MATERI KULIAH
PENYUNTINGAN
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DOSEN: NGARTO FEBRUANA
KEJELASAN
Tulisan yang sudah bisa kita pahami
bukanlah akhir sebuah pekerjaan. Untuk membuat tulisan
gampang dibaca, kita harus membuatnya sangat jelas.
n
Kata Sederhana:
asistensi = bantuan
partisipasi = ambil bagian, ikut serta
nonesensial = tidak dibutuhkan
profisiensi = keahlian, keterampilan
n
Kata Khusus:
Sebuah bangunan hancur akibat bencana beberapa tahun
lalu. (umum)
Ruang lobi Hotel Marriot hancur
akibat ledakan bom pada 5 Agustus 2005. (khusus)
n
Rujukan
yang Jelas: Kata Ganti
Amin berkata pada Rita bahwa
ayahnya sedang sakit keras.
n
Perbandingan yang Jelas
Buatlah setiap perbandingan lengkap dan akurat.
Hidup di desa lebih nyaman.
Lebih nyaman dari apa?
Hidup di desa lebih nyaman
daripada hidup di kota.
n
Pada
akhir pekan pun ia cukup sibuk.
(Sesibuk apa? Sama sibuknya dengan hari kerja?)
n
Berenang
di kolam lebih menyenangkan.
(Lebih menyenangkan
dari apa?)
Menyunting Substansi
Tesis yang Menantang
Memiliki topik dan
tujuan saja masih belum cukup.
Kita juga perlu sesuatu yang menarik untuk dikatakan
tentang topik itu: tesis. Esai yang readable
(enak dibaca) memiliki tesis yang menantang pikiran
pembaca, membuat mereka “tetap duduk dan menaruh
perhatian.”
Perhatikan paragraf
berikut ini:
Masalah yang cukup
menarik untuk diduskusikan adalah bagaimana seseorang
menjadi terkenal. Ketenaran bisa jadi diinginkan atau
tidak, bergantung pada sudut pandang setiap orang.
Seseorang dapat menjadi terkenal dalam bidang,
contohnya, bisnis pertunjukan, politik, olahraga, dan
lain-lain.
Perlukah kita
mengumumkan bahwa sebuah topik menarik? Biarkan pembaca
yang akan memutuskannya sendiri. Kalimat kedua dan
ketiga mengatakan sesuatu yang sudah jelas, tidak
menambahkan sesuatu yang benar-benar menarik. Perhatikan
kalimat berikut yang idenya tidak memberi harapan
apa-apa:
Ada banyak cara
mendapat kebahagiaan.
Tidak ada dua orang yang benar-benar serupa.
Pernyataan tersebut
platitude alias hampa atau basi; hanya mengatakan
sesuatu yang sudah diketahui pembaca. Mungkin pembaca
akan berkomentar: ”Ya, cuma, itu. Lalu apa?” Bahkan
mungkin lebih buruk: ”siapa peduli?” Ketika kita
menulis, kita ingin membalik ”siapa peduli?” menjadi,
hai, bagaimana tentang hal itu! Apa yang kita butuhkan
adalah cara menggulirkan gagasan yang tidak sama dengan
pikiran pembaca pada umumnya. Kita dapat memulai dengan
menanyakan kepada diri sendiri: Apa pun topik kita, kita
dapat menanyakan, ”Bagaimana jika...”
Bagaimana jika
topik ini dilihat dari sudut pandang berbeda, dari sudut
pandang orang atau tempat atau waktu yang berbeda?
Bagaimana jika
topik itu tidak seperti yang ”tampak”?
Bagaimana jika kita
membalik pikiran dari atas ke bawah?
Perhatikan kalimat
berikut:
Ketulusan yang cuma
sedikit adalah sesuatu yang berbahaya.
(Oscar Wilde)
Seorang penyair,
yang meninggal, dikubur tidak dengan kata-katanya.
(Goenawan Mohamad)
Demokrasi bukan
resep untuk mengatasi segala penyakit bangsa.
(Robertus Robert)
Esai berdasarkan
epigram tentu akan lebih menarik daripada esai
berdasarkan kata-kata hampa. Jika kita ingin membuat
tesis yang menantang, kita harus membalik ide dan
melihatnya dengan pandangan yang baru. Epigram adalah
ungkapan pendek yang mengandung gagasan atau peristiwa
yang diakhiri dengan pernyataan menarik dan biasanya
merupakan sindiran.
Ironi Berpilin
Ketika kita sengaja
mengatakan sesuatu yang artinya berlawanan, kita
menggunakan ironi. Pendekatan tersebut memberikan kita
cara untuk membalik gagasan yang digunakan sehari-hari.
Pendekatan ironi ini dapat menolong kita dari tesis yang
lunak.
Mengatakan Lebih
atau Mengatakan Kurang
- Mengatakan
sesuatu sebagaimana yang kita maksudkan, tidak kurang
dan tidak lebih, dengan menggunakan bahasa harfiah.
- Mengatakan
sesuatu yang berlawanan arti, dengan menggunakan
ironi.
- Mengatakan
sesuatu yang lebih dari yang kita maksudkan, dengan
menggunakan hiperbola.
- Mengatakan
sesuatu yang kurang dari yang kita maksudkan, dengan
menggunakan understatement.
Mengonkretkan
Sesuatu yang Nyata
Gagasan yang ada
dalam pikiran kita, berupa konsep yang tidak dapat
dirasakan dalam dunia nyata di sekitar kita, adalah
abstrak. Contohnya: persahabatan, kebebasan, korupsi,
dan lain-lain. Kita tidak dapat melihat gagasan
tersebut; kita hanya memikirkan tentang itu.
Gagasan abstrak
sulit menempel dalam benak kita. Sementara itu, kita
ingin pembaca mengerti. Bagaimana kita dapat menulis
sesuatu yang gampang dibaca mengenai ide abstrak?
Kita dapat membantu
pemahaman pembaca tentang gagasan abstrak dengan
menerjemahkan yang abstrak tersebut ke dalam sesuatu
yang nyata, yang dapat diindera dalam dunia sekeliling
kita. Jika kita menyebut ketakutan, kita menulis
sesuatu yang abstrak; jika kita memperlihatkan kejadial
aktual mengenai ketakutan, kita menulis secara konkret.
Jika kita mengatakan matahari tenggelam itu indah, kita
menulis secara abstrak; jika kita memperlihatkan pembaca
warnanya, bentuknya, kita menulis secara konkret.
Contoh dan
Ilustrasi
Seabstrak apa pun
sebuah gagasan, bisa kita beri substansi dengan contoh
dan ilustrasi.
Sebuah ilustrasi
adalah kisah pendek dari kehidupan nyata, digunakan
untuk mengonkretkan sebuah gagasan.
Perbandingan dan
Kontras
Cara lain untuk
memberikan substansi pada tulisan kita adalah
membandingkan apa yang ada dalam pikiran kita dengan
beberapa pengalaman pembaca yang sudah akrab. Dengan
demikian kita membawa pengalaman pembaca untuk memikul
atas topik dan membuat gagasan baru yang lebih mudah
dipahami.
Contoh:
Menjadi mahasiswa
memerlukan uang, waktu, upaya, dan kesabaran.
Kita bisa
memberikan substansi dengan sebuah perbandingan.
Perhatikan contoh berikut.
Memasuki dunia
perguruan tinggi seperti membuka usaha. Kita memerlukan
modal berupa uang yang banyak, waktu, dan upaya. Seperti
halnya pemilik bisnis, kita membutuhkan kesabaran, dan
kita perlu meyakinkan orang lain mengenai usaha kita.
Penyataan yang
Masuk Akal
Pastikan apa yang
kamu katakan masuk akal.
Ketika kita meminta
pembaca menerima sesuatu yang absurd atau tidak
masuk akal, kita kehilangan readability.
Seni menulis:
kejelian menempatkan kata yang kuat di tempat yang
penting.
F.L. Lucas (1894-1967)
Editing untuk Memberikan Penekanan
n
Menarik
Perhatian: Judul dan Pembuka
n
Pernyataan
Langsung
n
Repetisi
yang Efektif
n
Tekanan dan
Subordinasi
n
Paragraf
n
Ending
1.
Menarik Perhatian:
Judul dan Paragraf Pembuka
n
Paragraf awal sebuah tulisan harus utuh.
n
Paragraf pembuka yang kuat dan empatik mengajukan tesis
dan menyetel irama keseluruhan tulisan.
n
Buatlah judul dan paragraf awal menantang pembaca.
Kenalkan topik, tesis, dan bangun irama.
Contoh Paragraf yang Menarik:
Pagoda
Agama
dimulai dengan senyap.
Tak seorang
pun hadir di dekat Buddha malam itu. Setelah enyah bala
tentara Mara, gergasi gaib yang mencoba mengusiknya,
Buddha melanjutkan meditasi. Akhirnya sampailah ia pada
cattari ariyasaccani, empat kebenaran leluhur….
Agama
dimulai dari hening dan sebuah saat yang dahsyat….
(Goenawan Mohamad,
Catatan Pinggir, TEMPO, 4 Maret 2007)
Contoh 2:
Nasionalisme
Kita
hidup dengan kontradiksi di tapal batas. Kini dengan
cerdik dan cekatan pelbagai hal—buruh, komoditas,
korupsi, agenda politik, terorisme—melintasi perbatasan.
Tapi di sana-sini tembok nasional dibangun makin tinggi.
Dunia menyempit, dunia kian sengit, dan wajar jika kita
bertanya: Bisakah nasionalisme dielakkan? Haruskah?
(Goenawan Mohamad,
Catatan Pinggir, TEMPO, 4 Maret 2007)
Contoh
paragraf awal yang tidak utuh
n
Baru tiga bulan bekerja sebagai Wakil Sekretaris
Jenderal Komnas Perlindungan Anak, dan membaca tumpukan
berkas pelbagai persoalan yang melibatkan
makhluk-makhluk mungil itu, sudah cukup membuat Wanda
Hamidah, 29 tahun, mensyukuri masa kecilnya. “Meskipun
pernah dipukul sapu dan belt oleh orang tua,
secara umum masa kanak-kanak saya bahagia sekali,”
katanya.
n
(TEMPO, 22 April 2007,
halaman 136)
Perbaikan:
n
Membaca
tumpukan berkas tentang kekerasan terhadap anak, ketika
menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan
Anak, yang baru dijalani tiga bulan, membuat Wanda
Hamidah, 29 tahun, mensyukuri masa kecilnya. “Meskipun
pernah dipukul sapu dan belt oleh orang tua,
secara umum masa kanak-kanak saya bahagia sekali,”
katanya.
2.
Pernyataan Langsung:
n
Tulisan
yang mudah dibaca menempatkan gagasan secara langsung,
bukan dengan malu-malu. Sebagai penulis yang matang kita
harus bertanggung jawab terhadap ide kita.
Contoh pernyataan tidak langsung:
n
Menurut
pendapat saya
sistem pertahanan nasional kita bermasalah.
n
Jika
saya tidak salah,
pengadilan tampaknya terlalu lembek.
n
Pengalaman
traumatik boleh dikatakan mempunyai dampak pada
perilaku seseorang.
n
Entah
karena trauma otoritarianisme, entah karena keterbatasan
ide politik, selama ini kita telanjur menganggap
demokrasi sebagai satu-satunya jawaban serta resep untuk
semua kekurangan dan penyakit yang tumbuh dalam
kehidupan berbangsa entah itu di wilayah politik,
ekonomi maupun sosial.
Contoh Pernyataan Langsung:
n
Sistem
pertahanan nasional kita bermasalah.
n
Pengadilan
terlalu lembek.
n
Pengalaman
traumatik, menurut pendapat psikolog Sarlito Wirawan,
mempunyai dampak pada perilaku seseorang.
n
Karena
trauma otoritarianisme dan keterbatasan ide politik,
selama ini kita telanjur menganggap demokrasi sebagai
satu-satunya jawaban atas segala permasalahan kehidupan
berbangsa, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
sosial.
3.
Repetisi yang Efektif
n
Paralel
n
Alternatif
n
Kontras
n
Aliterasi
n
Asonansi
4.
Tekanan dan Subordinasi
n
Ide yang
penting lebih ditekankan daripada ide yang kurang
penting.
Contoh:
Perusahaan
menggunakan sistem pengamanan baru hanya satu minggu
sebelum tiga karyawan tewas dalam sebuah
kecelakaan.
Perbaikan:
Hanya satu minggu
setelah perusahaan menggunakan sistem pengamanan baru,
tiga karyawan tewas dalam sebuah kecelakaan.
n
KOMBINASI:
Dua atau lebih gagasan utama yang terletak berurutan,
semuanya tampak sama-sama penting. Kita bisa
menggabungkan kedua gagasan itu dalam satu kalimat.
Contoh:
Saya memutuskan
untuk menemui kepala sekolah. Ayah saya tidak suka ide
itu.
Saya memutuskan
untuk menemui kepala sekolah walau ayah saya tidak suka
ide itu.
Ayah saya tidak
suka keputusan saya menemui kepala sekolah.
Pedoman subordinasi:
n
Apa yang
terjadi lebih
penting ketimbang kapan, di mana, mengapa, bagaimana.
n
Ide yang
kurang penting (minor) disubordinasi dalam klausa yang
dimulai dengan kata ketika, sambil, sebelum, sesudah,
sejak, sampai, karena, walaupun.
n
Kita
tinggal di wilayah rawan gempa. Kita harus mengetahui
cara menghadapi gempa.
n
Karena
kita tinggal di wilayah rawan gempa, kita harus
mengetahui cara menghadapi gempa.
n
Tinggal di
wilayah rawan gempa, kita harus mengetahui cara
menghadapi gempa.
n
Nur Mahmudi
meraih 78 persen suara, karena itu ia memenangi Pilkada
Depok.
n
Nur Mahmudi
memenangi Pilkada Depok, dengan meraih 78 persen suara.
n
Seorang ibu
menggendong bayi. Ia berdesak-desakan antre membeli
minyak tanah.
n
Seorang ibu
dengan menggendong bayi berdesak-desakan antre
membeli minyak tanah.
n
Joni adalah
kakak sulungku. Ia selalu melindungiku. Ia membantuku
menyelesaikan segala masalah.
n
Joni, kakak
sulungku, yang selalu melindungiku, membantuku
menyelesaikan segala masalah.
5.
Paragraf
n
Paragraf
yang mudah dibaca ialah sekelompok kalimat yang bekerja
sama dengan kompak.
n
Paragraf
yang baik memperluas topik dengan mengembangkan
definisi, deskripsi, contoh-contoh, dan ilustrasi.
n
Tiga
kualitas paragraf yang mudah dibaca: (1) kesatuan topik,
(2) pengembangan ide, (3) kepaduan pikiran.
n
Banyak di
antara kita menganggap belajar sebagai beban, bahkan
semacam perbudakan. Ini suatu kesalahan. Padahal,
belajar merupakan kesenangan yang alamiah, bawaan lahir,
dan naluriah. Suatu kenikmatan yang esensial bagi
manusia.
n
Kalimat
pertama pada paragraf tersebut menghadirkan topik
“belajar”. Semua kalimat pada paragraf itu berhubungan
dengan--dan mengembangkan--topik tersebut,
memperlihatkan perbedaan antara “belajar” sebagai beban
dan belajar sebagai kesenangan. Paragraf itu juga
memiliki kesatuan (hanya satu topik), pengembangan ide,
dan kepaduan (semua kalimat bekerja sama).
Topik Paragraf
Kalimat yang
berisi topik paragraph memiliki logika yang jernih; ada
sebuah gagasan utama, tersurat atau tersirat; dan sebuah
kelompok kalimat yang mengembangkan gagasan itu.
Tanpa kalimat yang
berisi topik paragraf tidak ada pesan yang bisa
dikembangkan.
Tiga Prinsip
n
Katakan
kepada pembaca secara jelas apa yang dikatakan paragraf
itu.
n
Pastikan
bahwa setiap kalimat berhubungan dengan topik.
n
Berikan
pembaca informasi yang cukup.
6.
Ending
n
Ending
merupakan bagian paling empatik sebuah esai.
n
Ending
harus membuat pembaca paham-- dan puas.
n
Agar
memuaskan pembaca, ending tidak sekadar mengulang apa
yang sudah dikatakan.
|