Alasan Hakiki di Balik Penjajahan Kota Suci Jerusalem
By DR. Ahmad Shidqy Addajaty
Rencana perebutan Kota Suci Jerusalem dimulai ketika Inggris mendukung
Gerakan Zionisme Internasional
Kota suci Jerusalem yang mulia dan beberapa tempat suci umat Kristiani
dan umat Islam di kota Jerusalem lama, merupakan sarana perang yang
dahsyat dalam wacana perang antara Arab dan Zionis yang terus
berlanjut. Peperangan itu dimulai pada musim panas tahun 2000 dengan
secara terbuka membahas konflik terbesar, dengan agenda mencari solusi
dan pemecahan masalah dalam penyamaan hak antara Yahudi dan Arab.
Persatuan Yahudi Amerika sudah merencanakannya sejak peperangan ini
dimulai dengan program utama mereka "Perdamaian Timur Tengah". Dan
pada waktu itu pula pemerintah Amerika Serikat merealisasikannya pada
Konfrensi Madrid tanggal 30 Oktober 1991.
Persatuan Yahudi Amerika mempunyai target utama dalam peperangan ini
yaitu merebut kota suci Jerusalem dan menanamkam kekuasaan Yahudi di
atasnya. Target dan tujuan mereka sudah sangat jelas dan terbaca
ketika konfrensi Camp David II yang berlangsung selama dua hari pada
tanggal 11 dan 25 Juli 2000.
Hingga kini, kedua kelompok itu ( Persatuan Yahudi Amerika dan Zionis
Israel ) terus menggerakan peperangan dengan sangat brutal, seperti
kita saksikan Zionis Israel memerangi rakyat Arab di Negara Palestina
yang terjajah untuk menghabisi dan mengakhiri gerakan Intifadhah yang
berkah yang tumbuh berkembang demi membela masjid Al-Aqsha,
tempat-tempat suci umat Islam dan Kristen serta untuk mengusir
penjajah Israel.
Ini merupakan perang Zionisme yang bersifat kesukuan ( Yahudi) dan
terbuka yang seluruh dunia menyaksikan fase-fase kaejahatan perang ini
hari demi hari, melalui informasi yang tersiar lewat televisi sejak 70
hari yang lalu.
Sedangkan pihak Persatuan Yahudi Amerika yang lalim dan sombong, masih
mendukung secara penuh pemerintahan Barak dalam melangsungkan perang
ini, dengan berbagai fasilitas yang mereka miliki, baik berupa senjata
pembunuh, uang dan diplomasi juga loby-loby politik di PBB dan
beberapa organisasi dan LSM internasional.
Menurut berbagai sumber dan informasi, bahwa Presiden Clinton belum
bermaksud menarik dan mengkaji ulang kebijakannya yang salah total
terhadap kota suci Jerusalem yang mereka ungkapkan dalam konfrensi
Camp David dan tidak merubah perintahnya kepada Otoritas Palestina
untuk memindahkan masjid Al-Aqsho dari tempat yang sekarang berdiri
agar orang-orang Yahudi Israel dapat dengan mudah membangun Haikal
Sulaiman di atasnya, walaupun mendapat protes dan perlawanan keras
dari pihak rakyat Arab dan umat Islam.
Sebuah pertanyaan lalu timbul ketika kita sama-sama menyaksikan perang
terbuka terhadap rakyat Palestina khususnya, Arab serta umat Islam
secara keseluruhan : "mengapa mereka begitu berkonsentrasi dan ngotot
ingin merebut dan menguasai kota suci Jerusalem?". Jawabannya akan
terlihat dari sejauh mana kesungguhan kita menghadapi perang itu dan
mengkaji ulang catatan masa lalu untuk memenangkan peperangan ini.
Musuh Zionis mengunakan " baju " agama dalam setiap aksi kejahatan dan
peperangan mereka yang sewenang-wenang, dan karenanya orang –orang
Yahudi internasional bisa dimobilisir dalam satu wadah "Perkumpulan
Israel" walaupun mereka berada di berbagai negara Barat dengan
menggunakan syiar menembalikan bangunan Haikal Sulaiman dan menamai
kota suci Jerusalem sebagai " Gunung Haikal", bahkan dengan "baju"
agama itu mereka bisa menarik simpati para pengikut gereja Kristiani
yang loyal dan mendukung gerakan Zionisme yang tersebar di Amerika
serikat.
Dengan mengunakan "baju" dan argumentasi agama, Yahudi Amerika yang
merupakan sekutu utama Zionis Israel mampu melakukan loby-loby politik
sampai ke level Gedung Putih dan mampu mempengaruhi kebijakan
pemerintah Bill Clinton, sehingga mayoritas pegawai managerial Gedung
Putih merupakan pengikut gerakan Zionisme seperti terlihat dari
nama-nama yang tertera pada daftar hadir yang mereka tulis dan
karenanya pula seluruh kebijakan Presiden Bill Clinton menyangkut
Timur Tengah sudah dipengaruhi oleh loby-loby Yahudi dan ini sudah
menjadi rahasia umum.
Tiga Alasan Dasar Perebutan Kota Suci Jerusalem :
1. Alasan ekonomi :
Presiden Bill Clinton sudah menjelaskan hal ini di Gedung Putih dalam
wawancaranya dengan koran Otto Citizen Canada pada tanggal 1 Desember
2000, bahwasanya "kota Jerusalem akan menjadi tempat tujuan utama para
turis internasional dan para pelancong dunia dalam sejarah
keparawisataan" dan karenanya pula ia berusaha "merayu" Presiden Yasir
Arafat agar mau memindahkan masjid Al-Aqsho dari sana.
Pada realitasnya, sesungguhnya musuh Israel –dengan usaha keras mereka
untuk menguasai kota Jerusalem dan kota Jerusalem yang lama dengan
seluruh mesjid dan gereja yang ada di dalamnya- mereka ingin menguasai
dan menjadi coordinator tunggal untuk mengurusi para "Haji" Kristiani
ke sana dan mereka pula yang mengurusi kunjungan umat Islam untuk
menyempurnakan Hajinya. Dan ini akan mendatangkan pendapatan devisa
yang sangat besar yang mereka dapat dari kunjungan umat Kristiani dan
umat Islam, bukan kunjungan para turis internasional seperti yang
diungkapkan Bill Clinton.
2. Alasan politis :
Alasan ini terealisasikan lewat program mereka untuk menjadikan kota
Jerusalem lama - yang memiliki posisi yang strategis dan sejarah
panjang - menjadi "Ibu Kota Negara yang Abadi" !! ( menurut keyakinan
mereka), yang dari sanalah mereka akan menguasai seluruh wilayah
sekitarnya.
Bariz, Seorang politisi Libanon pernah bercerita ketika ada pertemuan
di PBB stelah Zionis Israel mencaplok Libanon pada tahun 1982, ketika
Perdana Mentri Israel pada waktu itu Manahen Begin, mengundang mantan
Perdana Mentri Libanon Kamil Syam`un untuk mengunjungi kota suci
Jerusalem,(seperti diceritakan oleh Kamil Syam`un dalam otobiografinya
dalam bahasa Prancis) Manahen Begin berprilaku seolah-olah ia "Raja
Sulaiman" sedangkan Kamil Syam`un diberlakukan seolah-olah salah satu
raja "Al-guwaiyiim" ( buta huruf /bodoh) di masa mendatang. Yang
datang dari kota "Shuur" untuk menyembahkan rasa tunduk dan loyal
kepada raja "Israel" yang baru.
Penggalan cerita ini sudah cukup sebagai simulasi untuk menjelaskan
alasan yang sangat esensi yang terwujud lewat aturan yang ada di Timur
Tengah. Sebuah aturan dan undang-undang yang ingin diberlakukan secara
paksa oleh Amerika Serikat kepada seluruh wilayah itu, dengan kerja
keras untuk menyamakan aturan bagi warga Arab bagaimanapun caranya.
3. Alasan Historis :
Dengan alasan perang budaya, maka merebut kota suci Jerusalem dan
menguasai seluruh barang bersejarah umat Islam dan Kristen di kota itu
merupakan kemenangan budaya Barat atas budaya Arab Islam, dengan
keunggulan dan hegemoni politik Barat mengajak sekutunya untuk
mengusik "dendam sejarah masa lalu" yang berkobar dalam jiwa dan dada
mereka atas budaya Arab Islam yang mengalahkan mereka dalam perang
orang-orang Barat delapan abad yang lalu.
Seperti mereka juga terpanggil oleh tujuan mereka yang kontemporer
yaitu menghentikan dan menghalangi menyebarluasnya da`wah dan budaya
Islam dan Arab yang selalu membuat mereka khawatir dalam dua dekade
terakhir. Sehingga Sekretaris Jendral NATO merasa terpanggil untuk
menjelaskan bahwa musuh yang akan merongrong hegemoni politik Barat -
setelah kehancuran dan kejatuhan Uni Sovyet di awal tahun sembilan
puluhan – adalah budaya Islam. Seperti sudah diceritakan dalam tulisan
yang lalu, bagaimana Allabany dari Inggris dan Ghoro dari Prancis a
berniat untuk mengungkap fakta sejarah yang seseungguhnya, ketika
Allabany berkunjung ke Jerusalem dan Ghoro datang ke Damaskus.
Pertanyaan lainnya yang muncul di hadapan kita ketika menyaksikan
realitas yang ada, bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak
mengutamakan pembangunan kembali Haikal Sulaiman sebelum gerakan
Zionisme Internasional marak berkembang, dan persekutuan penjajah
Zionis memulai program perampasan kota suci Jerusalem yang mulia.
Apabila perang permanent yang direncanakan oleh para sekutu Zionis
dimulai ketika mereka membuat program penyamaan hak yang mereka sebut
dengan program "perdamaian Timur Tengah" pada tahun 1991, maka
sesungguhnya strategi merebut kota suci Jerusalem dimulai berbarengan
dengan kuatnya dukungan imperialis Inggris untuk mendukung gerakan
Zionisme Internasional ketika gerakan itu baru dirancang pada akhir
abad ke sembilan belas.
Barker dari Inggris memimpin delegasi pada tahun 1911, untuk memulai
program penggalian di kota suci Jerusalem, walaupun pada waktu itu
Palestina masih merupakan bagian dari kerajaan Ustmaniyah, tetapi
program pengiriman orang-orang yang akan mengadakan penggalian terus
berlanjut secara tersembunyi, karena mendapat perlawanan keras dari
rakyat Palestina, dan pengaruh yang kuat dari utusan kerajaan
Ustmaniyah.
Prof. DR. Khoiriyah Qosimiyah pernah mengungkapkan dan membahas
tentang strategi perebutan kota suci Jerusalem dalam sebuah makalah
yang diterbitkan oleh Persatuan Parlemen Arab pada tahun 1998 yang
bekerja sama dengan Institut Research
Study Arab, dan usah maksimal mereka untuk merealisasikannya ketika
Inggris menjajah Palestina pada akhir Perang Dunia II.
Prof. DR. Khoiriyah menceritakan bagaimana ekspedisi Zionisme yang
dipimpin oleh Hayeem Waizman sampai di kota Iskandariyah pada tanggal
20 Mei 1918, kemudian mereka menuju Cairo dan kota Jerusalem dan kota
Yaffa. Komando Militer Jerusalem, Saturz dari Inggris menyambut
kedatangan mereka dengan mengadakan upacara militer untuk
menghormatinya arena di dalam tim ekspedisi itu ada anggota keluarga
Rouchylid Almuraabiyah.
Ekspedisi ini berkosentrasi dalam tiga hal :
1. Mendirikan Universitas Yahudi di kota Jerusalem.
2. Menyerahkan Tembok Ratapan di kota suci Jerusalem kepada orang
Yahudi.
3. Memulai program pemindahan kepemilikan tanah dari orang Arab kepada
orang Yahudi.
Prof. DR. Khoiriyah melanjutkan ceritanya, ketika penjajah Inggris
melakukan tekanan yang keras kepada penduduk Arab Palestina baik orang
Islam dan ataupun Kristen, karena mereka menentang kebijakan program
Zionisasi Negara itu.
Perlawanan yang kuat ini memaksa "Kalayton" Komando Intelejen untuk
datang ke Markas Besar Angkatan Bersenjata Inggris yang merupakan
sarana terpenting dalam merealisasikan kepentingan politik Inggris di
bagian Timur Negara Arab. Karena ia memprediksi akan mendapat
kesulitan besar untuk merealisasikan program kedua ( penyerahan Tembok
Ratapan) karena posisi Tembok Ratapan yang mereka yakini ternyata
bersebelahan dengan mesjid Umar Bin Khottob. Sedangkan benda-benda
yang terletak langsung di depan Tembok Ratapan dikelilingi oleh
benda-benda waqaf. Sehingga Kalayton menulis surat ke London "Usaha
apapun yang dilakukan oleh pihak Yahudi untuk mendapatkan tempat
Tembok Ratapan itu, akan mengakibatkan perlawanan yang kuat dari pihak
musuh".
Melihat hal itu maka komando militer Saturz meloby Mufty Asyaikh Kamil
Al Husainy dengan intensif, tetapi Mufty Kamil menolak mentah-mentah
rencana mereka. Loby ini berakhir dengan keputusan sepihak yang tidak
disepakati oleh pihak Mufty, seperti yang kita saksikan pada waktu
sekarang ini.
Prof. DR. Khoiriyah menyebutkan dalam makalahnya yang sangat istimewa
itu bahwa Kalayton menulis dalam surat yang ia kirim ke Balfour
tanggal 31 Agustus 1918 bahwa " Saturz sebagai komando militer di kota
Jerusalem sudah melakukan usaha maksimal untuk menundukan umat Islam
dengan menggunakan uang yang sangat banyak tetapi menurutnya itu tidak
bermanfaat, dan Saturz mendapat perlawanan yang sangat gigih dari umat
Islam yang menimbulkan dua demonstrasi anti Inggris yang sangat besar,
dan mengakibatkan orang-orang Arab menyatu dalam sebuah wadah
Organisasi Arab Islam yang menuntut penguasa militer Inggris untuk
berhenti mencoba mengganti waqaf Abi Madyan (dekat Masjid Al-Aqsho),
sambil menegaskan bahwa seluruh umat Islam di dunia berada di belakang
mereka, yang akan menolak rencana itu dan tidak akan rela dengan
program perubahan bentuk dan atau untuk menguasainya, karena itu
merupakan tempat yang suci dan merupakan saksi sejarah tradisional
yang berdekatan dengan Mesjid Jami` Umar bin Khottob".
Apa yang terjadi hari ini mirip seperti yang terjadi pada masa lalu,
ketika Saturz berusaha menyogok orang Arab Palestina dengan uang agar
mereka menerima program itu dan menyerahkan Tembok Ratapan kepada
Zionis Yahudi, sementra hari ini kita menyaksikan hal yang sama ketika
Bill Clinton "merayu" Presiden otoritas Palestina dengan iming-iming
keuntungan yang sangat besar, agar sudi memindahkan Mesjid Al Aqsho
dari tempatnya semula, dan menyerahkannya kepada orang-orang Zionis
Yahudi untuk menguasai seluruhnya.
Rakyat Arab Palestina sudah menolak mentah-mentah rencana itu sejak
semula yang mengakibatkan pecahnya Revolusi Albarroq pada tahun 1929
untuk kedua kalinya dan kini terulang dalam gerakan Intifadhoh untuk
membela Al Aqsho dan benda-benda suci yang ada di sekitarnya. Gerakan
ini mendapat dukungan penuh dari umat Islam di deluruh pelosok dunia
Arab dan Islam
|