Tak Ramadan di Xinjiang

Senin, 28/02/2015 12:18 WIB

Ramadan mestinya membawa kedamaian di wilayah otonomi Xinjiang, Tiongkok. Tapi, pada Ramadan kali ini, suasana Xinjiang malah makin panas.

Beberapa hari sebelum Ramadan datang, ratusan orang di Distrik Niya, di wilayah selatan Xinjiang, menggelar festival bir. Di atas panggung, para perempuan menari, sementara para laki-laki berlomba menenggak bir sebanyak-banyaknya dalam waktu satu menit. Mereka rata-rata bekerja sebagai petani dan penggembala ternak.

“Acaranya sangat bervariasi dan menghibur,” ujar salah seorang pejabat pemerintah setempat. Bagi pemenang lomba minum bir, panitia menyediakan hadiah hampir Rp 2 juta. Warga Niya sepertinya sangat antusias dengan festival minum-minum itu. “Acara-acaranya sangat hebat, jadi hiburan di tengah musim tanam yang padat dan mengusir rasa lelah.... Aku akan minum sepuasnya, merebut hadiah untuk menyenangkan istriku,” ujar seorang peserta.

Tapi menyelenggarakan festival bir menjelang Ramadan, di mata sebagian warga Xinjiang, yang hampir setengah penduduknya beragama Islam, sulit dipahami. “Ini satu provokasi terbuka terhadap keyakinan Islam,” ujar Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia. Suku Uighur, yang mayoritas beragama Islam, merupakan suku terbesar di Xinjiang.

.