Home | Bio | Kabar & Jurnal


Kabar & Jurnal

~ 2003 ~


Agustus - September

13/9 | Menjawab email Sidik. Kutulis antara lain:

"Tentang Patch Adams, aku udah nonton dua tahunan lalu. Ceritanya bagus (laughter is the best medicine), namun sebagai film: mediocre. Dalam memilih film, aku suka berada dalam ketegangan antara "isi yang bagus" (content) dan "karya film yang apik" (style). Ada film yang apik, namun isinya kurang sreg. Contoh yang baru saja kutonton, Once Upon a Time in America. Sebagai film, jempol. Plot zig-zagnya, ilustrasi musik, akting, dsb. Namun, kisahnya, seperti kutulis: Too elegiac, bloody, distressing. Terlalu condong ke sisi minor kehidupan. Sebaliknya, ada yang isinya bagus, namun sebagai karya film mediocre (suam-suam kuku, kelas dua). Selain Patch Adams, contoh lainnya adalah Joseph: King of Dream - prequel-nya Prince of Egypt. Soal cerita, siapa bisa menyanggah kebagusan kisah Yusuf. Sayangnya, film itu tidak berhasil mengadaptasi kisah bagus itu menjadi film yang memuaskan. Animasinya tanggung (beberapa tingkat di bawah PoE), penceritaannya 'tipis', lagu-lagunya kurang nges. Bagian yang agak lumayan adalah mimpi Yusuf yang digambarkan dalam gaya lukisan van Gogh itu. Contoh lain: The Miracle of the Card. Alasan ini pula yang membuatku kurang menyukai film-film tentang Yesus (belum ada satu pun yang masuk ke daftarku!) - jauh lebih enak dan lebih baik baca Alkitab, atau buku bagus tentang Yesus saja. Mungkin nanti The Passion-nya Mel Gibson tampil beda."

7/9 | Mulai Januari 2004, jatah topikku untuk Renungan Malam beralih dari "Dunia Pelayanan" ke "Dunia Diri." Penyegaran, dan ya, semoga kualitasnya pun kian membaik.

27/8 | Kami pindah ke Green. Wah, jadi master of this castle, nih!

20/8 | Hendro dan Nova ke Yogya. Hanya Hendro yang sempat singgah sebentar. Kami dioleh-oleh New Living Translation dan CD Handel. Matur nuwun!

19/8 | Merombak situs ini, khususnya penampilan halaman tengah. Bukan lagi berisi sekadar deretan judul, sekarang halaman-halaman itu diimbuhi ilustrasi pemanis.

15/8 | Membalas email Sasa. Kutulis antara lain:

"Minggu ini saya berjumpa dengan Penafsir Kepedihan (Intepreter of Maladies)-nya Jhumpa Lahiri, penulis cerpen India-Amerika peraih Pulitzer 2000. Menakjubkan cerita-ceritanya, dan untung pula terjemahannya apik. Kaya detil, atmosfirnya 'gulita yang lembut' (pinjam frasa di salah satu cerpennya), mengalir tenang, namun toh menyembulkan harapan. Seneng bisa baca cerpen kayak gini karena biasanya dikerubuti cerpen-cerpen koran yang serba tanggung itu. Selama ini, kalau pengin cerita yang agak 'lain', biasanya aku berkunjung ke New Yorker, lalu download halaman ramah-cetak Fiction. Ya, walaupun memahaminya lumayan grathul-grathul, karena, tahulah, bahasanya 'kan nyastra. Di Indonesia jarang ketemu cerpen yang intens begitu. Dulu ada Eyang Pram, Sri Sumarah dan Bawuk-nya Pak Kayam, Orang-orang Bloomington-nya Budi Darma. Sekarang beberapa penerbitan khusus (Kalam, Jurnal Cerpen, Prosa) menawarkan cerpen yang agak lain – tapi, nggak ada edisi online yang bisa di-download, hehe.... "

9/8 | Selesai menyusun buku Alkitabingah Satu Setengah. Kalau buku pertama dulu kumpulan artikel, buku ini kumpulan humor dan teka-teki, data dan fakta, kisah dan ilustrasi serta komentar tokoh-tokoh terkenal seputar Alkitab. Mudah-mudahan ada penerbit yang tertarik menerbitkannya.

5/8 | Membalas email Sidik. Kutulis antara lain:

"... film paling favorit saya adalah Beauty and the Beast. Selain kekayaan lapisan makna seperti yang saya tulis dalam resensi, this film speaks to me on a very personal level. Saya mengidentifikasikan diri saya dengan Beast. Not in appearance, of course, but I realize there is a Beast in the basement of my heart. Dan, ya, seperti dikatakan sebuah lagu, 'It's Your kindness that leads us to repentance o, Lord.' Ya, hanya oleh kasih dan kebaikan Tuhanlah the Beast itu bisa berubah kembali menjadi Prince Charming (our true identity in Christ). Aku sadar, my personal Beast has not fully transformed yet. (Saya sangat suka adegan yang memperlihatkan mata Beast tampak lembut, nyaris berkaca-kaca, membiaskan rasa bersalah, ketika Belle meratap karena tidak diizinkan berpamitan dengan ayahnya.) Tapi aku bersyukur, 'Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.' Tuhan terus mengerjakan perubahan itu, menembus kebebalan saya, menunjukkan kasih-Nya, melalui Rina, anak-anak, orang-orang tercinta di sekeliling saya.

Dan juga, melalui talenta menulis. Setelah saya renung-renungkan apa artinya menulis bagi saya, saya sampai pada kesimpulan ini: 'Menulis adalah suatu bentuk terapi. Menulis adalah sebuah tempat pembelajaran. Menulis bukanlah sebuah tujuan, melainkan suatu perjalanan.' Ya, perjalanan menuju kedewasaan, menuju 'kesempurnaan' yang dikatakan Firman Tuhan. Menulis, meminjam sebuah puisi yang saya jadikan moto homepage saya, adalah jejak perjalanan menuju 'pertemuan dengan darah percikan dan luka-luka tubuhmu' – a journey of sanctification. Semoga!

Tentang 'Whoever saves one life, save the world entire' dalam Schindler's List itu – menurutmu sendiri bagaimana? Kalau menurut saya, perkataan ini berusaha menunjukkan nilai SATU orang, bahwa one man can make a difference. Betapa berharganya SATU orang ini juga diperlihatkan Yesus dalam perumpamaan tentang domba yang hilang. (Kalau perumpamaan dirham yang hilang, yang ditekankah adalah INTENSITAS misi penyelamatannya.)"

 


Home | Bio | Email

Hosted by www.Geocities.ws

1