Halaman Tips & Trik |
Caving [penelusuran
gua]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Caving merupakan salah satu kegiatan petualangan alam bebas yang
mempunyai resiko cukup tinggi di bandingkan dengan kegiatan lainnya.
Kegiatan ini di Indonesia masih didominasi oleh club-club pecinta alam
di Universitas dan sekolah menegah. Kegiatan ini harus dilakukan
secara berkelompok dan didukung dengan peralatan yang memadai serta
pengetahuan tentang penulusuran goa yang cukup. Ini bukan berarti anda
tidak bisa mencobanya, jalan yang terbaik adalah anda coba untuk
mengontak salah satu club yang ada di kota anda dan minta ijin mereka
untuk bisa bergabung jika mereka mengadakan penelusuran goa
Menelusuri gua dapat
dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah. Namun kedua
kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi ETIKA dan KEWAJIBAN,
kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para
penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah
terjadinya musibah dan si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap
sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi gua-gua. Kemahiran
teknik saja TIDAK CUKUP untuk menganggap dirinya mampu dan pantas
melakukan kegiatan penelusuran gua. Seorang pemula atau yang sudah
berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN penelusuran
gua.
Etika
Sejak
semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua DAPAT merusak gua,
karena membawa kuman, jamur, dan virus asing ke dalam gua yang
lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusuran gua akan
merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, sisa karbit,
puntung rokok, sisa makanan, batu baterai mati, kantong plastik, botol/kaleng
minuman dan makanan dalam gua. MEMBUANG benda-benda tersebut di atas
adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang corat-coret gua dengan benda
apapun juga.
Gua
adalah bentukan alam yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun.
Setiap usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang tidak dapat di
tebus. Karenanya jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan
sesuatu di dalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun harus diusahakan
pengambilan specimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun
setelah diyakini, bahwa belum tersedia specimen yang sama di dalam
laporan atau museum dan belum diambil specimen yang sama oleh ahli
speleologi lainnya. Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan
penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak/mengambil isi gua,
baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
Menelusuri gua harus disertai kendaraan, bahwa kesanggupan dan
ketrampilan pribadi TIDAK USAH DIPAMERKAN. Sebaliknya ketidakmampuan
tidak perlu ditutupi oleh karena rasa malu. Bertindaklah
sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan orang lain.
Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan maka hal ini akan membawa
akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar
ETIKA untuk memandang rendah ketrampilan serta kesanggupan sesama
penelusur. Juga melanggar etika bila memaksakan diri dilakukan
tindakan di luar kemampuan teknis juga apabila belum siap mental dan
kesehatan tidak memadai.
Tunjukkan RESPEK terhadap penelusur gua dengan cara :
Tidak
menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan
lain tanpa persetujuan mereka. Jangan membahayakan para penelusur
lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain di dalam
gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan
tangga atau alat-alat lain yang dipasang pemakai, penelusur lain.
Menghasut penduduk di sekitar gua untuk melarang atau menghalangi
rombongan lain memasuki gua, karena tidak ada satupun gua di bumi ini
milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang
bersangkutan. Untuk tujuan ilmiahpun, setiap gua harus dapt diteliti
setelah menempuh prosedur yang berlaku.
Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda yakin betul,
bahwa tidak ada orang lain yang menemukannya pula. Jangan melaporkan
hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal
ini berarti membohongi diri sendiri dan dunia ilmu speleologi
khususnya.
Setiap usaha penelusuran gua ialah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang
dicapai sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua
tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama
penelusur.
Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi
walaupun si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar
atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur
akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua
,
Jangan melakukan penelitian yang sama apabila ada rombongan lain yang
sedang mengerjakan DAN BELUM MEMPUBLIKASIKANNYA.
Bahaya-bahaya
penelusuran gua
Bahaya-bahaya
penelusuran gua secara sudut pandangnya dapat dibedakan menjadi dua :
Antroposentrisme, meninjau sudut pandang bahaya penelusuran gua
terahadap penelusur gua, biasanya terjadi akibat kealpaan atau
kecerobohan penelusur gua itu sendiri.
Speleosentrisme, meninjau dari sudut pandang bahaya penelusuran gua
terhadap gua itu sendiri, dari tindakan-tindakan para penelusur gua.
Bahaya-bahaya dari sudut pandang Antrosentrisme :
Terpeleset/terjatuh dengan akibat fatal, atau gegar otak, terkilir,
terluka, patah tulang dsb. Hal ini paling sering terjadi, antara lain
karena : penelusur terburu-buru meloncat, salah menduga jarak dan
sebagainya.
Kepala terantuk atap gua/stalaktit/bentukan gua lainnya. Akibatnya :
luka memar, luka berdarah, gegar otak. Wajib pakai helm.
Tersesat. Terutama bila lorong bercabang-bertingkat dan daya orientasi
pemimpin regu penelusur kurang baik. Karenanya setiap penelusuran
wajib dilakukan dengan penuh perhatian oleh setiap penelusur. Bentuk
lorong yang telah dilewati, dibelakang pungung harus diperhatikan
secara periodik, karena saat kembali pasti berbeda dengan saat pergi.
Pada setiap percabangan ditinggalkan tanda yang mudah dikenal dan
tidak merusak lingkungan (misalnya tumpukan batu, atau kertas berwarna
dan berefleksi bila terkena sorotan lampu (fluorensensi) yang mudah
diangkat kembali). Hal ini tambah penting, apabila kecuali bercabang
gua bertingkat banyak.
Tenggelam. Terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa
mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di bawah
tanah. Bahaya semakin nyata kalau harus melewati air terjun atau jeram
deras. Apalagi kalau harus melakukan penyelamatan bebas tanpa alat dan
penelusur kurang mahir berenang/menyelam. Jangan lupa membawa
pelampung dan sumber cahaya kedap air. Mengarungi sungai yang dalam,
harus pakai tali pengaman dengan lintasan tepat.
Kedinginan (Hipotermia). Hal ini terutama bila lokasi gua jauh di atas
permukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya angin
kencang yang berhembus dalam lorong tersebut. Diperberat apabila
penelusur lelah, lapar, tidak pakai pakaian memadai. Karenanya harus
tepat mengetahui lokasi mulut gua dan lorong-lorong ketinggiannya di
atas permukaan laut (diukur pakai altimeter), suhu air dan udara dalam
gua. Harus pula masuk gua dalam keadaan fisik sehat, cukup makan dan
bawa makanan cadangan bergizi tinggi.
Dehidrasi. Kekurangan cairan. Hal ini sudah merupakan bahan penelitian
cermat di Perancis. Hampir senantiasa bila sudah timbul rasa haus,
sudah ada gejala dehidrasi. Karenanya sudah menjadi suatu kewajiban
yang tidak dapat ditawar lagi, bahwa sebelum memasuki gua, setiap
penelusur harus minum secukupnya. Cairan paling tepat untuk
menghindari dehidrasi ialah larutan oralit atau garam anti diare.
Keruntuhan atap atau dinding gua. Ini memang nasib sial, tetapi sudah
cukup sering terajdi di luar negeri menaiki tebing dengan andalan pada
paku tebing yang dindingnya rapuh. Atau bila kebetulah terjadi gempa
bumi. Karenanya wajib mempelajari dan memperbaiki sifat batu-batuan
dinding dan atap gua. Runtuhan atap yang berserakan bukan berarti gua
itu rapuh, karenamungkin saja atap itu sudah puluhan tahun yang lalu
runtuh, tetapi penelusur wajib memperhatikan apakah lapisan-lapisan
batu gamping yang menunjang atap itu kuat atau sudah terlihat terlepas.
Radiasi dalam gua. Hal ini belum diperhatikan sama sekali di
Indonesia, padahal di luar negeri sudah merupakan bahaya nyata.
Terutama akibat gas radioaktif radon dan turunannya. Penelusur yang
sering memasuki gua yang bergas radon ini dapat menyerap secara
akumulatif gas ini ke dalam paru-parunya, dan terbukti, apabila
penelusur gemar merokok, maka bahaya menderita kanker paru-paru akan
berlipat ganda. Itu sebabnya sangat dicela penghisap rokok menjadi
penelusur gua. Merokok dalam gua dilarang mutlak karenameracuni udara
gua dan paru-paru penelusur lainnya yang tidak merokok