C M C Online |
|
Karl membuka Alkitabnya pada perumpamaan orang Samaria yang murah hati. "Kalian bagaikan orang Samaria terhadap diriku," katanya. "Dengan murah hati kalian sudah menerima aku, sehingga aku tidak kedinginan, dan aku selamat dari bahaya binatang buas yang mengintai dalam kegelapan malam."
Tibalah waktu makan malam. Karl makan dengan lahapnya. Makanan itu sangat sederhana,
tetapi disuguhkan dalam keadaan panas dan diberi bumbu menurut seleranya.
Sesudah makan, Karl Olsen mulai bercerita lagi. Pak Antoni dan Ibu Marya duduk
sambil mendengarkan, bersama dengan si Marya Kecil dan si Yan dan si Zosia.
Yang dibacakan ialah cerita-cerita tentang Yusuf, tentang Daud, tentang Raja
Salomo yang membangun Bait Allah yang indah, tentang Nabi Daniel yang dijebloskan
ke dalam gua singa.
Sebelum ia menyampaikan tiap cerita baru, Karl membuka Alkitab pada pasalnya
yang tepat. Sambil bercerita ia pun menyisipkan di sana sini dengan susunan
kata persis seperti yang tertera di halaman Alkitab.
Si Marya Kecil menarik napas panjang pada saat Karl Olsen menutup Alkitab. "Papa,
beli buku itu, ya? Supaya setiap malam Papa dapat membacakan isinya," bujuknya.
"Papa satu-satunya orang di desa Gersang yang dapat membaca," ia menjelaskan
dengan bangga kepada tamu itu.
Ayahnya mengerutkan dahinya. "Kita ini orang miskin, Nak. Tidak mampu membeli
buku," katanya.
Suara Karl Olsen lirih pada saat ia mengatakan, "Mereka yang tidak mempunyai
buku ini memang miskin. Tetapi bagi mereka yang mempunyainya, buku ini lebih
berharga daripada banyak harta."
"Papa! Papa! Beli, ya, Papa!" si Marya terus membujuk.
Akhirnya Antoni Kowalski membeli sebuah Alkitab, meski untuk orang seperti dia
harganya terhitung cukup mahal. Ia meletakkan buku itu di tempat yang terhormat
di dalam rumahnya.
Selama dua hari Karl Olsen tetap menginap pada keluarga Kowakski. Ia berkenalan
dengan penduduk lain di desa itu. Tetapi tidak ada seorang pun, di antara mereka
yang mau membeli Alkitab. Kitab-kitab Perjanjian Baru, bahkan Kitab-Kitab Injil
yang kecil-kecil tidak ada satu pun yang laku.
Karl kecewa. Tadinya ia berbesar hati karena pada malam yang pertama itu ia
sudah menemui sebuah keluarga yang rela membeli Alkitab lengkap. Harapannya
semula ialah, pasti ada juga orang-orang lain di desa Gersang yang mau membeli.
Pada hari yang ketiga, Karl Olsen berangkat menuju desa-desa lain. Sambil berjalan
kaki melewati lorong yang becek, ia terus berpikir, "Ah! Biarlah cuma sebuah
Alkitab saja yang laku di desa Gersang. Tadinya tidak ada firman Allah sama
sekali di sini. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi?"
Kemudian datanglah musim salju di Polandia Timur. Matahari terbenam agak awal;
kawanan serigala melolong di dalam kegelapan malam. Semua orang harus tetap
tinggal di rumah.
Pada malam-malam seperti itu Antoni Kowalski biasa membuka Alkitabnya serta
membacakan cerita-cerita yang sudah diberi tanda oleh Karl Olsen. Ia pun membacakan
ajaran-ajaran Tuhan Yesus, menurut daftar penunjuk ayat yang ditinggalkan oleh
penjual Alkitab itu.
Selama saat-saat pembacaan itu, Ibu Marya dengan si Marya Kecil serta Yan dan
Zosia suka duduk mendengarkan. Kemudian mereka memperbincangkan apa yang sudah
mereka dengar.
Kadang-kadang ada juga tetangga yang turut mendengarkan. Seraya mengambil Alkitabnya,
Pak Antoni suka mengatakan: "Coba dengarkan apa yang sudah kutemukan di dalam
buku ini. Dengarkan baik-baik, dan berilah tanggapan."
Lalu ia akan membacakan dengan suara keras, sedangkan tetangga-tetangannya duduk
termenung. Kemudian mereka memberi tanggapan dan memperbincangkan arti ayat-ayat
tadi. Percakapan itu selalu berkisar pada hal-hal yang patut mereka terapkan
dalam hidup mereka.
"Mengapa aku harus mengampuni musuhku?" tanya seorang tetangga. "Apakah buku
ini bermaksud, aku harus membantu seseorang memotong kayu, padahal ia sudah
mencuri sebagian dari panen gandumku? Wah, tidak masuk akal!"
Pak Antoni menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu? Memang ini ajaran yang aneh."
Lalu ia pun membuka sebuah ayat yang lain lagi. "Nah, ini: 'Segala sesuatu yang
kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka.'"
Si Marya Kecil dan Yan ikut mendengarkan ayah mereka bertukar pikiran dengan
tetangga-tetangganya. Mereka saling berpandangan. Memang mereka tidak selalu
memperlakukan teman-teman sepermainan mereka seperti mereka kehendaki supaya
teman-teman itu memperlakukan mereka!
Sulit mengatakan secara persis, kapan dan bagaimana perubahan ajaib itu mulai
terjadi. "Seumpama ragi yang diadukan ke dalam tepung sampai khamir seluruhnya",
demikian kata-kata Tuhan Yesus tentang firman Allah yang berkerja dengan tidak
kentara dalam hati manusia.
Demikianlah halnya di desa Gersang. Ajaran-ajaran Alkitab mulai mengubah cara
hidup Antoni Kowalski serta keluarganya dan tetangga-tetangganya. Desa Gersang
mulai bersemi secara rohani, dengan pikiran dan perbuatan yang bersifat murah
hati.
Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus
dengan terang-terangan. Tak ketinggalan juga si Marya Kecil dan Yan. Zosia,
si bungsu, masih terlalu kecil untuk menjadi anggota gereja, namun ia pun mengasihi
Tuhan Yesus sebagai temannya yang terbaik.
Lambat laun orang-orang lain di desa itu juga memihak Tuhan Yesus dan menggabungkan
diri dengan umat Kristen. Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mulai menghitung:
"Seratus sembilan puluh delapan, ... seratus sembilan puluh sembilan, ... dua
ratus. Sudah ada dua ratus orang Kristen!" kata mereka. "Alangkah baiknya jika
Karl Olsen dapat diberitahu, betapa besarnya perubahan di desa ini sebagai hal
dari Alkitab yang pernah dijualnya!"
Nah, justru fakta itu yang mulai mencemaskan hati kedua ratus orang Kristen
baru di desa Gersang: Alkitab yang mereka miliki itu hanya ada satu.
Mengapa kita juga tidak membelinya waktu Karl Olsen ada di sini dulu?" kata
mereka dengan wajah sedih. "Bagaimana kalau Alkitab itu dicuri orang?Bagaimana
kalau rumahmu kebakaran, Antoni?"
"Aku sudah tahu sebagian dari Alkitab di luar kepala," kata si Marya Kecil.
"Aku sudah hafal cerita tentang Tuhan Yesus bersama kanak-kanak itu, dan juga
Mazmur pasal 100."
"Dan aku pun sudah tahu di luar kepala cerita orang Samaria yang murah hati,"
kata si Yan dengan bangga. "Aku dapat menghafalkan seluruh cerita itu, tanpa
kekeliruan sedikit pun."
Ibu Marya tidak mau ketinggalan. "Hatiku sarat dengan ayat-ayat yang pendek
yang telah kauhafal," katanya. "Tetapi satu pasal semuanya? Wah, aku belum sanggup!"
Perkataan ibu Marya itu menimbulkan gagasan baru. "Kita harus menghafal seluruh
Alkitab!" demikianlah keputusan kedua ratus orang Kriten itu. "Tiap bagian yang
indah, tiap bagian yang penting, harus dapat diucapkan di luar kepala."
Maka mereka membuat rencana bersama-sama. Mula-mula mereka mendaftarkan semua
ayat dan pasal kesayangan mereka masing-masing, serta ajaran-ajaran Alkitab
yang mereka anggap paling indah dan paling penting. Lalu setiap orang diberi
tugas hafalan. Anak-anak kecil menghafal ayat-ayat pendek saja. Anak-anak yang
lebih besar ditugasi menghafal cerita dan perumpamaan serta mazmur yang tidak
terlalu sulit untuk diingat. Orang-orang dewasa ditunjuk untuk menghafal bagian-bagian
Alkitab yang paling rumit. Dengan rajin dan tekun mereka mulai menunaikan tugas
mereka masing-masing.
Kadang-kadang mereka berkumpul di rumah keluarga Kowalski. Seseorang akan mulai
mengucapkan apa yang sudah dihafalkannya, misalnya dari Kitab Injil Lukas, pasal
yang pertama. Orang tadi akan terus menghafal sejauh bagiannya.
Lalu orang yang berikutnya akan berdiri dan meneruskan tugas hafalannya. Pak
Antoni memegang Alkitab di tangannya, agar ia dapat memperhatikan tiap kata
yang diucapkan itu persis dengan yang tertulis di dalam firman Tuhan.
Setiap malam hari selama musim salju itu, tidak lagi terasa waktunya lewat dengan
amat panjang. Setiap orang Kristen di desa Gersang memanfaatkan waktunya dengan
menghafalkan Alkitab. Banyak sekali bagian firman Allah yang sudah dapat diucapkan
di luar kepala setelah musim salju itu lewat!
Selama musim semi dan musim panas dan musim rontok, mereka semua sibuk mengusahakan
gandum dan memotong kayu dan mengerjakan tugas-tugas yang lain. Tetapi setiap
musim salju selama tahun-tahun yang berikutnya, mereka terus menambah perbendaharaan
ayat dan pasal hafalan mereka.
Matahari sudah terbenam pada saat Karl Olsen dengan susah payah berjalan kaki
lewat lorong yang becek menuju desa Gersang lagi. Dulu aku pernah mampir di
desa yang terpecil ini, demikianlah pikirnya. Waktu itu cuma sebuah Alkitab
saja yang laku. Aku menjualnya kepada tuan rumah di sini ... eh, siapa namanya?
Tenaganya hampir terkuras habis ketika lampu-lampu nampak berkedip-kedip pada
jendela-jendela di desa Gersang. Ia mengetuk pintu rumah pertama yang di datanginya.
Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah keluarga yang dulu itu masih tinggal di
situ, dan apakah ketiga anak mereka masih sehat-sehat saja.
Seorang gadis remaja membukakan pintu. Ia tertegun sejenak, lalu berlari ke
dalam sambil memanggil ibunya, "Mama! Mama! Pak Karl Olsen datang kembali! Pak
Karl Olsen!"
Seluruh keluarga Kowalski keluar dan menyambut tamu mereka dengan penuh sukacita:
Pak Antoni, Ibu Marya, Yan, Zosia, dan "si Marya Kecil", yang sekarang lebih
tinggi daripada ibunya. Kabar kedatangan Karl Olsen itu dengan cepat-cepat disampaikan
ke rumah-rumah tetangga, dan mereka pun menyambut dia dengan girang.
Karl haren sekali. Mengapa mereka semua menyongsong dia dengan seramah itu?
Mengapa mereka masih mengingat namanya selama bertahun-tahun itu?
Sedikit demi sedikit ia mendengar ceritanya. Pak Antoni mengeluarkan Alkitabnya,
yang sudah hampir usang karena sudah terlalu sering dibuka-buka. Ibu Marya bercerita
tentang dua ratus penduduk desa Gersang yang sudah menjadi pengikut Tuhan Yesus.
Teman dan tetangga mereka sering memotong percakapannya dengan berita-berita
yang lain, ... tetapi tidak seorang pun yang bercerita tentang tugas hafalan
mereka. Rupanya mereka merasa itu urusan mereka sendiri, yang mungkin tidak
begitu menarik untuk diceritakan kepada orang lain.
Keesokan harinya, dengan senang hati penduduk desa Gersang berkumpul untuk berbakti
bersama-sama dengan Karl Olsen. Dalam kebaktian itu, Karl bertanya: Adakah seseorang
di sini yang dapat mengucapkan ayat kesayangannya?" Semua orang terdiam. Lalu
Antoni Kowalski bertanya, "Ayat kesayangannya, Pak? Ataukah pasal kesayangannya?"
Karl Olsen kaget. "Pasal! Adakah di sini seseorang yang sudah menghafal keseluruhan
dari satu pasal di dalam Alkitab?"
Lalu mereka bercerita kepadanya tentang kecemasan mereka dulu: Jangan-jangan
Alkitab satu-satunya milik mereka itu hilang! Mereka menjelaskan bagaimana mereka
membagi-bagi tugas hafalan. "Hampir seluruh Alkitab itu telah kami hafalkan,"
kata mereka dengan bangga. "Dan kami sedang berusaha menghafalkan sisanya."
Yan adalah orang pertama yang berdiri dan mulai mengucapkan ayat-ayat di luar
kepala. Lalu Zosia, dan Marya, dan semua anak yang lain, ayat demi ayat, pasal
demi pasal. Kaum dewasa pun mengucapkan beberapa ayat dan pasal kesayangan mereka.
Seminggu lamanya Karl Olsen menetap bersama-sama dengan orang-orang Kristen
di desa Gersang. Desa itu jauh sekali dari tempat tinggal orang-orang Kristen
yang lain; banyak sekali pertanyaan mereka tentang saudara-saudara seiman mereka
yang belum pernah mereka lihat! Dan mereka pun membeli Alkitab, Kitab Perjanjian
Baru, dan Kitab-Kitab Injil sampai persediaan yang dibawa Karl Olsen itu habis
semuanya.
"Kami sudah mempunyai Alkitab di dalam hati kami," kata mereka. "Akan tetapi
kami masing-masing hanya mempunyai sebagian saja. Padahal kami masing-masing
memerlukan firman Allah yang lengkap."
Semalam sebelum Karl Olsen hendak berangkat lagi dari desa Gersang, ia berbaring
di tempat tidurnya. Demikianlah renungan hatinya: Sungguh firman Allah bekerja
di dalam hati orang-orang di sini. Dari hanya satu Alkitab saja, ... lihatlah
hasilnya!
Sumber: "Stories of the Book of Books", Grace W. McGavran