-"sUgEnG rAwUh" tO mY wEbSiTe-

 

Home

Adventure

Palestine

Hacking

English

Sor Ringin

About Me

 

 

Dimana kan ku temukan, "sopo sejatine aku..?"

 

Beda Antara Bunuh Diri dan Aksi Syahid


imageimagePara politikus, juga media cetak dan elektonik, Barat memaksakan pelabelan bagi aksi-aksi berani mati di Palestina (yang terjajah) sebagai aksi "bunuh diri" (intihar).
Hal ini pun akhirnya diikuti oleh media Arab dan dunia ketiga, termasuk di negeri kita sendiri, Indonesia, yang mayoritas penduduknya muslim. Para ulama Islam, juga para aktivis perlawanan Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam telah melakukan bantahan dan meminta agar, media Arab khususnya, komitmen dengan menyebutnya sebagai aksi syahid (amaliyah istisyhadiyah).

Orang-orang Barat yang memberikan label "bunuh diri" bagi aksi syahid di Palestina, bukan lah semua orang Zionis, pengikut zionis atau pengikut Israel, juga bukan mereka semua itu adalah pendukungnya (zionis – Israel). Namun yang menjerumuskan mereka dalam pelabelan rendah ini adalah ketidaktahuan mereka akan arti aksi syahid yang agung ini; yaitu meminta mati syahid.

Aksi Syahid, bukan berarti seseorang menceburkan diri dalam perang sambil melenggang membawa ruhnya dengan santai. Kalau itu yang dilakukan maka di sini masih ada ruang kemungkinan dia menang atau selamat.
Anda ingat kata-kata yang diungkapkan pejuang Islam Khalid bin Walid, "Laisa fii jismi maudhi'u syibrin illa wa fiihi dhorbatu saifin aw tha'natu rumhin, wa ha anadza amuutu 'ala firasyi kamaa yamuutul ba'iiru, falaa naamat a'yunul jubana'u". Beliau mengatakan, "Pada tubuhku tak ada tempat sejengkal pun kecuali ada bekas tebasan pedang atau tusukan panah dan tombak. Duhai, inilah aku meninggal di atas ranjangku seperti matinya seekor keledai. Maka, semoga tidak tidur mata para pengecut." Betapa Khalid berharap dapat gugur dalam medan laga, namun nyatanya taqdir membawanya meninggal di ranjang tidurnya. Begitulah perang yang wajar, masih ada kemungkinan menang dan selamat dari maut dan kematian.

image image

Namun, aksi syahid memiliki makna yang berbeda dengan perang yang wajar. Ia berarti seorang pejuang bertolak sendirian berikat pinggang peledak yang dililitkan pada tubuhnya, atau dengan mobil yang penuh dengan peledak, atau menenteng tas penuh bom, sementara dia tahu dengan sangat yakin bahwa dirinya akan mati. Tak ada kesempatan untuk lolos, tak ada harapan untuk meraih kemenangan perang dan kembali dengan selamat.

imageimageSebelum masuk dalam diskusi haramnya intihar (bunuh diri) dan ancaman Nabi saw.
bahwa orang yang bunuh diri akan masuk neraka, kita harus menjelaskan kepada diri kita di mana letak persinggungan yang mendekatkan antara bunuh diri dan aksi syahid, dan di mana kedua hal tersebut berseberangan satu sama lain. Barang kali kita perlu juga menjelaskan perbedaan ini kepada seluruh dunia, inilah kebenaran aksi syahid yang kita yakini.
 


imagePelaku bunuh diri dan aksi syahid bertolak dari sikap dua kehidupan yang satu, yaitu putus asa. Adapun yang pertama, biasanya putus asa karena faktor emosional (strees), seperti orang yang kehilangan kekasihnya, orang yang diperkosa, dipaksa nikah dengan orang yang tidak disukai. Atau karena pekerjaan seperti orang yang stress karena bangkrut, gagal mendapatkan pekerjaan dan lain sebagainya. Atau karena masalah studi seperti orang yang gagal dalam ujian, gagal studi di tengah jalan dan sebagainya. Atau karena masalah kesehatan seperti orang yang tahu bahwa dirinya terkena penyakit yang tidak ada obatnya, atau karena tekanan jiwa dan sebagainya sebagaimana dijelaskan oleh para psikolog.
 

 


imageimageSedang putus asa yang kedua, lebih didasarkan pada hal-hal yang selalu berkaitan dengan persoalan umum,
yaitu masalah rakyat dan bangsa. Bahwa pelaku aksi syahid tidak merasa putus asa sendirian secara mutlak "Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah", namun dia merasa putus asa dari berbagai sarana yang digunakan setiap hari untuk meraih tujuan yang dicita-citakan bersama. Setiap hari hanya melihat kelemahan, kemunduran, penyerahan dan pembatalan tuntutan-tuntutan hak yang sudah diakui oleh dunia. Sementara dia melihat musuh tidak menanggapi suara akal, rasio dan logika yang waras sedangkan dirinya tidak memiliki perlengkapan dan senjata untuk melakukan perlawanan terhadap musuh. Karenanya dia hanya bisa bersandar kepada sarana yang paling akhir dan final; yaitu merubah dirinya menjadi bom hidup.



imageimagePerbedaan yang kedua,
adalah bahwa pelaku bunuh diri tidak mungkin dalam kondisi akal, logika dan kesadaran penuh baik sebelum bunuh diri maupun sewaktu melakukannya. Dan inilah yang ditegaskan oleh ilmu jiwa (psikologi).

Sedangkan pelaku aksi syahid (istisyhadi), dia melakukannya dengan penuh kesadaran dan menulis surat wasiat mengenai tekadnya untuk meminta syahid. Ini artinya dia tahu, sadar dan memahami apa yang sedang dia lakukan.



imagePerbedaan yang ketiga – dan ini yang paling utama dan urgen – adalah keimanan yang kokoh dan mendalam yang dimiliki pelaku aksi syahid, dengan aqidah yang luhur bahwa dirinya berjuang dan berjihad di jalan Allah. Bahwa dengan melakukan itu dia yakin mendapatkan surga. Dan inilah arti dan makna meminta mati syahid (istisyhad). Bahwa dia berperang dengan menggunakan senjata yang berbeda dan demi persoalan yang agung, bukan demi kekasih, ijasah, pangkat, jabatan dan sebagainya.



imageSesungguhnya iman terhadap hari kebangkitan dan akhirat lah faktor pendorong utama di sini. Inilah yang membedakan antara mereka, para pelaku aksi syahid, dengan pasukan berani mati (fedayen) yang sudah dikenal dunia sepanjang masa seperti "kamikaze" Jepang dalam perang dunia kedua. Tidak tahu, kenapa kita mengabaikan sisi agama yang amat penting ini. Padahal Amerika sendiri selalu fokus dalam masalah (simbol) salib sampai pada kegiatan olah raga sekalipun. (warsito)

Flash Al Quds. pls be patient !!


 

 


 

 

Hosted by www.Geocities.ws

1