LIPUTAN UTAMA

E-Book PENERBIT INDONESIA SUDAH SIAPKAH? Tanggapan Atas Seminar e-BOOK oleh IKAPI Tanggal 29 Mei 2001 
 Oleh : Ilham Prisgunanto, SS /Redaksi AP


e-Book saat ini dianggap solusi tepat untuk para penerbit keluar dari belenggu krisis berkepanjangan mereka. Electronic Book mampu memotong biaya operasional pembuatan buku, karena harga bahan kertas yang semakin melambung. Bayangkan saja hampir semua masalah matinya penerbit buku disebabkan proyek yang mereka jalankan hanya proyek merugi. Dibandingkan dengan harga kertas, mungkin buku itu tidak memiliki harga intelektualitas bila dikaji. Apalagi keadaan ini dikaitkan dengan masalah pelestarian lingkungan hidup. Pelarangan penggunaan kertas, karena berarti dengan menggunakan kertas, berarti menebang hutan dan pohon kayu yang dapat makin memperkeruh udara yang memang sudah tercemar. Alhasil E-book dianggap sebagai solusi inovasi yang sangat dramatis dan diprediksikan akan terjadi revolusi baru dalam dunia penerbitan, setelah revolusi gutenberg.

Tetapi pertanyaan yang timbul dalam batin kita adalah, sudah siapkah penerbit Indonesia menghadapi revolusi E-book ini? Bukan sesuatu yang gampang dan mudah membuat E-book, karena memerlukan suatu transfer teknologi informasi yang sangat total. Bayangkan hampir semua pelaku bisnis penerbitan ini berumur di atas 30-40 tahun, maka pengalaman mereka terhadap komputer pun sangat minim. Hampir semua kita juga masih menyangsikan kemampuan fungsi komputer sesungguhnya, apakah mampu membantu, atau malah menambah sulit. Pemakaiannya mungkin pada awalnya sangat atraktif dan inovatif, tetapi tidak adakah efek yang ditimbulkan di kemudian hari. Bagi kita masyarakat Indonesia sebagai negara berkembang, teknologi informasi adalah sesuatu yang baru, sedangkan bagi mereka negara maju adalah barang yang biasa. Alih dan manuver teknologi informasi sering dilakukan dan bukan barang trobosan. Guna catatan hampir semua negara maju sudah mengenal dunia internet pada akhir tahun 1970-an, sedangkan kita pada tahun 1990-an akhir. Penggunaan TI, bahkan mampu menjadi bumerang bagi pembangunan intelektual dan mental bangsa Indonesia. Bayangkan, apakah tidak mungkin pembuatan E-book nantinya malah membuat transfer intelektual besar-besaran terhadap pemikiran penerbit kita. Lambat laun kita menjadi budak-budak teknologi yang muaranya adalah tak lain melayani si pencipta teknologi tersebut, yakni negara berkembang.

Pencekokan penggunaan program software tertentu, penanaman paradigma yang salah tentang suatu dunia, akhirnya mengantar kita pada pemikiran sempit tentang dunia tersebut. Begitulah yang dirasa dari hasil mengikuti pertemuan seminar pelatihan E-book IKAPI. Salah paradigma ini akanm menyebabkan kita semakin kapok akan sesuatu yang baru. Apalagi infrastruktur Indonesia yang sebenarnya tidak dapat menerima teknologi internet ini. Pemakaian media 'dial up'/sambungan komputer merupakan pertanyaan mendasar yang belum bisa dijawab mampu mempercepat pemakiannya. Bayangkan bila proses download e-book, siapa yang disalahkan? Bukankah akan menimbulkan suatu bad perseption tentang penerbit Indonesia. Selain itu apakah tidak diperhitungkan Hacker dalam hal proses pembayaran. Keadaan ini hendaknya dicermati secara detail, bukan dipandang sebelah mata, karena kegandrungan terhadap internet, sehingga ada gambaran penerbit Indonesia hanya menjadi lacur dot.com yang akan bertambah ambruk diakhir cerita. Ilham Prisgunanto/AP/IP/30.5.2001

BACK TO MAIN

  • PUSTAKAWAN PROFESI AMAN...Kesalahan Siapa?...(Lengkap)
  • TERNYATA JIP-FSUI BELUM MEMILIKI AKREDITASI ASOSIASI PERPUSTAKAAN LUAR NEGERI...Lalu bagaimana kalau lulusan JIP-FSUI akan melamar keluar negeri..Itu tidak akan mungkin terjadi...(Lengkap)
  • HEBOH 2 WEBSITE MEMILIKI BERITA YANG SAMA...Kesalahan Siapa?...(Lengkap)

 

 

Hosted by www.Geocities.ws

1