Nilam
sama sekali bukan nila (nama jenis ikan). Ia merupakan salah satu dari
150 - 200 spesies tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia sendiri
terdapat sekitar 40 - 50 jenis, tetapi baru sekitar 15 spesies yang
diusahakan secara komersial.
Minyak atsiri (atau asiri) juga disebut minyak eteris atau minyak
terbang (essensial oil atau volatile). Dinamai demikian
karena mudah terbang (menguap) pada suhu kamar (25oC) tanpa
mengalami dekomposisi. Aroma minyak atsiri umumnya khas, sesuai jenis
tanamannya. Bersifat mudah larut dalam pelarut organik, tapi tidak larut
air.
Tanaman nilam punya julukan keren Pogostemon patchouli atau Pogostemon
cablin Benth, alias Pogostemon mentha. Aslinya dari Filipina,
tapi sudah dikembangkan juga di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil,
dan Indonesia. Gara-gara banyak ditanam di Aceh, lantas juga dijuluki
nilam aceh. Varietas ini banyak dibudidayakan secara komersial.
Sampai saat ini Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan
Tenggara, masih menjadi sentra tanaman nilam terluas di Indonesia (Ditjen
Perkebunan, 1997). Disusul Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan),
Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara),
dan Jawa Timur (Tulungagung). Umumnya, masih didominasi perkebunan
rakyat berskala kecil.
Varietas lainnya, Pogostemon heyneanus, berasal dari India.
Juga disebut nilam jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di hutan
di Pulau Jawa. Ada lagi Pogostemon hortensis, atau nilam sabun (minyak
atsirinya bisa untuk mencuci pakaian). Banyak terdapat di daerah Banten,
Jawa Barat, sosok tanamannya menyerupai nilam jawa, tapi tidak berbunga.
Atsiri penyumbang devisa
Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi,
nilam bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas.
Terbukti minyak nilam telah tercatat sebagai penyumbang terbesar devisa
negara ketimbang minyak atsiri lainnya.
Volume ekspor minyak nilam periode 1995 - 1998 mencapai 800 - 1.500
ton, dengan nilai devisa AS $ 18 - 53 juta. Sementara data terbaru
menyebutkan, nilai devisa dari ekspor minyak nilam sebesar AS $ 33 juta,
50% dari total devisa ekspor minyak atsiri Indonesia. Secara keseluruhan
Indonesia memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak nilam dunia (Nuryani
Y., 2001).
Berdasarkan laporan Marlet Study Essential Oils and Oleoresin (ITC),
produksi nilam dunia mencapai 500 - 550 ton per tahun. Produksi
Indonesia sekitar 450 ton per tahun, kemudian disusul Cina (50 - 80 ton
per tahun). Produk atsiri dunia yang didominasi Indonesia, antara lain
nilam, serai wangi, minyak daun cengkih, dan kenanga.
Sebelum diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir.
Harga minyak nilam di pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar
Rp 200.000,- - Rp 250.000,- per kg (di New York, AS $ 14 - 23,5). Negara
tujuan ekspornya meliputi Singapura, India, AS, Inggris, Belanda,
Prancis. Juga Jerman, Swis, dan Spanyol.
Adakalanya petani (terutama yang tidak punya alat penyuling) menjual
daun nilam dengan harga Rp 2.000,- per kg (kering) atau Rp 400,- per kg
(basah). Penampungnya tidak lain petani pemilik ketel penyuling. Dulu,
sebelum petani mengenal alat penyuling, yang diekspor adalah daun kering
nilam. Alat penyuling mulai dikenal tahun 1920-an.
Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa.
Terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi (sebagai
pengikat bau atau fixative parfum), kosmetik, dll.
Komponen utama minyak nilam (diperoleh dari penyulingan daun nilam)
berupa pachoully alcohol (45 - 50%), sebagai penciri utama. Bahan
industri kimia penting lain meliputi patchoully camphor, cadinene,
benzaldehyde, eugenol, dan cinnamic aldehyde.
Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bisa untuk bahan
antiseptik, antijamur, antijerawat, obat eksem dan kulit pecah-pecah,
serta ketombe. Juga bisa mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga
membantu mengurangi kegelisahan dan depresi, atau membantu penderita
insomnia (gangguan susah tidur). Makanya minyak ini sering dipakai untuk
bahan terapi aroma. Juga bersifat afrodisiak: meningkatkan gairah
seksual.
Bukan cuma minyak nilamnya yang bermanfaat. Di India daun kering
nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Malahan
air rebusan atau jus daun nilam, kabarnya, dapat diminum sebagai obat
batuk dan asma. Remasan akarnya untuk obat rematik, dengan cara
dioleskan pada bagian yang sakit. Bahkan juga manjur untuk obat bisul
dan pening kepala. Remasan daun nilam dioleskan pada bagian yang sakit.
Daun muda lebih berminyak
Kadar minyak atsiri nilam bervariasi, tergantung pada varietasnya.
Nilam aceh (Pogostemon cablin), karena tidak berbunga, kadar
minyaknya tinggi (2,5 - 5%). Begitu pula sifat minyaknya disukai pasar.
Nilam jawa (P. heyneanus) karena berbunga, kadar minyaknya rendah
(0,5 - 1,5%). Komposisi minyak atsirinya kurang diminati. Sedangkan
nilam sabun (P. hortensis), kadar minyaknya 0,5 - 1,5%, dan jenis
ini kurang disukai pasar.
Minyak terbang ini terbentuk melalui proses metabolisme di dalam
tanaman. Bagi tanaman nilam, minyak atsiri ibarat feromon yang mampu
menarik kehadiran serangga penyerbuk. Sekaligus aromanya dapat mengusir
serangga perusak tanaman. Yang pasti, ia berfungsi sebagai makanan
cadangan bagi tanaman itu.
Pada dasarnya semua bagian tanaman nilam, sejak dari akar, batang,
cabang, dan daun, mengandung minyak terbang. Tapi umumnya mutu rendemen
dari akar dan batang nilam lebih rendah daripada daunnya. Demi
kelangsungan hidup si tanaman, yang lazim dipanen, ya, daunnya.
Mengingat yang dipanen daunnya, pertumbuhan vegetatif tanaman nilam
diupayakan seoptimal mungkin. Kuncinya, ada pada pemupukan, baik pupuk
organik (kompos) maupun anorganik (buatan). Yang paling banyak menyimpan
minyak atsiri lazimnya tiga pasang daun termuda. Nah, untuk memperbanyak
pertumbuhan daun-daun muda bisa dengan cara pemangkasan.
Tanaman dianggap matang dan siap panen kalau sudah berumur enam bulan
atau 5 - 8 bulan. Bagian yang dipanen, cabang dari tingkat dua ke atas.
Sekitar 20 cm di atas tanah. Biasanya disisakan satu cabang di tingkat
pertama untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru.
Tiga bulan kemudian (bulan ke-9), cabang dan anakan baru dipanen
kedua kalinya. Periode panen berikutnya setiap selang tiga bulan. Hasil
panen bisa mencapai 3,5 - 4 ton daun nilam kering, kalau kondisi tanaman
bagus.
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pagi hari, atau menjelang
petang, ketika musim kering. Maksudnya agar daun tetap mengandung minyak
atsiri tinggi (2,5 - 5%). Pemetikan siang hari membuat daun kurang
elastis dan mudah robek. Juga transpirasi (penguapan air) daun lebih
cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang. Alatnya bisa berupa
sabit, gunting, atau parang tajam.
Nilam yang sudah dipanen dipotong-potong 3 - 5 cm, kemudian dijemur
di bawah sinar matahari selama empat jam (pukul 10.00 - 14.00). Setelah
itu diangin-anginkan di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik
2 - 3 kali sehari selama 3 - 4 hari hingga kadar airnya tinggal 15% (ini
kondisi siap suling). Pengeringan tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat. Terlalu cepat membuat daun rapuh dan sulit disuling. Terlambat
kering, daun menjadi lembap dan mudah ditumbuhi jamur. Akibatnya,
rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan menurun.
Tanamannya kurang dikenal
Di mancanegara komoditi olahan nilam (minyak nilam), sangat populer.
Dunia mengakui Indonesia (terutama Aceh) sebagai penghasil utama minyak
nilam. Tetapi anehnya, tanaman nilam kurang dikenal oleh masyarakat kita.
Ini barangkali karena sosok tanamannya memang tidak menarik. Ditilik
dari segi botani tanaman, nilam termasuk tanaman herba semusim. Tumbuh
tegak setinggi 0,5 - 1 m. Percabangannya banyak dan bertingkat mengitari
batang (ada 3 - 5 cabang tiap tingkat), dan berbulu. Radius cabang
melebar sekitar 60 cm.
Batangnya berkayu dan berbentuk segi empat dengan diameter 10 - 20
cm, berwarna keungu-unguan. Sedangkan daunnya hijau tersusun dalam
pasangan berlawanan. Berbentuk bulat lonjong, panjang 10 cm, lebar 8 cm,
dengan ujung agak meruncing. Tangkai daun sekitar 4 cm berwarna hijau
kemerahan.
Nilam bisa tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi (0 - 1.200 m dpl). Tapi ia akan tumbuh baik pada ketinggian 10 m
- 400 m dpl. Nilam tidak haus air, tapi juga tidak tahan kering.
Menghendaki suhu 24 - 28<SUP< sup>oC, tapi lembap (lebih dari
75%). Curah hujan merata sepanjang tahun (2.000 - 3.500 mm per tahun).
Untuk pertumbuhan optimal, nilam perlu cukup sinar matahari. Namun
bisa tumbuh baik di tempat yang agak terlindung. Karena itu oke-oke saja
ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain. Di lereng kaki Gunung
Ceremai (200 - 1.000 m dpl), di daerah Kuningan (Jawa Barat), tanaman
nilam ditumpangsarikan dengan tanaman jagung. Juga tidak protes kalau
ditanam di sela-sela lamtoro gung, kelapa, atau karet.
Kondisi tanah datar atau miring (lereng) tidak masalah. Yang penting
subur dan berdrainase baik. Tanah liat, tanah berpasir, dan berkapur
kurang disukai. Tanah tergenang memudahkan tanaman nilam diserang
cendawan Phytoptora. Musuh lainnya yakni serangga perusak daun,
nematoda, penyakit buduk, busuk batang, luka batang, dan gejala
defisiensi. Juga ulat pemakan daun, ulat penggulung daun, dan belalang.
Nilam diperbanyak dengan stek yang diambil dari batang atau cabang
cukup tua, berdiameter 0,8 - 1 cm. Panjang stek 15 - 23 cm. Setidaknya
berisi 3 - 5 mata tunas atau tiga helai daun. Stek bisa langsung ditanam
di kebun. Lebih baik ditanam dulu di tempat pembibitan, baru dipindahkan
ke kebun begitu muncul akar dan tunas baru (3 - 4 minggu). Satu lubang
tanam diisi 1 - 3 stek (bibit). Jarak tanamnya mulai dari 30 x 100 cm,
50 x 100 cm, hingga 100 x 100 cm, tergantung kesuburan dan jenis tanah.
Sebaiknya, dilakukan pada awal musim hujan.