Akankah Masjid Aqsha Segera Roboh?
Buku yang berjudul : Lamunan-lamunan (The Daydreams) di atas baru-baru
ini telah dipublikasikan di Palestina. Di sini para penulis mengadopsi
empat scenario yang mungkin terjadi terhadap masa depan Al Aqsha.
Skenario pertama menyerukan pembangunan 10 tiang sebagai wujud dari 10
Perintah Tuhan (Ten Commandments) di dekat bagian barat dinding Al
Aqsha dan ketinggiannya sejajar dengan pekarangan Qubbah ash Shahrah.
Teori kedua adalah hampir mirip dengan yang pertama yang menyeru untuk
membangun kembali tempat ibadah ketiga (al Haikal) secara vertikal di
dekat bagian barat dinding Al Aqsha. Jadi itu akan lebih tinggi dari
masjid Al Aqsha dan akan dihubungkan dengan sisi internal pekarangan
Al Aqsha. Teori ketiga adalah dengan mengadopsi keinginan untuk alih
arsitektur dengan menganjurkan penggalian jalan berbentuk spiral yang
dalam di sekitar Qubbah ash Shahrah. Terakhir, teori keempat
menyerukan pembangunan kembali tempat ibadah al Haikal ini pada
reruntuhan Al Aqsha secara umum.
Jerusalem :
Setelah kembali dari kunjungan ke Amerika Serikat pada tanggal 26
Pebruari 1997, Perdana Menteri Benyamin Netanyahu mengambil suatu
keputusan yang sangat serius untuk membangun pemukiman baru di bukit
Abu Ghneim di Jarusalem. Hal ini digambarkan oleh mendiang Raja
Jordan, Raja Hussein sebagai aksi pembangunan pemukiman terakhir yang
pernah disampaikan oleh Perdana Menteri Israel tersebut kepadanya.
Pemukiman ini adalah salah satu dari serial pemukiman yang dibangun
oleh Zionis sejak agresi mereka yang dimulai pada tanggal 5 Juni 1967.
Ini dengan maksud untuk melingkari kota dengan pemukiman-pemukiman
Yahudi dan upaya me-Yahudikan Jerusalem. Dengan rencana ini, Israel
berupaya untuk memperkuat pencaplokannya terhadap kota dan
mengisolasinya dari kota-kota lain. Ini juga dengan maksud untuk
menerapkan fakta geografis dan demografis yang baru terhadap perubahan
kultural dan demografis di kota suci ini.
Langkah-langkah konsolidasi dan penguatan yang dilakukan di kota
Jerusalem hendaknya tidak membuat kita lupa akan upaya-upaya
penggalian yang dilakukan di bawah Masjid Suci Al Aqsha.
Penggalian-penggalian ini telah sampai pada tahapan yang membayakan
dan hampir meruntuhkan Al Aqsha, khususnya dengan upaya-upaya Israel
yang berkesinambungan untuk membangun kembali apa yang mereka sebut
dengan tempat peribadatan ketiga (third Temple atau al Haikal) di atas
reruntuhan Al Aqsha. Hal-hal berikut ini menyingkap beberapa gelagat
dan implikasi yang mengindikasikan rencana ini.
Hadiah yang diberikan kepada kepada Gereja Yunani, kepala Uskup Maxim
Soloum pada tanggal 29 Desember 1996 yang merupakan patung perak
Jerusalem dengan tanpa Al Aqsha dan digantikan dengan Al Haikal.
Tayangan TV Israel menayangkan acara dokumenter yang memperlihatan
bahwa Al Aqsha segera akan runtuh akibat gempa bumi yang akan terjadi
di wilayah ini dalam tempo dua tahun. Lebih dari itu,
penggalian-penggalian yang ada akan membantu proses keruntuhan ini
yaitu dengan cara semakin diperlemah fondasi-fondasinya. Dan karena
para geologis mengkonfirmasikan bahwa wilayah ini adalah salah satu
dari titik gempa yang paling aktif di dunia.
Buku yang baru terbit di Palestina berjudul "The Daydreams" (Lamunan-lamunan)
di mana para penulis Israel memberikan empat hipotesa untuk
menghancurkan Al Aqsha dan membangun kembali Al Haikal.
Beberapa ekstrimis Israel mengindikasikan bahwa kelahiran Sapi Merah,
sebagaimana digambarkan dalam kitab Injil yang lahir di tempat dekat
Haifa merupakan sinyal surgawi bahwa pembangunan kembali Al Haikal
ketiga di Jerusalem telah semakin mendekat. Namun mereka menganggap
itu adalah sebuah mu'jizat, mereka harus menunggu hingga Sapi berusia
3 tahun kemudian mereka akan memulai pembangunan tempat ibadah ini.
Sheikh Ra'ed Salah adalah seorang Walikota Um Al Fahem mengungkapkan
bahwa upaya Yahudi untuk memasuki masjid Al Marwani yang terletak di
sebelah timur ruangan bawah Al Aqsha melalui sebuah pintu gerbang di
sebelah selatan tembok Al Aqsha telah berhenti pada minggu terakhir
bulan Ramadhan.
Dalam perkembangan lain, kantor Perdana Menteri telah mengizinkan
orang Yahudi untuk melakukan sembahyang di Al Aqsha dengan alasan
bahwa hal itu tidak pernah dilarang. Lagi pula langkah ini sejalan
dengan pembangunan pemukiman baru di Abu Ghneium dan
penggalian-penggalian di bawah Al Aqsha berlanjut yang dimulai dari
pendudukan Israel pertama pada tahun 1967. Dalam kontek ini, sebuah
video yang disiapkan oleh Sheikh Ra'ed Salah dan Najeh Bkeirat, ketua
Komite Peninggalan Islam, memperlihatkan bahwa beberapa terowongan
yang terdapat di Al Aqsha mengancam kehancuran fondasi-fondasinya.
Salah satu dari terowongan dimulai dari wilayah barat daya Al Aqsha
sepanjang bagian barat tembok kira-kira 4 meter dari tembok, dengan
ketinggian antara 6-9 meter dan berjarak 30 meter. Terowongan ini
berakhir dengan batu-batu kecil yang baru-baru ini dibangun dan dapat
dibuang dengan mudah. Tentu hasilnya akan menjadi semakin mudah untuk
memasuki ke jantung masjid Al Aqsha. Terowongan yang paling besar
berada di bawah apa yang disebut dengan Pintu Tunggal (Al Mefred), di
mana dua terowongan lainnya berada di bawah Pintu Ganda. Masing-masing
kedua terowongan ini menuju ke ruangan bawah tanah tepat di bawah
masjid Al Aqsha. Maka dari itu, penggalian-penggalian di bagian barat
dan sisi selatan Al Aqsha dan pintu kuburan Al Rahma menyebabkan
beberapa hal berikut ini :
(i) Dipindahkannya lebih dari 100 kuburan dan tempat keramat para
Sahabat Rasulullah dan Tabiin di lokasi kuburan yang terletak di
bagian barat Al Aqsha.
(ii) Terdapat beberapa keretakan dan kerusakan pada dinding-dinding Al
Aqsha, khususnya pada dinding di bagian selatan di mana kaset
dokumenter itu mengungkapkanya bahwa Yahudi menggunakan itu sebagai
tempat untuk menyimpan kertas-kertas mereka termasuk lagu himne-himne
dan lagu pujian sebagai bagian dari acara ritual mereka. Ini artinya
bahwa mereka telah mulai mempergunakan seperti yang mereka lakukan di
Tembok Ratap (al Buraq). Dan mereka ingin merubah tempat itu menjadi
tempat peribadatan sebagaimana terjadi sebelumnya dengan tembok Al
Buraq.
(iii) Merubah hal-hal yang istimewa di sekitar Al Aqsha, di samping
membangun secara intensif menara tinggi yang dapat dianggap sebagai
bagian dari pembangunan tempat peribadatan ketiga (al Haikal). Lebih
dari itu, Otoritas Arkeologi Israel membangun rumah peristirahatan
semacam bar dekat dengan jendela-jendela masjid suci Al Aqsha. Dan bar
ini dapat dijadikan sebagai tempat bagi para mereka yang bercinta dan
mempertontonkan perbuatan keji mereka kepada khalayak ramai.
Skenario Yahudi Menghancurkan Al Aqsha dan Membangun Tempat Ibadah :
Buku yang berjudul : Lamunan-lamunan (The Daydreams) di atas baru-baru
ini telah dipublikasikan di Palestina. Di sini para penulis mengadopsi
empat scenario yang mungkin terjadi terhadap masa depan Al Aqsha.
Skenario pertama menyerukan pembangunan 10 tiang sebagai wujud dari 10
Perintah Tuhan (Ten Commandments) di dekat bagian barat dinding Al
Aqsha dan ketinggiannya sejajar dengan pekarangan Qubbah ash Shahrah.
Teori kedua adalah hampir mirip dengan yang pertama yang menyeru untuk
membangun kembali tempat ibadah ketiga (al Haikal) secara vertikal di
dekat bagian barat dinding Al Aqsha. Jadi itu akan lebih tinggi dari
masjid Al Aqsha dan akan dihubungkan dengan sisi internal pekarangan
Al Aqsha. Teori ketiga adalah dengan mengadopsi keinginan untuk alih
arsitektur dengan menganjurkan penggalian jalan berbentuk spiral yang
dalam di sekitar Qubbah ash Shahrah. Terakhir, teori keempat
menyerukan pembangunan kembali tempat ibadah al Haikal ini pada
reruntuhan Al Aqsha secara umum. Dan teori terakhir ini punya banyak
konsep masa depan yang imajiner. Kita telah mencantumkan dalam makalah
yang dipublikasikan pada bulan Agustus 1995 yang mengatakan bahwa
sekitar tujuh organisasi Yahudi telah siap untuk membangun kembali al
Haikal. Yang pertama telah mempersiapkan rancangan geometric dan
arsitekturnya. Yang kedua terlah mempersiapkan batu-batu khusus yang
akan dipergunakan. Yang ketiga telah mempersiapkan dekorasi dan
rancangan interior. Yang keempat akan mempersiapkan kostum khusus yang
akan digunakan tempat ibadah ini. Dan yang kelima menggalang dana
untuk membiayai pembangunan ini. Sementara itu, Shiekh Ekremeh Sabri,
salah satu khatib Al Aqsha menyebutkan dalam salah satu ceramahnya di
Jum'at kedua di bulan Ramadan bahwa organisasi Yahudi telah
memperingatkannya bahwa Al Aqsha akan diratakan dengan bumi guna
pembangunan tempat ibadah ke tiga ini.
Deklarasi Berhubungan Dengan Jalan di bawah Al Aqsha :
Surat kabar harian Israel, Yediot Ahrenout yang terbit pada tanggal 21
Maret 1997 menggungkapkan bahwa pasukan bersenjata Israel telah
melakukan penggalian di bawah Al Aqsha untuk mencari jalan setapak
yang menjadi pintu masuk tempat ibadah (al Haikal) 2000 tahun yang
lalu. Sumber-sumber Israel mengatakan bahwa jalan setapak ini telah
ditemukan secara insidental satu minggu sebelum penggalian dimulai
oleh Pemda kota. Penggalian ini berada di bawah halaman Al Buraq (Tembok
Ratap) dekat bagian barat dan selatan dinding-dinding Al Aqsha. Ini
dilakukan dengan alasan mengerjakan jaringan pembuangan kotoran.
Kemudian, Pemda memberhentikan penggalian ini dengan galian yang sudah
sedalam 4 meter dan mengundang beberapa tenaga ahli dari Departemen
Arkeologi. Direktur Jenderal Departemen ini, Amir Dury mengklaim bahwa
jalan setapak yang ditemukan di bawah tanah berasal dari zaman
eksisnya tempat ibadah yang kedua (second Temple). Itu merupakan salah
satu jalan utama yang melintasi Jerusalem ke arah selatan dan utara
yang berseberangan dengan sebelah barat dinding Al Aqsha.
Kelahiran Sapi Merah Diperingati :
Para Yahudi ekstimis menerima kelahiran sapi merah sebagai sinyal suci
bahwa pembangunan kembali tempat ibadah yang ketiga (third Temple)
sudah dekat. Ini telah dikonfirmasi oleh sekelompok Rabi (ulama)
Yahudi di saat sapi merah itu lahir bulan lalu di ladang (kibbutz)
milik para ekstrimis di dekat daerah Haifa. Karena sapi tersebut
memiliki karakteristik sapi sakral yang dicantumkan di dalam kitab
Injil. Menurut Perjanjian Lama, sapi merah tanpa bintik-bintik adalah
sangat penting buat pemurnian ajaran ritual Yahudi. Jadi sapi ini akan
disembelih dan dibakar, kemudian debunya dijadikan minyak yang
dipergunakan dalam acara-acara keagamaan yang akan diadakan sebelum
pembangunan kembali tempat ibadah yang ketiga persis di atas Al Aqsha.
Para ekstrimis mengklaim bahwa tidak ada sapi merah yang lahir sejak
tempat ibadah yang kedua (second Temple) dihancurkan oleh orang-orang
Romawi. Jadi kelahiran sapi merah dianggap sebagai suatu mukjizat yang
dapat memungkinkan mereka untuk memasuki tempat-tempat keramat dan
suci di kota Jerusalem. Namun, mereka harus menunggu hingga sapi ini
berusia tiga tahun dan pada saat itu mereka dapat memulai pembangunan
kembali tempat ibadah ketiga (third Temple). Yahuda Atzion, seorang
anggota kelompok yang berusaha untuk meledakkan Qubbah ash Shahrah
pada tahun 1985 mengatakan bahwa mereka telah menunggu kedatangan
mukjizat ini dari Tuhan selama 2000 tahun. Akhirnya mereka telah
dianugerahkan sapi merah oleh Tuhan yang mereka nanti-nantikan.
Yahudi Boleh Sembahyang di Al Aqsha :
Menurut sumber harian Israel Ha'aretz, surat jawaban yang baru-baru
ini dikirimkan oleh Sha'oun Stien, seorang konsultan Perdana Menteri,
kepada Yesrael Medad, kepala Temple Mount Group, ia menulis bahwa
sejauh apa yang ia ketahui bahwa Yahudi punya hak untuk sembahyang di
Temple Mount, Masjid Al Aqsha. Dan mereka tidak pernah dilarang untuk
melakukan hal tersebut. Karenanya, ia menyampaikan kepada kepala dinas
kepolisian kota Jerusalem, Mayor Jenderal Ya'eir Yetshaky, untuk
mengizinkan orang Yahudi melakukan ibadah dan acara-acara ritual
secara tenang dan damai dengan koordinasi penuh dari pihak dinas
kepolisian Jerusalem.
|