Pelayanan
Jala
Kerajaan
Surga antara lain digambarkan seperti kehidupan nelayan. "Demikian
pula Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu
mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun
diseret orang ke pantai" (Mat. 13:47). Yesus juga memanggil
murid-murid-Nya untuk menjadi "penjala manusia" (Mat. 4:19;
Mrk. 1:17). Nah, apa yang dapat kita pelajari dari kecakapan nelayan
dalam mempersiapkan dan mempergunakan jala? Bila
diterapkan secara rohani, "pelayanan jala" merupakan faktor
penting dalam kehidupan dan pertumbuhan jemaat. Para pemimpin jemaat
perlu mengerti cara merajut umat Allah menjadi jala rohani yang akan
digunakan oleh Roh Kudus. Jala melambangkan hubungan yang dibina oleh
kepemimpinan untuk menghasilkan keterpaduan dalam jemaat. Ada waktunya
jala itu koyak dan perlu ditisik kembali. Berikut
ini tahap-tahap pelayanan jala yang perlu dilakukan dalam jemaat. Merajut. Ini proses mengumpulkan
sekian banyak tali jala yang terpisah-pisah, mengait-ngaitkan dan
mengikatnya menjadi jala. Anggota jemaat pun perlu "dirajut."
Kita menjadi orang Kristen dengan berkomitmen kepada Kristus. Namun,
untuk menjadi anggota jemaat, kita harus berkomitmen kepada orang
Kristen lain (Rm. 12:4-5). Menisik.
Ini
proses memperbaiki jalinan tali yang terkoyak dan menjadikan jala itu
utuh kembali. Menisik mengacu pada pelayanan pemulihan yang bertujuan
untuk menjadikan sesuatu yang telah rusak atau koyak dapat dipakai
kembali. Pemimpin jemaat semestinya menjadi pembawa damai dan
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di tengah jemaat (Gal. 6:1-3). Membasuh. Ini proses membersihkan jala
dari partikel-partikel berbahaya yang tersangkut, yang bila dibiarkan
akan merusakkan jala itu. Pemimpin bertanggung jawab menyampaikan ajaran
sehat dan menegakkan disiplin jemaat (2 Tim. 4). Dimuat: Renungan Malam, Juni 2003 © 2003 Denmas Marto |