Puisi Online
Longgokan Puisi Dua
Puisi 11
Puisi khas untuk Wirda.
Wirda
Hembusan angin petang ini
Mengingatkan aku pada kisah lalu
Aku pasrah
Dalam getar aku cuba mengerti
Sebuah percaturan yang kulalui
Bersamamu duhai kasihku
Aku ingin kepastian darimu
Tentang kisah cinta kita
Kerana telah tersemat kukuh
di memori ini
Sebuah nostalgia
Antara aku dan dikau
Bagai baru semalam kita mengukir janji
nukilan,
akhi masrawi.
Puisi 12
wasiat buat Puteriku
Kaulah mawar idaman
Tumbuhmu di taman larangan
Mekarmu dipagari dan dibajai
Sesucinya hatimu seindah akhlakmu
Diciptakan sebagai seorang wanita
Mewarisi kelembutan wanita solehah
Kembangmu tetap indah
Walau cuma di taman larangan
Menyinarkan nur keimanan
Nan mekar dihiasi mahmudah
Berkat asuhan ayah bonda
Kaulah serikandi ummah
Akhlakmu permata diri
Peliharalah maruah dan budi
Nescaya kaulah yang bernama
Wanita Sejati
Kebanggaan ayah bonda
nukilan,
akhi masrawi.
(khas buat semua kaum hawa)
Puisi 13
Prolog
Mulanya
takut menerjah
Mulanya
segan meronta
Mulanya
kelu terasa
Mulanya
tiada apa
Tengahnya
Takut menghilang
Tengahnya
Segan menyirna
Tengahnya
Kelu terpandu
Tengahnya
Ada sesuatu
Akhirnya
Takut, segan dan kelu
menjadi satu
dan impian terasa
semakin terarah
Nukilan,
Akhi Masrawi.
Puisi 14
Terkasima
aku terkasima
menanti sesuatu
yang belum ketemu
di suatu sudut
yang masih kaku
dan masih mengharap
sebuah ilusi
akan berubah
menjadi realiti
dan igauan itu
kian sirna
nukilan,
akhi masrawi.
Akhir Said.
Puisi 15
Usah
Usah mengharap
pada yang tak sudi
kelak nanti
kau merasa rugi
usah dinanti
yang tidak menanti
kelak kau pasti
sakit hati
usah menunggu
si dia itu
kerna kasih dan rindu
tiada di situ
usahlah
berterus terang cintamu
pada si dia itu
kerna cintanya tiada padamu
carilah istana cinta
di kala birai fajar
berlabuh di sana
dan hadirnya seorang pujangga
mengisi kekosongan hati nan lara...
Dia menantimu di sana
nukilan
akhi masrawi
Tanta.
Puisi 16
Kepergianmu
(Sajak Buat kekasih)
Tika gerimis menerjah alam
kau pergi meninggalkan
tanpa sebarang pesan
dan aku tetap keseorangan
menerima takdir dalam diam
sambil menyeka kelopak yang terendam
air mata duka nan suram
kala kepergiannya ku tahu
Doa mengiringi jasadmu
ke alam sana
moga kasih dan cinta
seperti duka dan lara
yang tidak bersisa
di hujung senja
kala gerimis masih menimpa
dan si gadis menyeka air mata
yang masih bersisa
nukilan
Akhi Masrawi
Puisi 17
Rintihan Akhi (Puisi benar)
bayangkan teman-temanku....
sedihnya menerpa
pc di rumah sifar isinya
semua dokumen penting hilang semua
malah karya-karya akhi juga
ini semua kawan punya angkara
di'setup'nya linux tidak bertanya
pada akhi walau apa-apa
sedangkan linux itu merbahaya
sekarang...
cerpen, puisi dan semuanya dah tiada
aliran air mata pun tiada guna
'tensen' aja menjadi teman setia
aduh la.....
bayangkan la....
penting lak tuh
simpanan dalam disket pun tiada
aduh....
nasib koleksi puisi akhi
ada di sini
dan 4 buah cerpen tersisip di web akhi
yang baru diciptalah
menjadi mangsa
yang terbengkalai pula
hilang belaka
rasa lemah seluruh badan
karya dan plot semua nya hilang
nak ciptakan semula terlalu memenatkan
namun bukan untuk mencipta alasan
teman...
ini bukan sekadar puisi
ini adalah realiti
luahan hati akhi
buat yang mengerti
cerpen baru yang hampir siap
tajuknya: "Langkasuka dan Inderapura, Cinta dan Harta"
lenyaplah belaka
yang bersisa cuma kenangan di minda
cerpen lama berjodol "Ana"
ada di dalam disket lama
disket pula rosak tiba-tiba
yang tinggal cuma seorang "ana"
sedihnya...
sedihnya...
sedihnya...
perilah akhi sedikit simpati
buat peneguh perjuangan ini
nukilan,
akhi masrawi.
Akhir Said.
050402
Puisi 18
Hilang
Hilang
kalau cuma harta
tidak mengapa
mungkin pengemis terjumpa
menjadi sedekah
pahala berganda
Hilang
kalau cuma senyuman
seorang teman
tidak mengapa
barangkali dia kebingungan
Hilang
kalau cuma seorang kekasih
anggaplah takdir
tiada jodoh
membina istana cinta
Hilang
kalau cuma ibu bapa
menguji sabar
lumrah biasa
seorang anak
Tetapi...
kalau hilang iman di dada
itulah merbahaya
jangan dipinta
kelak di neraka
merasa sengsara
nukilan,
Akhi Masrawi.
Tanta.
Puisi 19
Rajuk
adik...
rajukku tidak lama
hanya menanti
pujukmu tiba
namun sengsara
duka nan lara
masih bersisa
walau setelah
pujukmu sudah
nukilan,
akhi masrawi.
Puisi 20
Nafas
Nafas ini
walau sekali
aku seduti dan lepasi
namun tak mampu aku bayari
nukilan,
akhi masrawi
April 2002
Berminat untuk hubungi aku sila
emel kepada: [email protected]
© Hak Cipta Dipelihara - Laman SENTUHAN PUJANGGA 1980-2002
~ untuk paparan 'cun' sila gunakan IE 800 x 600 & text size: medium ~