JENUH DENGAN OBROLAN DIGITAL LIBRARY, APAKAH KESEMUA ITU HANYA OMONG KOSONG BELAKA?

Menarik sekali, ada obrolan yang sangat menarik dan hangat untuk disimak...Menurut saya pendapat ini bisa menjadi bahan perenungan bagi para pustakawan dan mahasiswa JIP yang bakal menjadi pustakawan. 

Nona seorang pustakawan menanyakan pada Guru Besar Ilmu perpustakan kita....begini; 

Saya termasuk yang jarang berkomentar di sini. alasannya adalah saya jenuh
dengan pembicaraan yang tidak jauh dari dunia digital library itu.Sekarang sepertinya semua orang demam. demam digital. apa-apa digital. Kalau boleh
dibilang semua pustakawan disibukkan dengan digital library. Kalau kita mau menoleh sebentar kebelakang. Masyarakat kita ini belum lewat  dari masa melek huruf (itupun masih sekian persen). Belum melewati dengan  benar masa itu, kita sudah diterjang dengan dunia digital, mulai dari tv  kemudian komputer. Masyarakat kita bisa dibilang secara sosial belum mapan  untuk itu. Sepertinya semuanya instan. Sampai ahli2 yang kita punyai juga instan. Semua orang muncul dengan eforia digital. Apa tidak sebaiknya kita koreksi lebih dulu, apa benar masyarakat kita sekarang ini membutuhkan itu (digital library)? Perlu dipertimbangkan bahwa  sekian persen (saya tidak tahu pastinya, yang saya yakin cukup banyak) dari penduduk kita itu masih "illiteracy" (saya sengaja tidak mengartikannya sebagai buta huruf).Kalau ini tidak kita pikirkan secara matang, saya yakin sampai kapanpun positioning perpustakaan di mata masyarakat tidak akan ada. ([email protected], dikirim Sent: Monday, October 01, 2001 12:44 PM ke
[email protected]

Ditanggapi oleh Guru Besar Kita:

Nona yang baik, Saya setuju dengan anda bahwa masih banyak di antara masyarakat kita yang melek baca artinya menjadikan membaca sebagai bagian kegiatan mereka. Untuk meningkatkan aras melek baca bukanlah tugas perpustakaan melainkan tugas pemerintah dan masyarakat. Baru kalau mereka sudah melek baca sampai tingkat tertentu perpustakaan meneydiakan materi bacaan. Penyediaan materi bacaan ini dapat dilakukan secara tradisional (materi tercetak, data analog) maupun secara digital dalam bentuk perpustakaan digital. Sekarang ini memang masih demam perpustakan digital walaupun sebenarnya apakah sudah ada perpustakaan yang benar-benar digital? 

Hanya koleksi tertentu saja yang sudah dalam bentuk digital, sisanya masih dalam bentuk cetak sehingga ada yang menyebutnya gabungan kedua jenis perpustakaan tersebut sebagai perpustakaan hibrida karena campuran antara 2 jenis koleksi itu. Untuk Indonesia kita masih mempertimbangkan kesenjangan digital (digital divide) yang sangat besar di kalangan masyarakat termasuk pemakai perpustakaan. Jangankan Indonesia, bahkan untuk negara semaju AS masih terdapat kesenjangan digital yang menjadikan keprihatiann masyarakat. Maka untuk Indonesia, perpustakaan berkarya sesuai dengan kepentingan pemakai, lingkungan budaya, tingkat melek huruf dan konteks sosial dan teknologi lainnya. Sulistyo ("Sulistyo-Basuki" [email protected] di milist: [email protected]

Kami sebagai redaksi sangat setuju sekali dengan pendapat tersebut di atas...Bagaimanapun juga masyarakat yang menentukan keberhasilan sebuah sistem perpustakaan yang handal....(IP/AP/2-10-2001)
 

MAIN MENU

1

Pelecehan Perpustakaan

Apasih Keahlian Yang Diperlukan Pustakawan

Pengen Deh Install Linux dan NT Bareng...
Kisah Sedih Dari Gd. VIII.
Hosted by www.Geocities.ws

1