----- Original Message -----

From: Jusuf Achmad

To: [email protected]

Sent: Wednesday, September 29, 2004 8:31 AM

Subject: Empat Jalan Kembali KepadaNya

 

Greetings with Love and Light from the One Infinite Creator - Dengan Nama Allah Maha Pemurah Maha Penyayang.

 

Coba kita perhatikan piramida empat sisi yang ada di Mesir.  Kita bisa mencapai puncak piramida melalui salah satu dari empat sisinya.  Inilah lambang dari bentuk / cara / jalur jalan-jalan kembali kepadaNya.  Kita semua berasal dari yang Satu dan pasti akan kembali lagi kepada yang Satu.  Kita semua berasal dari Ketakberhinggaan - namun sementara kita semua sekarang dalam keadaan terbatas - dan kita semua akan kembali ke Takberhinggaan.  Karena yang Satu: Takberhingga - Tanpa Batas - Tak Terbayangkan (beyond our wildest imagination). 

 

Jadi pelajaran kita sekarang mengerti / menjalani / mengapresiasi apa arti keterbatasan, sehingga kita bisa lebih lanjut mengerti / mengapresiasi apa arti ketakberhinggaan.  Dalam keterbatasan yang berbeda-beda pada masing-masing individu inilah kita dapat mengerti / menjalani / mengapresiasi apa arti superioritas (menjadi wakilNya) dan apa arti inferioritas (menjadi hambaNya) yang tidak bisa kita rasakan waktu kita dalam ketakberhinggaan dulu.

 

Dalam alam keterbatasan ini tadinya kita hanya berbentuk mineral-mineral, angin yang bertiup di daratan dan lautan serta panasnya api dalam lava yang membara (earth-wind-fire). Lalu berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan dan satwa-satwa yang menghiasi daratan, lautan dan angkasa.  Kini kita menjadi manusia yang mempunyai jiwa dan raga, tepatnya body-mind-spirit.  Ketika menjadi satwa kita mempunyai body and mind (spirit nya juga sudah ada tapi sangat tipis, satwa / tumbuhan sederhana lebih tipis lagi).   Setelah kita mempunyai spirit, kita akan menjadi mahluk apa, what next?  Kita sudah mulai kembali ke alam ketakberhinggaan, sedikit demi sedikit keterbatasan kita berkurang.  Tahap demi tahap kita akan sampai kembali ke puncak piramida.  [Tapi bukankah ada empat jalan menuju puncak piramida?  Mana ketiga jalan yang lain?]

 

Dalam Kitab-kitab suci, mitos-mitos, hikayat-hikayat, cerita nenek, dan kini sinetron-sinetron,  manusia tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya, ia ditemani oleh pasangan malaikat dan setan.  Malaikat selalu mengajak kepada kebaikan dan sebaliknya Setan selalu mengajak kepada keburukan. [Lho jalur malaikat dan setan apakah bisa disebut jalan kembali?  Tapi itu nanti, jalan keempat yang mana?]  Jalan keempat adalah jalur Jin, jalan yang sedikit dibahas dan itupun penuh mitos-mitos.

 

Pasangan Manusia sesungguhnya adalah Jin seperti halnya pasangan Malaikat adalah Setan.  Pasangan disini lebih bersifat seperti lawan tanding / sparing partner (daripada dianggap sebagai musuh), yang tujuannya membuat kita maju / berkembang. "Tidak Aku jadikan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu" (saduran Al-Quran).  [Jadi Jin itu bisa kelihatan secara kasat mata?]  Manusia spirit nya bisa berkembang menjadi Jin yang dewasa.  Di akhir density-3 ini (dan awal sekali dari density-4) Manusia yang spiritnya telah dewasa dan Jin yang spiritnya juga telah dewasa sama-sama mempunyai tubuh kasar yang sama, hanya orientasinya masing-masing saja yang berbeda. 

 

Pada dasarnya perilaku luar Jin dan Manusia (selanjutnya manusia yang spiritnya telah dewasa saya tulis dengan "M" huruf besar) yang secara spiritual telah dewasa hampir tidak bisa dibedakan.  Ciri khas dari Jin adalah ia mempunyai suatu agenda yang tersembunyi (hidden agenda), saking tersembunyi dia sendiri bisa tidak ingat.  Jadi kalau ada orang yang secara kasat mata ambisius, selalu mementingkan diri sendiri dan sebangsangnya bisa dipastikan ia bukan Jin yang secara spiritual telah dewasa. Lihat pula tulisan saya mengenai penciptaan awal manusia lalu kelanjutan dari Manusia dan Jin yang telah dewasa yang mendapatkam sorganya masing-masing yang terpisah: http://www.geocities.com/jachmad/2004-07-17-TerciptanyaManusia-AkhirZaman1.htm.  Ciri dari kedewasaan spiritual adalah telah clearnya ketiga cakra di bawah yakni: cakra Dasar, Sex dan Solar Plexsus (lihat:  http://www.geocities.com/jachmad/2004-08-12_Di_Surga_Waktu_Tidak_Relevan.html ) dan senantiasa berada di jalan tengah ( http://www.geocities.com/jachmad/2004-09-10-JalanTengah.htm ).

 

Perbedaan antara Jin dan Manusia terletak pada cakra yang ditengah yakni cakra Jantung (Heart).  Pada Manusia dikembangkan kecintaan tanpa pamrih kepada semua (termasuk diri) sedangkan pada Jin hanya kecintaan tanpa pamrih pada diri, karena percaya bahwa mencintai diri adalah mencintai semua.  Ya memang pada Density-6 ketika tidak ada sama sekali perasaan keterpisahan dengan yang lain maka kecintaan kepada diri dan pihak lain menjadi sama saja.  Tapi pada density di bawah level 6, jalur Jin mengandalkan Cakra 1,2,3 dan 5 dalam menempuh pelajaran-pelajarannya.  Kalau Manusia berusaha merefleksikan 51% sifat feminin dan 49% sifat maskulin Tuhan, jalur Jin berusaha merefleksikan hanya 5% sifat feminin dan 95% sifat maskulin Tuhan. 

 

Cakra ke-4 adalah pantulan sifat Ar-Rahman dan cakra ke-5 adalah pantulan sifat Ar-Rahim.  Ar-Rahman adalah sifat Tuhan yang senantiasa memberikan segala sesuatu kepada ciptaan-ciptaanNya tanpa perlu usaha apa-apa (Unconditional Love) - sifat feminin Tuhan.  Sedangkan Ar-Rahim adalah sifat Tuhan yang senantiasa mengganjar (dan menghukum) hamba-hambaNya dengan adil (Wisdom / Light) - sifat maskulin Tuhan.  Sifat-sifat Tuhan lainnya adalah turunan dari kedua sifat utama ini.  Ungkapan "RahmatKu meliputi segala sesuatu" menunjukan bahwa sifat Ar-Rahim pun dilingkupi oleh sifat Ar-Rahman Nya.  Oleh karena itu untuk jalur Manusia sifat feminin Tuhan (Ar-Rahman dan turunan-turunannya) porsinya harus lebih besar dari sifat maskulin (Ar-Rahim dan turunan-turunannya) Tuhan.  Jalur Jin mengandalkan sifat maskulin Tuhan, porsi femininNya hanya 5%.  Malaikat hanya memiliki porsi feminin Tuhan sedangkan Setan persisnya yang dimiliki kurang jelas, sepertinya memantulkan sifat Ar-Rahim secara berlebihan, mengganjar/menghukum secara berlebihan sehingga mendorong manusia (termasuk calon Jin) kearah chaos, ketidak-damaian.  Perlu diingat pula pemaafan yang berlebihan juga bisa mendatangkan chaos [jadi pengaruh malaikat bisa berakibat negatif pula].  Ketiadaan akan kecintaan tanpa pamrih kepada pihak lain menjadikan Setan dekat posisinya dengan Jin.  Dalam Al-Quran Jin dan Iblis (manusia yang sifatnya seperti Setan) sama-sama dibuat dari api.  Iblis adalah Jin yang lepas kendali [Bagaimana caranya jalur Malaikat dan Setan mencapai puncak piramida akan diterangkan belakangan, kalau perlu dengan tulisan khusus].

 

Dalam pandangan New Age jalur Manusia disebut orientasi Service to Others (STO) dan jalur Jin disebut orientasi Service to Self (STS).  Definisinya STO kalau setidaknya  51% orientasi kepada kepentingan pihak lain dan 49% pada diri sendiri, sedangkan STS hanya 5% orientasi kepada kepentingan pihak lain dan 95% pada diri sendiri.  Definisi ini pula yang saya terapkan di atas. 

 

Jurus utama dari jalur Manusia adalah kepasrahan / acceptance of all.  Kalau kita biasa pasrah terhadap diri sendiri kitapun akan biasa pasrah terhadap pihak lain atas segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.  Dalam kondisi pasrah kita akan banyak dalam keadaan damai / hening / jernih sehingga kita bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang tepat sesuai dengan sikonnya, sehingga perbuatan kita bisa senantiasa menguntungkan semua pihak.  Kepasrahan berhubungan erat dengan kejujuran, barang siapa yang biasa jujur kepada diri sendiri akan biasa jujur pula kepada pihak lain.

 

Ketika kita ada rasa kebersamaan / rasa kesatuan diantara keluarga atau kelompok - hubungan tali-silaturrahmi - maka akan terasa ada energi yang masuk dalam diri kita semua.  Inilah energi Unity yang di Alam Raya disebut energi fusi, penyatuan (fussion). Pada jalur STO energi ini yang harus lebih dominan.

 

Jurus utama dari jalur Jin adalah pengendalian diri / self control.  Barang siapa yang bisa mengendalikan dirinya dapat mengendalikan orang lain.  Manahan diri ada hubungannya dengan membohongi diri sendiri, sehingga bisa canggih pula membohongi pihak lain.  Kompleksnya jalur ini juga harus bisa sekaligus jujur pada diri sendiri.  Saking canggihnya kemampuan untuk menyembunyikan agenda-agenda terselubung kulit luar seorang STS tidak bisa dibedakan dengan seorang STO.  Seolah-olah pasrah padahal terkendali, seolah-olah tidak mau uang dan kekuasaan padahal sebaliknya, seolah-olah demokratis padahal otoriter, seolah-olah mengedepankan kesetaraan padahal sebaliknya...dstnya [Mohon maaf kalau saya kelihatannya agak partisan...tidak ada yang cacat dalam ciptaan-ciptaanNya].

 

Ketika kita merasa lebih pintar atau lebih kaya atau lebih kuat, tampan, cantik atau lebih bahagia atau lebih suci atau lebih terselamatkan atau lebih beruntung pendeknya lebih superior dari yang lain maka kita akan merasa ber-energi.  Inilah energi separation yang di Alam Raya disebut energi fisi, pembelahan (fission).  Jalur STS boleh dibilang hanya mengandalkan energi ini [waktu kita katakan kepada seseorang "kaciaaannn deh lo" termasuk energi ini yang kita dapat].

 

Dalam ajaran Hindu jalur Wisnu adalah jalur Manusia-STO sedangkan jalur Syiwa adalah jalur Jin-STS.  Sisi yang paling positif dari jalur Syiwa adalah tekadnya membasmi kegelapan, menegakan keadilan dimuka bumi, memerangi kemiskinan, pokoknya yang maskulin-maskulin yang kelihatannya gagah dan hebat dstnya dstnya, tentu untuk "kepentingan bersama" [namun ada pamrihnya nih, ya tidak apa-apalah].  Menjadi pahlawan bagi yang lemah [gaya Rambo nih...biar dibilang hebat (maskulin) ya ... jangan sinis begitu dong].  Dalam dunia STS adu gagah adalah hal yang biasa, seolah-olah kerjasama padahal persaingan [oleh karena itu orang-orang yang hobbynya seperti ini akan dikumpulkan jadi satu].

 

Dalam pandangan New Age jalur STO mengedepankan paham Unity-Tauhid-Kesetaraan-Kebersamaan sedangkan STS mengedepankan seolah-olah Unity padahal tersembunyi kekuatan Separation-Keterpisahan-Superioritas-Elitisme.  Dari sisi pandangan Islam karena kedua belah pihak sama-sama mempunyai perilaku luar pasrah dan mengedepankan Tauhid maka sama-sama mendapatkan sorga namun dalam dunianya masing-masing yang terpisah (saduran Surah Ar-Rahman).

 

Dalam Law of One, suatu hasil channeling, http://www.llresearch.org/transcripts/issues/1981/1981_0120_book_1.htm, tertulis: 

 

Questioner: Could you tell us something of your historical background and your contact with earlier races on this planet? Then we would have something to start with.

Ra: I am Ra. We are aware that your mind/body is calculating the proper method of performing the task of creating a teach/learning instrument........In the Eighteenth Dynasty, as it is known in your records of space/time distortions, we were able to contact a pharaoh, as you would call him. The man was small in life-experience on your plane and was a … what this instrument would call, Wanderer. Thus, this mind/body/spirit complex received our communication distortions and was able to blend his distortions with our own. This young entity had been given a vibratory complex of sound which vibrated in honor of a prosperous god, as this mind/body complex, which we call instrument for convenience, would call “Ammon.” The entity decided that this name, being in honor of one among many gods, was not acceptable for inclusion in his vibratory sound complex. Thus, he changed his name to one which honored the sun disc. This distortion, called “Aten,” was a close distortion to our reality as we understand our own nature of mind/body/spirit complex distortion. However, it does not come totally into alignment with the intended teach/learning which was sent. This entity, Ikhnaton, became convinced that the vibration of One was the true spiritual vibration and thus decreed the Law of One.

However, this entity’s beliefs were accepted by very few. His priests gave lip service only, without the spiritual distortion towards seeking. The peoples continued in their beliefs. When this entity was no longer in this density, again the polarized beliefs in the many gods came into their own and continued so until the one known as Mohammed delivered the peoples into a more intelligible distortion of mind/body/spirit relationships.

Do you have a more detailed interest at this time?

Don Elkins, James Allen McCarty dan Carla L. Rueckert yang melakukan channeling tidak menanyakan lebih lanjut kenapa figur Muhammad di sebut pihak yang membawa Law of One atau ajaran Tauhid sedang Nabi-nabi sebelum beliau tidak disebut-sebut sama sekali.  Pada kesempatan lain beberapa kali ditanyakan apakah Muhammad dari jalur STS, tapi dijawab dari jalur Unity dari Density-6.  Sedangkan Nabi Isa berasal dari Density-4 STO akhir, Density of Love [oleh karena itu pula di akhir zaman dinubuatkan Nabi Isa akan kembali.  Artinya akan muncul suatu kaum dari berbagai bangsa dan kepercayaan yang sosok-sosoknya yang telah siap masuk density-4 yang mempunyai ruh seperti Nabi Isa - may peace be upon him, dengan kata lain pihak STO akan mewarisi Bumi]

Perkiraan saya, sulit dimengerti bahwa sosok Muhammad, may peace and blessing be upon him, lebih bersifat feminin dan STO, karena peperangan-peperangan yang dilakukan beliau.  Ditambah lagi peperangan dan ekspansi wilayah yang dilakukan oleh para pengikut beliau setelah beliau wafat. Diperumit oleh kenyataan Khalifahnya ada yang dibunuh oleh pihak yang menyatakan diri mereka orang Islam.  Jalur Wisnu bukannya tanpa sifat maskulin sama sekali.  Nabi Musa, may peace be upon him, karena keperluan kaumnya waktu itu lebih mengajarkan sisi maskulin Tuhan (mata dibalas mata) sedangkan Nabi Isa kebalikannya untuk melunakkan kaumnya lebih mengajarkan sisi feminin Tuhan.  Pada sosok Muhammad kedua sisi ini lebih di seimbangkan supaya ajaran Tauhid-Unity-STO bisa menyebar di bumi ini.  [kenyataannya bangsa-bangsa Eropa yang Nasrani tidak feminin juga khan....malah jajah sana jajah sini].

Sisi feminin Tuhan dengan jelas diperlihatkan ketika Kota Mekah ditahlukan lalu musuh-musuh beliau dimaafkan, seperti halnya Nabi Yusuf, may peace be upon him, memaafkan saudara-saudaranya yang berusaha menghabisi beliau.   Ini pula alasannya kenapa Bumi diserahkan pada pihak STO yaitu karena sifat pemaaf (feminin) manusia secara global di Perang Dunia Kedua terhadap pihak-pihak yang kalah perang [kondisi sebaliknya terus di usahakan oleh pihak-pihak yang tidak bisa menerima kenyataan ini melalui Perang Dingin, Korea, Vietnam, Aceh, Maluku, Peristiwa 911, Peledakan bom-bom, pendeknya semua kejadian yang bisa menimbulkan kebencian, amarah, dendam dan sebangsanya - tentunya secara sadar dan tidak sadar]. 

Sebagaimana Krishna titisan Wisnu - may peace be upon them, Nabi Muhammad tidak ada masalah melakukan perang jika memang diperlukan untuk kepentingan orang banyak (STO). Yang menjadi kompleks bagi sosok Muhammad adalah beliau harus menjadi contoh bagi orang-orang yang ingin mengikuti jalur Manusia-STO maupun jalur Jin-STS sekaligus (bunyi ayat-ayat Al-Quran banyak yang sangat maskulin), tidak boleh berat sebelah karena akan melanggar free will / kebebasan orang memilih jalur.  Model "guru" yang seperti ini tidak akan/perlu muncul lagi.  Pada saat ini dimana Manusia-STO telah ditetapkan akan mewarisi Bumi maka tidak heran kalau nuansa-nuansa ajaran para "guru" sekarang sangat feminin mirip ajaran Nabi Isa [pasrah ... pasrah ... pasrah .... love .... love ... tanpa pamrih ...cintai musuhmu.. dstnya] mengimbangi dominasi ajaran-ajaran yang terlalu maskulin beribu-ribu tahun. 

May we always be in peace,

Jusuf Achmad.

Bersambung...

Hosted by www.Geocities.ws

1