line
<<<>>> Talmud : Kitab Suci Kaum Qabalis Yahudi <<<>>>
line

Sumber Buku


Doktrin Talmud : Orang non-Yahudi Bukanlah Manusia

Talmud secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk golongan binatang, bukan-manusia, dan secara khusus menyatakan bahwa mereka bukan dari keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan bertebaran di dalam Kitab Talmud, a/l sbb:

Kerihoth 6b, " Menggunakan minyak untuk mengurapi. Rabbi kita mengajarkan, 'Barangsiapa menyiramkan minyak pengurapan kepada ternak atau perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia menyiramkannya kepada 'goyyim', atau orang mati, dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan ternak dan perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia (Ibrani : Adam) tidak boleh disiramkan (Exodus, 30 : 32); karena ternak dan perahu bukan manusia (Adam)' "
"Juga dalam hubungan dengan yang meninggal (sepatutnya) ia dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan bukan manusia lagi (Adam). Tetapi mengapa terhadap 'goyyim' juga dikecualikan, apakah mereka tidak termasuk kategori manusia (Adam)? Tidak, karena telah tertulis: 'Wahai domba-domba-Ku, domba-domba di padang gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)'
(Ezekiel 34 : 31): Engkau disebut manusia (Adam), tetapi 'goyyim' tidak disebut sebagai manusia (Adam)' ". 

Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk memberikan minyak suci itu kepada 'goyyim' (kaum non-Yahudi, seperti Muslim, Kristen, dan sebagainya), karena 'goyyim' tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).

Yebamoth 61a, "Telah diajarkan: Begitulah Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang 'goyyim' tidak termasuk tempat yang suci untuk mendapatkan'onel' (memberikan sikap ruku' terhadap kuburan), karena telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian adalah manusia (Adam)', (Ezekiel 34 : 31); kalian disebut manusia (Adam); tetapi kaum kafir itu tidak disebut manusia (Adam)' ".

Hukum Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh bangkai manusia atau kuburan (Yahudi) menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud mengajarkan, sebaliknya, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang goyyim, hal itu membuat ia tetap suci, karena orang goyyim tidak termasuk golongan manusia (Adam).

Baba Mezia 114b, "Dia (Rabbah) berkata kepadanya : 'Apakah engkau bukan pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan? Ia menjawab: 'Apakah guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan: Simeon ben Yohai berkata: 'Kuburan kaum 'goyyim' tidak menajisi. Karena telah tertulis, 'Wahai gembalaan-Ku, gembalaan di padang rumput-Ku adalah manusia (Adam), dan ia berdiri dia atas kuburan kaum 'goyyim'.

Mengingat pembuktian berdasarkan nash Taurat (Ezekiel 34 : 31) disebut sampai berulang-kali pada ketiga ayat-ayat Talmud di atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak pernah menyebutkan bahwa hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan manusia. Para 'hachom' Talmud sangat menekankan kekonyolan ajaran mereka tentang kaum 'goyyim'. Hal itu merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan ideolog anti-kaum non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah mendistorsi ayat-ayat Taurat dalam rangka membenarkan kesesatan mereka.

Berakoth 58a, "Shila seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk kepada seseorang yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir. Orang yang dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: 'Ada seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari pemerintah'. Seorang petugas diperintahkan untuk memanggilnya (Shila). Ketika ia (Shila) tiba, ia ditanya: 'Mengapa engkau mencambuk orang ini?' Ia (Shila) menjawab: 'Karena ia telah menyetubuhi keledai betina' ". "Petugas itu berkata kepadanya: 'Apakah engkau mempunyai saksi-saksi?' Ia (Shila) menjawab : 'Saya mempunyainya'. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit dalam bentuk manusia dan memberikan bukti. Petugas itu berkata lagi kepadanya: 'Kalau demikian halnya seharusnya orang itu dihukum mati!' Ia (Shila) menjawab: 'Karena kami telah diasingkan dari negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak kalian' "
"Ketika mereka masih mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak: 'Kepada-Mulah ya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa' (
I Kisah-kisah 29 : 11). 'Apa kehendakmu?' tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab: 'Apa yang kukatakan ialah : Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian mencintai keadilan' ".
"Petugas itu berkata kepadanya (Shila): 'Apakah engkau sedemikian membantu kepada kehormatan pemerintah?' Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat dan berkata kepadanya: 'Engkau boleh menjadi hakim. 'Tatkala petugas (orang 'goyyim') itu telah pergi, orang-orang yang ada di sana berkata kepadanya (Shila): 'Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu'zizat bagi kaum pendusta?' Ia (Shila) menjawab: 'Bukanlah mereka ('goyyim') disebut keledai? Karena telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai' (
Ezekiel 23 : 30).
Ia (Shila) memperhatikan orang-orang itu akan memberi-tahukan petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka sebagai keledai. Maka ia (Shila) berkata : 'Orang itu adalah penuntut hukum, dan Taurat telah mengatakan : Jika seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah segera dan bunuh dia lebih dahulu. Begitulah tongkat yang diberikan kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan membunuhnya.' Kemudian ia berkata: 'Karena sebuah mu'zizat telah terjadi melalui ayat ini, maka aku melaksanakannya' ".


Bagian ini terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kezaliman kaum Yahudi. Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan, bahwa kaum goyyim pada dasarnya adalah binatang, sehingga karena itu Rabbi Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah berdusta atau membuat dosa. Cerita itu menjelaskan bahwa sekiranya seseorang (termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang kaum goyyim sama dengan keledai, maka ia akan menerima hukuman mati. Karena mengungkapkan hal itu akan membuat kaum goyyim murka dan akan menindas agama Yahudi.

Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan "nash bukti" sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum goyyim itu termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada Kitab Perjanjian lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa "orang Mesir memiliki kemaluan yang besar" (sindiran - sama dengan keledai). Hal ini tidak membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang Mesir yang dirujuk oleh Taurat sama dengan binatang. Dalam hal ini Talmud memalsukan dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23 : 30 yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a. Lagipula nash asli Sanhedrin 37a hanya mengaitkannya dengan persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja. 7)

 
Hal.(3)

line

solah3
The Protocols of Zion  
For questions or comments on this site's content, contact: Iwan Husdiantama

Site Construction & Maintenance:  Niharder Services
Copyright © 2002 All Rights Reserved.
Hosted by www.Geocities.ws

1