Home | Renungan

Pertemuan Ibadah

GPMI, antara lain, pernah di-peleset-kan sebagai "gereja penuh meeting Indonesia"! Beberapa orang (tua) mengeluh, atau bertanya-tanya, "Kalian kok mitang-miting terus sih? Ngapain aja?"

Iya, ngapain saja sih, dan untuk apa to, mitang-miting (ini cara orang Jawa menyangatkan makna kata!) kita itu? Minggu-minggu terakhir ini, misalnya, selama pertemuan sel ditiadakan untuk sementara, meeting "resmi" kita setidaknya ada tiga: Kebaktian Raya hari Minggu, Pengajaran dan Kebaktian Tengah Minggu, serta Pengajaran sehari penuh hari Sabtu. Nah, itu belum termasuk JIM-nya, "jemaat informal meeting" seperti fellowship, etc.

Sekali lagi, ngapain? Oke, kita buka konkordansi sebentar. Menurut kamus bahasa Ibrani, kata "bertemu" ternyata mencakup makna yang lumayan luas:

1) memegang erat-erat; 2) mengoleksi; 3) mengumpulkan; 4) pergi dan berkumpul sebagai pasukan perang; 5) berkumpul melawan musuh; 6) bertemu untuk suatu hal yang sakral; 7) berkumpul di suatu tempat; 8) bertemu dengan seseorang di tempat yang telah ditentukan; 9) berkumpul untuk suatu tujuan khusus di tempat dan pada waktu khusus [seperti panggilan untuk menghadiri sidang pengadilan atau pertemuan tertentu dengan pihak lain].

Nah, jelas 'kan kalau meeting itu bukan sekadar kumpul-kumpul? Kenapa, misalnya, kita tiadakan pertemuan sel untuk sementara, dan sebagai gantinya kita adakan Kebaktian Tengah Minggu dan kelas-kelas pengajaran? Itu karena, sebagai jala (salah satu gambaran jemaat), kita perlu ditarik ke perahu, untuk dibasuh, dibersihkan, ditisik bagian yang robek, sebelum siap untuk dilemparkan lagi menjala ikan.

Pertemuan ibadah kita bahkan sebenarnya merupakan suatu "kewajiban" bagi kita di hadapan Allah. Bukankah kita telah mengikat perjanjian dengan Dia? Kita perlu menanggapinya dengan menguduskan waktu itu, memisahkannya secara khusus, untuk bertemu dengan-Nya sebagai satu jemaat.

Pentingnya pertemuaan ibadah terlihat pada apa yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Penerapan prinsip perkumpulan ibadah secara konsisten adalah sebagian hal yang mendukung bergeraknya kuasa Roh Kudus di dalam jemaat ini.

Kita lihat, misalnya, apa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Sebagai jemaat, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Kebutuhan jasmani, sosial dan rohani setiap orang terpenuhi. Mereka berkumpul bersama secara teratur dalam perjamuan kudus, persekutuan, pengajaran dan perjamuan makan. Kira-kira seperti apa yang terjadi di tengah-tengah kita saat ini. Selain Kelas Dasar-dasar yang Teguh dan Kelas Penginjilan, ada pula ayam bakar "Milik Kita," jagung bakar dan roti bakar, serta gelak tawa yang hangat di antara kita.

Apa hasilnya? Selain pertambahan jiwa tiap-tiap hari, kuasa dan hadirat Allah begitu tebal di tengah-tengah mereka. "Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.... Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" (Kis. 4:31,33).

Kita sendiri ingin, Yogyakarta ini semakin terang setiap hari, setiap minggu. Untuk itu, pertemuan ibadah merupakan salah satu elemen yang tidak bisa diabaikan. Khusus untuk waktu-waktu ini, pertemuan-pertemuan kita merupakan bagian dari masa persiapan untuk tuaian yang lebih besar. *** (22/11/1998)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1