau pun itu yang dituntut, pasti ia akan tetap batu atau kayu, tanpa hidup, tanpa gerak, untuk dirinya pun ia tak dapat menolak bahaya atau membawa kebaikan. Dan jika ada yang datang menghancurkannya ia pun tidak akan dapat mempertahankan diri.

          Rasulullah SAW sudah terang-terangan menyebut berhala-berhala mereka, yang sebelum itu tidak pernah disebut-sebutnya. Baginda mencelanya, yang juga sebelum itu tidak pernah seorang pun berani melakukan sedemikian. Hal ini menjadi soal besar bagi Quraisy dan dirasakan menusuk hati mereka. Tentang laki-laki itu, serta apa yang dihadapinya dari mereka dan dihadapi mereka dari dia, sekarang mulai sungguh-sungguh menjadi perhatian mereka. Sampai sebegitu jauh tindakan yang dilakukan oleh Baginda, hingga kini mereka hanya bertindak dengan memperolok-olokkan kata-katanya. Apabila mereka duduk-duduk di Darun Nadwah atau di sekitar Ka'bah berdekatan dengan berhala-berhala yang ada, berbuallah mereka dengan sikap tidak lebih dari senyuman mengejek dan berolok-olok. Akan tetapi, jika yang dihina dan diejek itu sekarang tuhan-tuhan mereka yang mereka sembah dan disembah nenek moyang mereka, termasuk Hubal, Lata, 'Uzza dan semua berhala, maka tidak lagi soalnya soal olok-olok dan cemuhan, melainkan sudah menjadi soal yang serius dan menentukan. Atau, andaikata orang itu sampai dapat menghasut penduduk Makkah melawan mereka dan meninggalkan berhala-berhala mereka, hasil apa yang akan diperolehi mereka dari perdagangan Makkah itu? Dan bagaimana pula kedudukan mereka dalam erti agama? Hal ini sudah tidak boleh dibiarkan lagi!!!
5          

 

 

 
       
Copyright � 2003 SirahOnline.cjb.net. All rights reserved.
KDIM. BankSoalan. Feedback


Hosted by www.Geocities.ws

1