Janganlah engkau mati kecuali setelah engkau memeluk Islam








@Copyright,
Al-Muslimun 2001

Tadabbur

MENGUBAH HATI,
BUKAN MATERI

 

Suatu kali dalam usahanya melebarkan dakwah Islam, Rasulullah SAW berangkat ke Thaif bersama seorang sahabatnya. Dari Mekkah, mereka berdua berangkat dengan harapan besar para penduduk Thaif akan menerima dakwahnya. Paling tidak, mereka tidak akan berlaku seperti penduduk Mekkah yang sangat belebihan dalam menolak dakwah Islam. Namun apa yang terjadi ternyata tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Beliau tidak hanya ditolak, tapi dicaci maki bahkan dilempari batu.

Di tengah kesedihan dengan sebagian tubuh yang berdarah, Rasulullah beristirahat di suatu tempat yang teduh. Saat itulah seorang malaikat datang menemui beliau, menawarkan untuk membalikkan gunung dan menimpakannya ke atas penduduk Thaif. Hal ini dimaksudkan sebagai “ganjaran” atas perlakuan mereka yang berlebihan kepada manusia termulia dan paling dikasihi Tuhan itu.

Sebenarnya Rasulullah berhak menerima tawaran itu. Tapi sebagaimana yang kita tahu, Rasulullah menolaknya. Beliau malah berharap kelak akan muncul generasi baru yang akan mau menerima dakwah Islam. Perkiraan dan harapan Rasul ini terbukti di kemudian hari. Saat itu, Rasulullah telah berhasil mencegah punahnya sekelompok kaum mukminin yang muncul dikemudian hari. Rasulullah tidak mau membunuh sebuah harapan, meski saat itu harapan tersebut amatlah kecilnya.

Kini, ratusan tahun setelah masa kenabian berakhir, caci maki bahkan siksaan fisik kepada para pendakwah dan ummat Islam belum juga berakhir. Di saat seperti itu, di saat kita tak memiliki daya untuk membalas atau mencegah perlakuan semena-mena tersebut, kita terkadang kerap berpikir seandainya Tuhan mau mengirimkannya lagi kepada kita seorang malaikat dengan tawaran yang sama, dan dengan cepat kita akan menganggukkan kepala.

Tentu tak akan ada malaikat yang kembali datang. Itu kita tahu. Tapi terkadang kita sendiri yang menciptakan tawaran tersebut. Paling tidak ada sebagian dari ummat ini yang berusaha “membalikkan gunung” dan menyudahi riwayat orang-orang yang menzhalimi kita. Ada sebagian dari kita yang mencoba melawan sunnah dakwah seperti yang telah diajarkan oleh Rasul. Dan kita tahu, hasil dari usaha ini amat mengecewakan.

Kegagalannya terletak pada kesalahan kita dalam memahami sunnah agama yang kita peluk. Islam memang agama yang datang untuk mengubah total kehidupan manusia sebelumnya. Tapi Islam juga bukan agama materialisme. Artinya, tugas perubahan yang diembankan kepada kita adalah melakukan perubahan apa yang ada dalam diri manusia (nafs dan fikr), dan bukan mengubah materi yang menjadi pembungkus keduanya.

Hal ini tentu berbeda dengan peradaban lain yang kebanyakan berasas pada materi. Kemenangan peradaban-peradaban tersebut baru bisa dikatakan berhasil jika berhasil mengubah simbol-simbol peradaban yang berupa materi. Karena itu tak heran jika kita membaca sejarah menyaksikan bagaimana penaklukan suatu ummat oleh kerajaan besar selalu diikuti dengan penghancuran gedung-gedung dan manusia. Tapi Islam tidak pernah mengajarkan hal itu kepada ummatnya, kecuali saat menghancurkan berhala di Mekkah. Karena memang kita bukan ingin mengubah gedung dan materi lainnya yang bermanfaat, tapi kita menghancurkan kezhaliman yang ada di hati dan kepala manusia o

Hosted by www.Geocities.ws

1