----- Original Message -----

From: Jusuf Achmad

To: [email protected]

Sent: Saturday, January 29, 2005 9:48 PM

Subject: Unity vs Separation - Bencana Tsunami

 

Greetings with Love and Light from the One Infinite Creator

 

Kalau ada suatu kejadian atau cerita yang menjadikan kita merasa terpisah dari yang lain artinya mendorong kita kearah keterpisahan (separation).  Sebaliknya kalau kita lalu merasa satu dengan pihak lainnya maka kejadian atau cerita itu mendorong kita kearah kesatuan (unity).

 

Reaksi dunia terhadap bencana tsunami diakhir tahun lalu boleh dibilang lebih kearah kesatuan (unity) dengan berbondong-bondongnya masyarakat dunia memberikan bantuan terhadap para korban bencana.  "Walaupun bagaimana kita ini satu" sepertinya semboyan yang bergaung di seantero dunia, walaupun tak diucapkan persis seperti itu.  Dan ini terlepas dari apa atau siapa yang menyebabkan bencana tsunami tersebut.

 

Lalu kalau ada cerita (terlepas betul atau tidak) bahwa gempa dan tsunami yg itu akibat langsung dari ulah tangan manusia, tentunya mendorong kita benci, menjadikan kita terpisah dari pihak yg dituduhkan melakukan hal tersebut.  Jadi cerita-cerita seperti ini kalau kita percaya mendorong kita kearah keterpisahan (separation) terhadap pihak lain, terlepas dari cerita-cerita ini fiksi atau bukan.

 

Media-media baik mainstream (seperti CNN, Reuters dll) atau bukan (seperti berita independent di internet) bahkan cerita-cerita film hollywood sekalipun akan membentuk persepsi pada para pembacanya atau penontonya terlepas dari apakah berita atau cerita yg dibeberkan itu fakta atau fiksi.

 

Kalau kita benci atau marah kepada suatu pihak maka energi negatif otomatis meluncur kpd pihak tsb, terlepas dari kebencian atau kemarahan itu akibat suatu fakta yg dibeberkan atau sekedar cerita fiksi.  Jadi disinilah letak "Jihad Akbar" bagi kita yang menempuh Jalur Manusia (Unity Path) yakni bagaimana selalu berpikiran positif, bagaimana menjadikan energi kesatuan (unity) selalu yg paling dominan pada diri kita.

 

Kalau kita lihat Tabel Cakra-cakra di bawah "kesedihan" lawan dari "keceriaan" adalah pancaran cakra kedua yg bersifat jamali (feminine) sisi yg menyatukan (unity).  Sedangkan "ketakutan" dan "kemarahan" adalah pancaran cakra pertama yg bersifat jalali (masculine) sisi yg memisahkan (separation).

 

Setelah kejadian 911 kesedihan pada masyarakat A.S. itu menyatukan mereka, lalu kebencian mereka pada pihak tertentu yg dituduhkan bertanggung jawab atas kejadian itu membangkitkan kemarahan mereka.  Rasa keterpisahan mereka terhadap pihak yg dianggap sebagai terorist itu sedemikian rupa hingga (sebagian rakyat)A.S. berkeinginan kuat untuk total menghabisi mereka.  Kurang lebih itulah yg terjadi.

 

Kesedihan (pancaran cakra kedua - jamali/feminine) dunia atas bencana dahsyat tsunami ini justru menyatukan masyarakat dunia.  Mudah-mudahan tidak ada pihak-pihak yg memanipulasi keadaan untuk menimbul kemarahan (lontaran energi negatif) kepada pihak tertentu.  Pihak-pihak yg menempuh Jalur Keterpisahan (Separation Path) senantiasa  mengedepankan dikotomi (dichotomy, noun a division into two strongly contrasted groups, classes, opinions, etc - mereka salah, kami lebih benar dsstnya).  Pihak yg menempuh Jalur Keterpisahan terdiri dari banyak faksi-faksi, seperti yg saya tuliskan sebelumnya ada pihak-pihak yang yg lebih cenderung kearah jalan Jin (mempunyai agenda tersembunyi akan kekuasaan dunia) dan sebagian lagi kearah jalan Iblis (kehausan akan kekuasaan dunia mereka terlihat nyata).  Pihak pihak yang berseteru di akhir zaman ini biasa di sebut sebagai Jajuj-Majuj atau Gog-Magog dalam kitab-kitab suci. 

 

Bagi kita yang menempuh Jalur Manusia (Unity Path) seyogyanya tidak terseret dalam pertempuran pihak-pihak yg menempuh jalur keterpisahan di atas (Jin vs Iblis).  Kita senantiasa berusaha merasa satu dengan semua, jadi termasuk dengan Jin, Iblis atau setan belang sekalipun, karena sesungguhnya Semua itu Satu adanya.  Namun perlu diingat bahwa kita yg menerima semua apa adanya bukan berarti kita menempuh semua jalan.  Ibaratnya kita semua mau mendaki gunung yang sama, kita tetap menghormati dan terutama mencintai saudara-saudara kita yang lain yang ingin menaiki gunung melalui sisi-sisi yang terjal dan curam dengan segala risikonya.  Bagi kita yg memilih jalur yg kita anggap lebih nyaman/damai (namun tidak ada yg mudah), tetaplah (istiqomah) pada jalur keyakinan kita.  Pada akhirnya kita semua akan bertemu di puncak yang sama (di langit keenam, walaupun entah berapa juta tahun mendatang - semakin tinggi kesadaran, ruang/waktu semakin tidak relevan).

 

Kalau jalur keterpisahan lebih mengutamakan pengembangan cakra 1-3-5, jalur penyatuan mengembangkan semua cakra dengan pancaran cakra 2-4-6 lebih dominan.  Apapun yg terjadi didunia ini ada pelajaran-pelajarannya bagi berbagai pihak, tidak ada yg kebetulan. Konsep tidak ada dikotomi, tidak ada pihak yg salah dan tidak ada pihak yang lebih benar bisa diperkuat dengan pengembangan cakra keempat, cakra hati - kecintaan tanpa pamrih kpd semua.  Bagi yg telah dalam kesadaran lanjut dengan mengembangkan cakra keenam, senantiasa merasa Satu dengan Semua (Kesadaran Tauhid).  Tadinya kita semua hidup di alam ketakberhinggaan, dan sementara ini kita semua tanpa kecuali hanya mencoba mengerti apa arti keterbatasan: "Dia yang sedang mengenali diriNya".

 

May we always be in peace,

 

Jusuf Achmad.

 

Website: http://www.geocities.com/jachmad/index.html  -  http://www.geocities.com/jachmad/my_letters.html

 

Tabel Cakra-cakra ( jika tidak terbaca lihat: http://www.geocities.com/jachmad/2005-01-25-Cakra.htm  ) :

Cakra

Jenis Energi

Warna

Lambang / Nama lain

Distorsi / Kebalikan

Penjelasan

 

7

Ketakberhinggaan- Infinity

(beyond male-

female)

Ungu

Ketakberhinggaan 

/

Cakra-Mahkota

Keterbatasan

Kekuatan Ketakberhinggaan adalah energi Illahiah, energi yang mengantar kita kembali ke Alam Ketakberhinggaan, dimana ruang-waktu tdk relevan, alam yang diluar jangkauan imajinasi kita, kampung halaman kita semua.  Energi ini sebenarnya bukan energi jalali-bukan energi jamali, lebih dari keduanya (neti, neti - bukan ini bukan itu).  Namun diingatkan agar tidak terobsesi oleh "energi keabadian" ini sebagaimana yg terjadi pada Nabi Adam. Jadi seyogyanya lebih konsentrasi dgn energi/pelajaran terbawah terlebih dahulu, tapi lebih mengandalkan energi teratas yg bisa dicapai. Cakra ini juga sebagai refleksi / resultan dari cakra-cakra di bawahnya.

 

 

 

 

 

 

 

6

Penyatuan-Unity 

(combined male-

female)

Nila

Kesatuan 

/

Mata-Ketiga

Keterpisahan

Kekuatan kecintaan dengan kearifan menimbulkan kekuatan Penyatuan.  Kecintaan kepada semua dengan kearifan membawa kita kepada penyatuan dengan Semua dan selanjutnya mengantar kita kembali ke Alam Ketakberhinggaan.  Walaupun cakra ini gabungan kedua kekuatan jalali dan jamali, kekuatan jamali lebih dominan merefleksikan "RahmatKu melipuiti segala sesuatu".  Pemahaman "Tauhid Sejati" selaras dgn perkembangan cakra ini.

 

 

 

 

 

 

 

5

Jalal-Male

Biru

Kebijaksanaan-Keadilan-

Kearifan /

Cakra-Leher

Merasa tanpa kearifan 

sama sekali / 

Merasa penuh kearifan

Kekuatan kebijaksanaan (wisdom-light), kearifan “dewata” ini adalah kekuatan supra-natural yg bisa mewujudkan keadilan absolut.  Mengganjar (menghukum) dgn setimpal dgn pertimbangan / jangkauan yg menembus ruang/waktu.  Melalui kearifan ini mengantar kita menjadi Satu dgn Semua.  Kemampuan berkomunikasi masuk dlm cakra ini.  Refleksi sisi "Ar-Rahim" seperti yg digambarkan dgn simbol "Dewa Syiwa".

 

 

 

 

 

 

 

4

Jamal-Female

Hijau

Kecintaan Tanpa Pamrih 

/

Cakra-Hati

Benci - Cinta dgn pamrih

Kekuatan kecintaan tanpa pamrih terhadap semuanya sebenarnya sudah masuk dalam taraf energi supra-natural.  Energi universal ini tidak dikembangkan oleh mahluk yang menempuh jalan keterpisahan (separation), yg dikembangkan hanya kecintaan thd diri.  Energi inilah yg terutama dikembangakan oleh pihak yg menempuh jalan penyatuan.  Refleksi sisi "Ar-Rahman" seperti yg digambarkan dgn simbol "Dewa Wisnu".

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Jalal-Male

Kuning

Kecerdasan 

/

Solar-Plexus

Merasa bodoh -

Merasa pintar sendiri

Kecerdasan disini dlm arti luas, namun bukan taraf kecerdasan supra-natural di atas.  Kecerdasan emosional (EQ) termasuk disini namun sebagian besar kecerdasan spiritual (SQ) sudah masuk taraf kecerdasan supra-natural di atas.  Kecerdasan intelektual (IQ) tentunya termasuk dalam cakra ini.  Cakra ini sangat mempengaruhi kedua cakra di bawah.  Inilah pelajaran utama manusia bersamaan dgn kemampuan kepasrahan untuk jalur penyatuan dan pengendalian diri untuk jalur keterpisahan.

 

 

 

 

 

 

 

2

Jamal-Female

Jingga

Keceriaan 

/

Cakra-Sex

Kesedihan - Euphoria (keceriaan yg berlebihan)

Tanpa keceriaan sama dengan kematian, namun kecerian yg berlebihan bisa menimbulkan ketidak-damaian.  Kejenakaan, humor dan yg terkuat kenikmatan sexual termasuk energi ini.  Energi ini pada manusia sangat tergantung dari kecerdasan di atas.  Cakra ini erat hubungannya dengan cakra kecerdasan di atas dan cakra dasar di bawah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Merah

Keberanian 

/

Cakra-Dasar

Ketakutan - Nekad/Marah

Keberanian termasuk vitalitas adalah dasar dari kehidupan.  Kegagahan-kecantikan termasuk dalam cakra ini.  Semakin (merasa) tua seseorang semakin menurun vitalitas seseorang.  Keberanian yang berlebihan biasanya tidak diimbangi oleh kecerdasan yg cukup.  Ketakutan yg berlebihan sebenarnya juga diakibatkan kurangnya kecerdasan dalam arti luas dlm diri seseorang.

 

 

 

 

 

 

 

1

Jalal-Male

 

 

 

 

 

 

Keterangan: Setiap mahluk dikaruniai tujuh titik-titik sumber energi.  Kondisi kekuatan ruhaniah seseorang bisa diukur dari berkembangnya ketujuh sumber energi ini.  Distorsi pada suatu titik energi atau cakra sangat mempengaruhi cakra-cakra lainnya, terutama cakra-cakra di bawahnya.   Mahluk yg menempuh jalan keterpisahan (separation) tentunya lebih mengutamakan kekuatan Jalali (masculine) dan sama sekali tidak mengembangkan kekuatan kecintaan tanpa pamrih kepada semua (cakra hati / hanya kecintaan kpd diri-sendiri).  Mahluk yang menempuh jalan penyatuan (unity) mengembangkan semua sumber energi dgn sisi energi jamali (feminine) lebih dominan.  Mahluk yg memasuki langit-keenam semua titik energi terbuka dan secara selaras memadukan kedua jenis energi baik kekuatan jamali maupun jalali (combined male and female energy), lalu berusaha masuk ketahap berikutnya yg mengandalkan energi yg tak terbayangkan tidak serupa / lebih dari kekuatan jalali maupun jamali (beyond male and female energy).  Banyak manusia saat ini sedang dalam proses meningkat ke kesadaran langit keempat (Kesadaran Isa - Christ Consciousness).  Pada umumnya para avatar, nabi, wali yg “turun” ke bumi berasal dari kesadaran langit keenam (kesadaran Tauhid).

 

Pelajaran utama manusia (di bagian akhir langit ketiga ini) adalah pengembangan ketiga cakra dibawah lalu selanjutnya menentukan apakah ingin mengembangkan cakra keempat dengan kecintaan tanpa pamrih kepada semua (jalur penyatuan) atau hanya mengembangkan kecintaan kepada diri dan langsung lompat ke pengembangan cakra kelima (jalur keterpisahan).  Semua jalur akan bertemu di langit keenam untuk pengembangan penuh cakra keenam.

 

Manusia yang secara spiritual dewasa tanda-tandanya ialah: "Tidak mempunyai ketakutan / kekhawatiran, tidak mempunyai kesedihan, tidak merasa bodoh namun juga tidak merasa pintar sendiri, tidak mempunyai rasa kebencian kepada siapapun namun tidak pula mempunyai rasa kecintaan berlebihan dgn pamrih kepada pihak manapun.  Dengan kata lain perbuatannya lebih banyak mendatangkan ketenangan/kedamaian, selalu berada dipertengahan (moderate) - tidak berlebih-lebihan.  Kecerdasan yg memadai justru nampaknya seperti tidak mengandalkan akal, tapi lebih mengandalkan energi-energi "diatas akal" (cakra empat keatas).  Kondisi cakra yang tidak terdistorsi belum tentu telah berkembang, namun sangat mempengaruhi secara positif ketenangan / kedamaian seseorang.  Sebaliknya kondisi cakra yg berkembang secara terdistorsi mempunyai pengaruh negatif.  Bagi yg menempuh jalur penyatuan, tingkat kepasrahan sangat mempengaruhi tingkat distorsi cakra-cakra.  Sedangkan bagi yg menempuh jalur keterpisahan mengandalkan pengendalian diri (yg membuat seseorang seakan-akan pasrah).  Jadi kepasrahan kepada semua adalah sumber kedamaian, mengingat semua itu Satu adanya. 

 

Jalan tanpa jalan, no mind, kehening, kekosongan dan yg sejenisnya sebenarnya metoda mengakses energi tertinggi yakni energi ketakberhinggaan.  Kondisi ini bisa dicapai dalam keadaan meditasi (kondisi dipertengahan).  Kondisi dipertengahan ini sulit dipertahankan kalau kita senang dalam keadaan berayun, biasa mendapatkan energi dalam keadaan berayun dari satu sisi ke sisi lainnya: Takut-Berani, Sedih-Ceria, Merasa Bodoh-Merasa Pintar, Benci-Cinta (dengan pamrih) dstnya.  Tandanya sulit mendapatkan energi dalam keadaan datar-datar saja, kalau meditasi malah banyak mengantuknya bukannya berenergi.  Kalau ketiga cakra dibawah telah berkembang (clear) keadaan meditatif lebih mudah tercapai, dengan kata lain kalau ketiga cakra terbawah kita berkembang cakra mahkota mulai terbuka (banyak binatang peliharaan seperti seekor kucing, yg kedua cakra dibawah telah berkembang, kelihatannya lebih tenang/damai namun sangat kecil energi ketakberhinggaan yg dapat diaksesnya, manusia yg terdistorsi lebih tidak bisa mengakses energi tertinggi tsb).  Contoh praktisnya: Newton mendapatkan inspirasi (energi) mengenai ilmu gravitasi ketika duduk santai dibawah pohon, bukannya sedang serius memeras otak di laboratorium.  Tapi mana mungkin inspirasi itu turun tanpa Newton mempunyai kecerdasan sama sekali.  Mempertahankan keheningan membutuhkan energi dan ketiga cakra dibawah adalah sumber utamanya - dalam keadaan lapar berat sulit tenang bukan?

 

 

 

Hosted by www.Geocities.ws

1