Home | Resensi Film

Kung Fu Hustle

Jagoan Super di Jagat Kung Fu

Stephen Cow

Adegan pertama: wah, ini film mafia vs. polisi yang bakal lebih galak daripada Infernal Affairs. Adegan kedua: lho, The Untouchables dalam gaya kolosal The Mummy. Adegan ketiga: Gang Kapak menari-menyanyi -- nyaris Bollywood-style, namun langsung menunjukkan batang hidung film ini: "Halo, ini sebuah dagelan!" Dan baru ingat, ini memang filmnya Stephen Chow -- ya, sejak kapan sih dia berhenti membanyol?

Tapi, Chow sendiri belum nongol bahkan sampai adegan keempat. Adegan berlangsung di sebuah kampung bernama nyinyir, Kandang Babi, yang setting-nya mirip panggung Teater Koma yang sempat kutonton di teve. Dalam gerak kamera yang cekatan, penonton diperkenalkan pada rentetan penghuni eksentrik di kampung nyentrik itu, yang ternyata dikuasai seorang Tuan Tanah kurus agak gemulai, yang ternyata dikuasai oleh sang Nyonya Tanah galak (begitu melihatnya, teringat aku pada Yu Beruk). Penonton geerrr.

Barulah Chow muncul, dengan seorang kawan seiring yang montok. Bertampang ahmak, mereka berlagak sebagai anggota Gang Kapak dan hendak bikin onar. Ketika ia menantang penduduk bertarung satu lawan satu, penonton geerrr lagi. Chow salah tebak terus. Seorang perempuan petani ternyata sanggup menjotoskan pukulan telak; si pendek ternyata si jangkung; si bapak tua ternyata binaragawan berotot kawat bertulang besi. Kederlah dia, dan meletuskan kembang api, tanda minta bantuan.

Kembang api itu meledak di topi pemimpin gerombolan Gang Kapak yang sedang lewat. Mereka segera mengepung kampung itu. Akankah kampung kecil itu terbumihanguskan? Hehe, mereka kecele juga. Ternyata ada tiga jagoan kung fu yang selama ini menyamar sebagai penduduk biasa (ingat The Incredibles?), dan aksi ketiganya berhasil membuat Gang Kapak kocar-kacir.

Eh, apakah aku sudah bocor mulut, bercerita terlalu jauh? Jangan khawatir. Cerita tidak penting-penting amat di sini, dan apa yang sudah kuceritakan itu pun masih jauh dari ujung perjalanan. Kung Fu Hustle tersusun ala video game, tambah level tambah seru. Kegairahan nonton film ini berlangsung dalam menantikan siapa jagoan berikutnya, apa jurus yang dimainkannya, sampai nantinya akan muncul Sang Jagoan di atas segala jagoan. Dan jangan lupa, sepanjang perjalanan perut kita akan terguncang-guncang ketawa, sampai kepala ini sakit rasanya.

Ini dia daftar jagoannya dan kecakapan khusus mereka masing-masing: Tuan Tanah (tai chi), Nyonya Tanah (auman singa), Penjahit (pukulan rantai besi), Kuli (dua belas tendangan Pondok Tan), Donat (delapan tombak), si Buruk (jurus bangkong sekte Kunlun), sepasang pemain harpa (melodi maut). Kebayang 'kan ramenya? Itu pun belum menyebutkan peranan Chow yang bermain sebagai Sing, si pemuda ahmak tadi.

Koreografi laganya amat bervariasi, mulai dari yang elegan ala Crouching Tiger, Hidden Dragon hingga yang dinamis-sadis ala Kill Bill. Pengarah gerak film-film itu memang satu nama: Yuen Woo-Ping (yang juga terlibat dalam trilogi The Matrix). Kali ini ia didampingi dengan Sammo Hung.

Laga demi laga semuanya dibesut dalam nada serius-serius konyol. Komedi film ini melekat pada keunikan masing-masing tokoh sehingga sekalipun slapstick dan sadis tetap nendang banget. Sambil terperangah oleh aksi mereka, kita tergelak. Jurus melodi maut yang didentingkan dari sebuah harpa itu, misalnya, efek tingkat rendahnya adalah memotong tubuh kucing!

Stephen Chow secara nakal, namun cerdik, juga "melirik" sejumlah film lain -- di luar yang sudah disebut-sebut di atas. Ada Nyonya Tanah berkejar-kejaran dengan Sing dalam gerak-cepat-kaki-terputar ala Road Runner. Ada kalimat yang dicuplik dari Spider-man. Ada pula penglihatan ala The Shining. Singkatnya, dari Bruce Lee sampai Tarantino.

Bagiku, kejutan Kung Fu Hustle sebenarnya justru pada ceritanya -- yang tadi kubilang tidak penting-penting amat itu. Terasa tidak penting karena Stephen Chow memang kelihatan seperti bocah yang asyik bermain-main. Kisah cinta yang tersisip dan hubungan Sing dengan kawan seiringnya tidak ditelisik lebih jauh. Namun, terbalut di antara kesemarakan adegan laga dan keriuhan gelak tawa komedi, kutemukan simbol-simbol tak terduga. Semoga Anda tidak menuduhku mengada-ada. Simaklah (sori, berbau spoiler).

Ada jagoan yang dinubuatkan dalam sebuah buku. Ada jagoan yang dalam kekalahannya justru menemukan kemenangan, dalam "kematian"-nya menemukan kebangkitan. "Kepompong" yang terburai itu mengingatkanku pada kain kafan yang tertinggal di sebuah kubur terbuka pada suatu Minggu pagi. Jagoan yang menembus langit dan mendapatkan jurus paling ampuh, Telapak Sang Budha, mengingatkanku pada seorang tokoh yang "naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu" dan memberikan karunia lima jawatan (lima karunia ini kerap digambarkan sebagai lima jari tangan) kepada para pengikut setia. Tak disangka, bukan?

Selebihnya, epilog film ini mirip dengan Dark City. Seperti John Murdoch membangun dunia baru menurut keinginannya, sang jagoan membangun sebuah kota menurut impian masa kanak-kanaknya, dan menikmati kota itu dalam gairah kanak-kanak. Di situ ada cinta pertamanya, di situ ada permen loli. Dan juga ingus yang meleleh. *** (06/04/2005 - oleh-oleh buat Mas Wrekso)

Catatan: Film ini terpilih sebagai Film Terbaik dalam 24th Annual Hong Kong Film Award, dan pada Februari 2005 melampaui angka box office film Chow terdahulu, Shaolin Soccer, sehingga menjadi film Hong Kong paling laris di Hong Kong.

KUNG FU HUSTLE. Sutradara: Stephen Chow. Skenario: Stephen Chow, Tsang Kan Cheong, Chan Man Keung. Pemain: Stephen Chow, Yuen Wah, Yuen Qui, Leung Siu Lung, Shengyi Huang. Asal/Tahun: China/Hong Kong, 2004.

Home | Film Favorit | Email

© 2005 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1