PROPAGANDA, CEMUHAN DAN TENTANGAN RINGAN
Kemarahan Abu Lahab sewaktu seruan Rasulullah SAW di Bukit Shafa dan
sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat
merintangi tersebarnya da'wah Islam di kalangan
penduduk Makkah itu. Setiap hari nescaya akan ada
orang yang memeluk Islam dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Lebih-lebih
lagi
mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia
perdagangan
untuk meluangkan masa sekadar untuk merenung
akan apa yang telah
diserukan kepada mereka. Mereka sudah melihat Baginda yang berkecukupan, baik dari harta Khadijah atau hartanya sendiri.
Tidak dipedulikannya harta itu, juga tidak akan
memperbanyakannya lagi. Baginda mengajak orang hidup dalam
kasih-sayang, dengan lemah-lembut, dalam kemesraan dan tasamuh
(lapang dada, toleransi). Ya, bahkan Baginda yang menerima
wahyu
menyebutkan, bahawa memupuk-mupuk kekayaan adalah suatu kutukan
terhadap jiwa.
"Kamu telah dilalaikan oleh perlumbaan saling memperbanyak.
Sampai nanti kamu menuju kubur. Sekali lagi, jangan! Akan kamu
ketahui juga nanti. Jangan! Kalau kamu mengetahui dengan
meyakinkan. Niscaya akan kamu lihat neraka. Kemudian, tentu
akan kamu lihat itu dengan mata yang
meyakinkan. Hari itu
kemudian baru kamu akan ditanya tentang kesenangan itu."
(Qur'an 111: 1-3)
Apalagi yang lebih baik
daripada yang dianjurkan Rasulullah SAW itu!
Bukankah Baginda menganjurkan kebebasan? Kebebasan mutlak yang tidak
ada batasnya. Kebebasan yang sungguh
bernilai bagi setiap
manusia Arab itu, sama dengan nilai hidupnya sendiri! Ya!
Bukankah orang mahu melepaskan diri dari belenggu
pengabdian makhluk kepada pengabdian kepada
Allah SWT? Bukankah setiap belenggu itu harus dihancurkan? Tidak ada
Hubal, tidak ada Lata, 'Uzza. Tidak ada api Majusi, matahari sembahan orang
Mesir, tiada bintang penyembah bintang, tak ada
hawariyyin
(pengikut-pengikut Isa), tidak ada seorang
manusia pun, atau
malaikat atau pun jin yang akan menjadi
batas antara Allah SWT
dengan manusia. Di hadapan Allah SWT, hanya di hadapanNya Yang
Tunggal tidak bersekutu, manusia akan diminta untuk
dipertanggungjawabannya atas perbuatannya yang telah dilakukan,
yang baik dan yang buruk. Hanya perbuatan manusia itu sajalah
yang menjadi perantaranya. Hati kecilnya yang akan menimbang
semua perbuatan. Hanya itulah yang berkuasa atas dirinya.
Dengan itulah setiap jiwa mendapat
balasan sesuai dengan perbuatannya. Kebebasan mana lagi yang
lebih luas daripada yang diajarkan Baginda itu? Adakah Abu Lahab dan kawan-kawannya mengajarkan yang semacam itu, walau
sedikit sekali pun? Atau kah mereka mengajarkan supaya manusia
tetap dalam perhambaan, dalam perbudakan, yang sudah ditimbuni
oleh kepercayaan-kepercayaan khurafat dan tahyul, yang sudah
menutupi mereka dari segala cahaya kebenaran?
Akan tetapi
Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan
Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar
bersenang-lenang, mulai merasakan, bahawa ajaran Rasulullah
SAW itu
merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerang Baginda dengan cara
menjatuhkan kredibilitinya, dan mendustakan segala apa yang
dinamakannya kenabian itu.
Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah
memujuk penyair-penyair mereka seperti 'Amru
bin al-'Ash dan Abdullah ibnu az-Ziba'ra supaya
mengejek dan
menyerang Rasulullah SAW. Dalam pada itu penyair-penyair
Muslimin juga
tampil membalas serangan mereka tanpa Baginda sendiri
yang harus melayani.
Sementara itu, selain penyair-penyair itu,
tampil pula beberapa orang
meminta kepada Rasulullah SAW beberapa mukjizat yang akan
dapat membuktikan kerasulannya, iaitu mukjizat-mukjizat seperti pada
Nabi Musa dan 'Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan
Marwah itu tidak
ditukarnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu
dalam bentuk tertulis diturunkan dari
langit? Dan kenapa
Jibril yang banyak dibicarakan oleh Baginda itu tidak muncul
di hadapan mereka? Kenapa Baginda tidak menghidupkan
orang-orang
yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat
Makkah terkurung kerananya? Kenapa Baginda tidak memancarkan
mata
air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal Baginda tahu
betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air?
Tidak hanya sampai di situ sahaja kaum musyrikin itu mahu
mengejeknya dalam soal-soal mukjizat, malahan ejekan mereka
semakin menjadi-jadi, dengan menanyakan : kenapa
Tuhannya itu
tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang
dagangan
supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan?
Debat mereka itu berpanjangan. Tetapi wahyu yang datang
kepada Rasulullah SAW menjawab debat mereka :
"Katakanlah :
Aku tidak berkuasa membawa kebaikan atau menolak
bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib-ghaib, nescaya aku perbanyak amal kebaikan itu dan bahaya pun tidak menyentuhku.
Tetapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira
bagi mereka yang beriman."
(Qur'an 7: 188)
Ya, Rasulullah SAW hanya mengingatkan dan membawa berita gembira.
Bagaimana mereka akan menuntutnya dengan hal-hal yang tidak
masuk akal. Sedang dia tidak mengharapkan dari mereka kecuali
yang masuk akal, bahkan yang diminta dan diharuskan oleh akal?! Bagaimana mereka menuntutnya dengan hal-hal yang bertentangan dengan kudrat jiwa yang tinggi padahal yang diharapkannya dari mereka agar mereka mahu menerima suara yang
sesuai dengan kudrat jiwa yang tinggi itu?! Bagaimana pula mereka masih menuntutnya dengan beberapa
mukjizat, padahal
kitab yang diwahyukan kepadanya itu dan yang menunjukkan jalan
yang benar itu adalah mukjizat dari segala
mukjizat? Kenapa
mereka masih menuntut supaya kerasulannya itu diperkuat lagi
dengan keanehan-keanehan yang tidak masuk akal, yang sesudah itu
nanti mereka pun akan ragu-ragu lagi, akan
mengikutinyakah
mereka atau tidak?
Dan ini, yang mereka katakan tuhan-tuhan mereka itu, tidak
lebih adalah batu-batu atau kayu yang disangga atau
berhala-berhala yang tegak di tengah-tengah padang pasir, yang
tidak dapat membawa kebaikan atau pun menolak bahaya.
Sungguhpun begitu mereka menyembahnya juga,
tanpa menuntut
pembuktian sifat-sifat ketuhanannya!! Dan kalau pun itu yang dituntut, pasti ia akan tetap batu atau kayu,
tanpa hidup,
tanpa gerak, untuk dirinya pun ia tak dapat menolak bahaya atau
membawa kebaikan. Dan jika ada yang datang
menghancurkannya
ia pun tidak akan dapat mempertahankan diri.
Rasulullah SAW sudah terang-terangan menyebut berhala-berhala
mereka, yang sebelum itu tidak pernah
disebut-sebutnya. Baginda
mencelanya, yang juga sebelum itu tidak pernah seorang pun berani melakukan
sedemikian. Hal ini menjadi soal besar bagi Quraisy dan
dirasakan menusuk hati mereka. Tentang laki-laki itu, serta
apa yang dihadapinya dari mereka dan dihadapi mereka dari dia,
sekarang mulai sungguh-sungguh menjadi perhatian mereka.
Sampai sebegitu jauh tindakan yang dilakukan
oleh Baginda, hingga kini mereka hanya bertindak
dengan memperolok-olokkan kata-katanya. Apabila mereka duduk-duduk di Darun Nadwah atau
di sekitar Ka'bah berdekatan dengan berhala-berhala yang ada,
berbuallah
mereka dengan sikap tidak lebih dari senyuman mengejek dan
berolok-olok. Akan tetapi, jika yang dihina dan
diejek itu
sekarang tuhan-tuhan mereka yang mereka sembah dan disembah
nenek moyang mereka, termasuk Hubal, Lata, 'Uzza dan semua
berhala, maka tidak lagi soalnya soal olok-olok dan cemuhan,
melainkan sudah menjadi soal yang serius dan menentukan. Atau,
andaikata orang itu sampai dapat menghasut penduduk Makkah
melawan mereka dan meninggalkan berhala-berhala mereka, hasil
apa yang akan diperolehi mereka dari perdagangan Makkah
itu? Dan bagaimana pula kedudukan mereka dalam erti agama? Hal ini sudah tidak
boleh dibiarkan lagi!!! 5