ecotourism in boyolali
MELACAK PERSEMBUNYIAN DEWI KUNTI
Lereng timur Gunung Merapi, menghampar luas teras-teras vulkanik dengan pemandangan alam yang indah,  jarang dimiliki oleh daerah vulkanik lain di dunia.  Panorama alami yang segar dipandang mata tersebut juga menyimpan pelbagai misteri kehidupan manusia Jawa pada masa lalu.  Sejak kurang lebih abad IX - XI Masehi lereng-lereng tersebut merupakan salah satu daerah penting tempat hunian masyarakat Hindu/ Budha, yang kemudian berlanjut sampai jaman  kerajaan Mataram Islam abad XVII - XX Masehi. 

Masyarakat Cabean Kunti utamanya generasi tua masih mengenal legenda Dewi Kunti yang dipercaya sebagai cikal bakal dari keberadaan Sendang pitu.

Dikisahkan:
pada jaman dahulu, hiduplah seorang gadis rupawan Dewi Kunti namanya, ia hendak dipinang oleh Jaka Bandung, Kunti menolak. Karena kesaktian Jaka Bandung, kemanapun Kunti bersembunyi selalu diketahui. Kunti mau menerima pinangan Jaka Bandung dengan satu syarat: supaya dibangunkan tujuh buah sendang dengan sembilan sumur dan pembangunannya dengan tenaga gaib, hanya dalam waktu satu malam.  Pembangunan sendang tersebut gagal karena menjelang pagi hari Kunti memerintahkan para wanita membunyikan tabuh-tabuhan, sehingga para dedemit/ gandaruwa ketakutan dikira sang surya diufuk timur segera terbit. Gagal sudah pembangunan sendang tersebut. Maka marah, lalu mengutuklah Jaka Bandung dan bersabda: saya membangun sendang dan candi ini agar kemudian hari dikenang masyarakat, dan Dewi Kunti tidak akan kawin, setiap laki-laki yang datang ke dusun ini akan malas hatinya untuk meminang para wanitanya.

Pembangunan candi dan sendang yang gagal dalam legenda masyarakat tersebut, kini sisa-sisanya dapat kita lihat di Situs Candi Cabean Kunti dan Sumur Songo di Cepogo.

Sejak legenda yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat hingga kini daerah yang subur, luas dan kaya air tersebut yang eksis sejak masa kuna, hingga kini masih meneruskan tradisi-tradisi kehidupan manusia Jawa yang adi luhung untuk dikembangkan dan dilestarikan sebagai warisan budaya yang patut dibanggakan oleh masyarakat dan bahkan perlu diperkenalkan kepada dunia luar. Beberapa bukti sebagai potensi wisata  antara lain:

A. Arkeologis
Bukti-bukti arkeologis/ kepurbakalaan, antara lain tersebarnya situs-situs arkeologis yang bermasa pada kehidupan masyarkat Jawa kuna dengan latar belakang religi Hindhu dan Budha, berupa bukti-bukti bangunan petirtaan (Cabean Kunti, Sumur Songo, di Kecamatan Cepogo), situs Watu Arca, dan Watu Gong/ Watu Gentong, di Kecamatan Ampel.
Bukti arkeologis yang bernuansa Islam di daerah Cepogo, berupa bekas-bekas bangunan pesanggrahan, dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono X di Surakarta, antara lain Pesanggrahan Pracimaharjo berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga raja dan tempat melakukan semedi, saat ini tinggal beberapa pondasi dan sisa-sisa bangunan benteng yang tersisa, tetapi sangat menarik untuk dinikmati.

B. Tradisi, Rumah Tradisional, Perah Susu, dan
Home Industri
Tradisi yang unik dan menarik buat wisatawan adalah Nguras Lepen yang dilaksanakan oleh penduduk Cabean Kunti setiap 35 hari sekali (selapan) dengan berbagai sesajian,. Upacara ini dipimpin oleh seorang modin untuk mendoakan kesejahteraan dan keselamatan bagi warga. Upacara ini dilakukan di situs Cabean Kunti. Selain itu ada tradisi yang dilakukan setahun sekali untuk melakukan bersih desa (merthi desa) sesudah panen, pada masa lalu dimeriahkan dengan kesenian tayuban.
Beberapa rumah tradisional masih dapat kita temui disekitar situs Cabean Kunti, hal ini merupakan aset yang tidak ternilai harganya, rumah-rumah menjadi tempat untuk bermukim yang dapat diketahui baik fungsi maupun kegunaannya, dan bahkan sebagai tempat untuk berteduh dan merasakan betapa nyaman unik, dan nuansa khas rumah Jawa di pedesan/ lereng Merapi.
Aktivitas kehidupan penduduk sehari-hari dengan mencuci dan mengambil air di sendang, serta kehidupan peternak sapi perah dalam merawat dan memerah susu-susu di pagi hari, menjadikan daya pikat, sambil menikmati alam pedesaan. 
Pengrajin bejana tembaga di Tumang, menghasilkan bejana berupa kenceng, dandang dan ceret. Selain itu juga  boneka wayang dari bahan fibre glass.

C. Panorama alam dan sungai

Pemandangan alam pegunungan yang khas dan sungai-sungai yang melintas menjadikan ciri khas dari potensi alam yang patut dilestarikan dan dimanfaatkan untuk wisata. Pada situs arkeologis Cabean Kunti terdapat dua buah sungai (Kunti dan Cabean) yang kemudian menyatu menjadi satu Sungai Semboja, dalam konsepsi agama Hindu di India, sungai-sungai itu dapat diibaratkan sebagai sungai suci Yamuna dan Gangga.

D. Potensi/ manfaat bagi masyarakat dan pemerintah
Penggalangan obyek wisata yang saat ini dikembangkan SSB (Selo, Boyolali dan Borobudur), masih kurang lengkap apabila tidak dikaitkan dengan potensi alam, tradisi dan arkeologis yang ada di daerah Boyolali. Aset ini menjadi suatu even yang menarik yakni hubungan  antara manusia, dan alam yang menghasilkan suatu budaya/ tradisi. Budaya dan tradisi yang hidup masih dapat kita lihat pada situs-situs arkeologis tersebut, yakni kaitan antara manusia alam, lingkungan dan tinggalan arkeologis.
Manfaat bagi masyrakat,  meningkatkan taraf sosial-ekonomi
Manfaat bagi Pemda, melestarikan tradisi, lingkungan dan budaya khas Boyolali, serta menjadikan daerah ini salah satu percontohnan ekowista-arkeologis untuk DTW Wisnus dan Wisman, serta peningkatan PAD, sektor Pariwisata.
ECOVISI
cultural vision for a better future
www.geocities.com/ecovisi
[email protected]
melacak persembunyian Dewi Kunti
Hosted by www.Geocities.ws

1