Home | Renungan

Visi atau Mimpi

"Kalau besar saya mau jadi dokter."
"Kalau saya mau jadi pilot."
"Hebat! Bisa terbang...."

Ingat to iklan susu yang dibintangi anak-anak kecil menggemaskan itu? Hm, masa kecil yang penuh dengan cita-cita! Bagaimana dengan sekarang? Masih penuh dengan cita-cita juga?

Cita-cita, atau kerennya visi, dapat berakhir sekadar menjadi mimpi, atau benar-benar menjadi suatu realitas. Dan bukan susu kuncinya. Yang menentukan adalah, apakah kita menambahkan strategi dan aksi (tindakan) kepada visi itu atau tidak.

Kita masing-masing tentunya ingin mengambil bagian dalam visi yang Tuhan nyatakan kepada jemaat ini. Lebih dari sekadar ingin, kita perlu mengerti "bagian mana" yang hendak kita ambil. Alkitab mengatakan, "Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Kor. 12:18). Jadi, bagian kita adalah suatu pemberian allah dan sesuai dengan kehendak-Nya. Iu seperti suatu benih. Kita perlu mengenali bagian kita -- yang akan kita dapatkan melalui pergaulan dengan Tuhan -- dan menumbuhkannya.

Nah, untuk menemukan "bagian" kita itu, kita perlu spesifik. Ayat tadi mengatakan "secara khusus." Anda pasti sering mendengar orang mengatakan, "Saya akan melayani Tuhan," "Saya ingin menjadi musisi" atau "Saya merasa dipanggil untuk terjun ke dalam dunia bisnis." Suatu tujuan yang terlalu umum. Orang-orang yang menetapkan suatu tujuan yang terlalu umum biasanya jarang pula mencapai tujuan tersebut. Sebaliknya, orang yang, misalnya, "jatuh cinta" pada alat musik tertentu cenderung akan berhasil sebagai musisi; orang yang terjun ke dalam bisnis karena mencintai suatu produk atau jasa pelayanan tertentu, cenderung pula akan berhasil.

Selanjutnya, kita memusatkan perhatian (fokus) pada tujuan tersebut. Banyak hal yang dapat memecahkan perhatian kita, baik yang negatif maupun yang positif. Ada orang yang tidak sanggup menghadapi rintangan dalam mencapai tujuan mereka, sehingga mereka mencari tujuan lain yang lebih gampang. Ada pula yang disimpangkan oleh keberhasilan dalam taraf yang lebih rendah. Harry Truman pernah mengatakan, "Kebanyakan orang kalah oleh sukses sekunder." Benar. Yang baik adalah musuh dari yang terbaik.

Mengapa kita memerlukan strategi dan aksi yang benar dan tepat. Dalam 1 Korinus 3:10-15 Paulus mengingatkan, setelah menerima dasar bagi kehidupan rohani kita, tiap-tiap orang harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atasnya. Terserah, ia mau membangun dengan apa: emas, perak, batu permata atau rumput kering, kayu dan jerami. Yang pasti, pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api. *** (24/08/1997)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1