Setiap
Muslim adalah Khalifah
Rahasia Allah tentang reformasi konsep manusia dalam
memandang dunia "Dan datanglah dari ujung kota. Seorang laki-laki dengan
bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah
orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk." (Yaasin: 20-21) Revolusi
peradaban. Itulah yang dialami bangsa Arab sesudah Islam lahir dan mengakar di
sana. Bangsa Arab yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan, kecuali
ditempatkan pada jajaran bangsa-bangsa terbelakang, dalam waktu relatif singkat
berubah menjadi bangsa yang kuat dan berperadaban tinggi. Bangsa yang semula
dicemooh dan dihina oleh bangsa-bangsa lain, kini berubah menjadi komunitas
masyarakat yang penuh kesimbangan. Bangsa itu seolah menjelma jadi sebuah
lingkaran yang tak berujung pangkal, karena di dalamnya terdapat manusia-manusia
yang berketerampilan tinggi pada hampir semua segi-segi kehidupan. Bangsa
Arab yang tak pernah disebut-sebut itu telah berubah secara drastis. Bila
sebelumnya sangat bergantung kepada dunia luar, kini menjadi bangsa yang kuat
dan mandiri. Ia bukan lagi membutuhkan dunia, tapi dunia luar membutuhkannya.
Tanpa diduga oleh siapapun juga, bangsa itu telah meletakkan pondasi kenegaraan
yang kokoh dalam sebuah sistem yang beradab. Bangsa
Arab menjadi mercusuar peradaban. Jika sebelumnya berputar mengitari
peradaban-peradaban besar dunia, kini yang terjadi justeru sebaliknya. Dunia
mengitarinya, bagai semut mengitari gula. Kekuasaan negara itu mencapai luasan
yang terus bertambah hingga mencapai wilayah-wilayah di dua benua raksasa Asia
dan Afrika, bahkan menembus masuk ke jantung Eropa. Ekspansi
itu tak mungkin terjadi kecuali karena di dalamnya terdapat komponen bangsa yang
kuat, utuh, dan berperadaban tinggi. Pejabat-pejabat negaranya mampu dan berjiwa
Tauhid. Ummatnya matang, karena baru selesai ditempa oleh serangkaian perjuangan,
perlawanan, dan pembebasan. Di kalangan komunitas ummat itu terdapat para
pemimpin yang adil, pengelola keuangan negara yang terpercaya, hakim yang jujur,
panglima yang tangguh lagi taat beribadah, birokrat yang tangguh berpegang pada
hukum Allah dan segala ketentuan yang berlaku, juga terdapat prajurit yang penuh
ketakwaan kepada Allah SWT. Adalah
Muhammad Saw, sosok pribadi yang bertangan dingin itu. Melalui ketekunannya,
dunia Arab yang suram diubah menjadi terang benderang. Melalui serangkaian
da'wah dan tarbiyah yang tak kunjung henti, utusan Allah itu mengarahkan dan
membimbing ummatnya, meninggalkan tradisi jahiliyah sampai ke akar-akarnya.
Bangsa yang dahulunya dibelenggu perilaku durhaka kepada kekuasaan Allah diantar
untuk merdeka di bawah ridha Allah. Muhammad
Saw berbeda dengan para reformis yang mendorong perubahan besar dari aspek-aspek
tertentu saja dari kehidupan manusia (ekonomi, kekuasaan, atau ketenteraman
batin). Pria lembut yang digelari al-Amin (yang dapat dipercaya) itu
melakukan perubahan dengan cara-cara yang sangat radikal. Beliau tidak hanya
mengatasi satu masalah dengan solusi yang parsial, melainkan membawa angin
perubahan yang fundamental dan utuh. Inilah rahasia mengapa daya tahan peradaban
yang dibangun Nabi demikian lama, bahkan abadi sepanjang waktu. Jika
umur reformasi di wilayah dan zaman lainnya berumur pendek dalam ukuran sejarah,
maka reformasi yang dibangun Rasulullah tetap hidup hingga kini dan sampai nanti.
Reformasi yang digerakkan Rasulullah melampaui batas-batas geografis dan
batas-batas waktu. Dalam
perjuangannya Rasulullah tidak sendirian. Hebatnya, para sahabat yang
menemaninya bukanlah manusia-manusia yang lebih baik dari para jahiliyah sebelum
memeluk Islam. Islamlah yang kemudian mengubah potensi dan sumberdaya mereka
menjadi sejuta kali lebih banyak manfaatnya dan lebih bermutu. Para
sahabat dan siapapun yang bersyahadat adalah orang-orang yang memandang bumi dan
dunia sebagai lahan kekhalifahan. Hidup bukan gudang penderitaan dan
kesengsaraan. Hidup juga bukan tempat untuk menebus dosa warisan. Sebaliknya,
dunia bukan pula tempat untuk melampiaskan kesenangan dengan kemewahan. Islam
membawa manusia memandang hidup di dunia secara sangat proporsional, balanced.
Hidup di dunia adalah karunia Allah Swt yang menjadi sumber kebaikan dan
motivasi semua kebajikan. Dunia adalah tempat sementara dengan waktu yang sangat
pendek untuk membuktikan nilai tertinggi di sisi Allah dan untuk berjihad
menegakkan kebenaran. "Sesungguhnya Aku akan menjadikan manusia di muka bumi sebagai
khalifah." (al-Baqarah:
30) "Dan sunggguh telah Kami muliakan anak cucu Adam dan Kami bawa
mereka di daratan dan di lautan dan Kami karuniakan kepada mereka rezeki yang
baik-baik serta Kami berikan kepada mereka kelebihan mengungguli makhluq-makhluq
lain yang telah Kami ciptakan."
(al-Israa: 70) Karena
masyarakat Muslim yang dididik Rasulullah itu memahami bahwa di pundaknya
terpikul amanah kekhalifahan, maka mereka melaksanakan segala hukum dan
ketentuan-Nya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun sosialnya. Dengan
cara itu konsep kekhalifahan dalam diri setiap Muslim dikuatkan dan diteguhkan
dengan pertolongan-Nya. "Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
beramal shalih di antara kalian untuk mengangkat mereka sebagai khalifah di muka
bumi sebagaimana Dia telah mengangkat sebagai khalifah orang-orang sebelum
mereka. Dan niscaya Dia teguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai
bagi mereka. Dan Allah pasti akan memberikan keamanan bagi mereka sesudah
ketakutan mereka. Mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Ku."
(an-Nuur: 55) Dengan
kekuasaan di tangan, maka manusia Muslim yang telah diangkat sebagai khalifah
itu berhak menikmati segala kenikmatan di muka bumi tanpa melampaui batas.
Mereka yang memakmurkan bumi, dan mereka pula yang berhak menikmatinya. "Katakanlah (wahai Muhammad), siapakah yang mengharamkan perhiasan
dan rezeki yang baik dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk para hamba-Nya?
Katakanlah, itu semua bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia, (dan)
semata-mata untuk kepentingan hari akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui"
(al-A'raaf: 32) Motivasi
terkuat dari kepemimpinan ummat Islam atas bangsa-bangsa lain adalah karena
mereka telah ditunjuk oleh Allah sebagai ummat terbaik yang bertugas secara
langsung mengontrol dan mengendalikan tingkah laku manusia, budi pekerti, dan
aspirasi-aspirasi mereka. Menegakkan keadilan dan kemakmuran sekaligus untuk
segenap manusia, dengan jalan melenyapkan kejahatan dan kedzaliman dan
melindungi dan membela golongan yang lemah dan teraniaya. "Kalian adalah ummat yang terbaik yang dititahkan kepada ummat
manusia; kalian memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan dan beriman kepada
Allah." (Ali
Imraan: 110) Dalam
ayat lain, Allah menegaskan: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang
menegakkan kadilan dan saksi-saksi karena Allah."
(an-Nisaa: 135) Generasi
Muslim yang teguh dan tangguh dalam menegakkan keadilan dan kebenaran ini tidak
hanya ada dalam satu kurun waktu tertentu saja, akan tetapi sambung-menyambung
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosok manusia yang selalu tampil
membawa api kebenaran dan keadilan itu selalu menghiasi dunia, kapapun saja. Hal
itu ditegaskan oleh Allah Swt: "Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang membenarkan
apa yang mereka janjikan kepada Allah, ada pula yang gugur dan ada pula yang
menanti, dan sedikitpun mereka tiada mengubah janjinya."
(al-Ahzaab: 23) Sejalan
dengan ayat di atas, Rasululah Saw menegaskan jaminannya bahwa ada sekelompok
ummat yang akan selalu tampil memperjuangkan keadilan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Beliau bersabda: "Akan ada sekelompok ummatku yang menegakkan kebenaran, tak mempan
cercaan orang hingga datang keputusan Allah (gugur) ketika mereka sedang
menegakkan kebenaran itu." (HR Muslim) Islam
tidak hanya mempunyai perbendaharaan wacana ilmu, konsep, dan sistem kebudayaan
dan peradaban yang adiluhung, tapi juga kaya manusia yang siap menegakkan
kebenaran dan keadilan di muka bumi. Kepahlawanan tokoh-tokoh Islam menghiasi
halaman-halaman buku sejarah. Jika saja penulis-penulis sejarah dunia jujur,
tentulah nama-nama besar dari sekelompok ummat Islam akan menghiasai setiap
halaman karyanya. Setelah
sekian lama dunia Islam mengalami kevakuman kepemimpinan dan kevakuman ummat
yang penuh dedikasi kepada dien-nya, maka saatnya kini kita semua
berproses untuk melahirkan kembali kepemimpinan ideal itu di permukaan bumi.
Hanya dengan itu morat-marit kehidupan sekarang ini akan bisa diatasi. Semoga
kita termasuk yang dipilih Allah sebagai pewaris manhaj nubuwwah (jalan
kenabian), yang karenanya kita terus berikhtiar untuk mendapatkannya.· (Hamim
Thohari)
|