Home | Film Favorit

X2: X-Men United

Sutradara: Bryan Singer
Pemain: Hugh Jackman, Ian McKellen, Halle Berry, Famke Janssen, James Marsden, Patrick Stewart, Alan Cumming, Brian Cox, Kelly Hu

Orang atau kelompok lain (the others) tak jarang memantik rasa takut yang paling dalam. Keasingan dan ketakkenalan cenderung bertumbuh menjadi kewaspadaan dan kecurigaan, bahkan permusuhan.

Kondisi semacam itu terpotret dalam X-Men, serial aksi-petualangan yang diangkat dari komik superhero. Serial ini berkisar pada tokoh-tokoh yang telah mengalami mutasi genetik tertentu, sehingga mereka memiliki kemampuan istimewa. Tak ayal mereka dianggap aneh dan dikucilkan oleh masyarakat. Jelujuran kisah pun berkembang di seputar pertentangan antara manusia dan mutan serta perlawanan terhadap prasangka, kecurigaan dan kefanatikan saat berhadapan dengan orang yang berbeda rupa atau talenta.

X2: X-Men United adalah film layar lebar kedua dari franchise ini. Bila ingin bersenang-senang menikmati hiburan, Anda bisa langsung menontonnya. Namun, kalau Anda ingin memahami kisah X2, lebih baik Anda menonton dulu X-Men. Film ini melanjutkan konflik yang telah terbangun dalam film pendahulunya itu.

Film dibuka dengan serangan ke Gedung Putih oleh Nightcrawler (Alan Cumming) yang susah ditangkap. Seorang genius fanatik, William Stryker (Bryan Cox), memanfaatkan peristiwa itu, menyakinkan presiden akan perlunya aksi militer terhadap para mutan. Namun, presiden tidak mengira kalau Stryker bermaksud melakukan pemusnahan massal.

Kubu mutan sendiri terbagi menjadi dua. Professor Charles Xavier (Patrick Stewart), pendiri dan pengajar X-Men, memperjuangkan perdamaian antara mutan dan manusia. Ia mengedepankan jalur pendidikan dan diplomasi. Erik Lehnsherr, yang lebih dikenal sebagai Magneto (Ian McKellen), hanya memikirkan para mutan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. (Dalam X-Men diperlihatkan ia pada masa kecil dipisahkan dari keluarganya dalam holocaust Nazi. Ia cemas peristiwa serupa akan terulang.)

Bryan Singer secara cerdas mengolah segitiga intoleransi, revolusi dengan kekerasan dan diplomasi untuk perdamaian ini dalam rangkaian aksi nyaris tanpa henti. Dilema sosial itu dibesutnya melalui tokoh-tokoh yang unik dan dialog tajam berbumbu humor, sehingga tidak berkesan menggurui.

Menarik pula, kisah fantasi ini mengundang penafsiran majemuk yang relevan dengan situasi dunia saat ini (termasuk Indonesia, yang dilanda berbagai konflik internal). Kaum mutan dapat mewakili berbagai kelompok minoritas -- baik agama, rasial maupun seksual -- yang tertindas.

Jean GreyKomitmen X-Men untuk melindungi orang lain -- bahkan pihak-pihak yang menentang dan berusaha menghancurkan mereka -- menggemakan perintah Kristus untuk mengasihi musuh dan berbuat baik pada orang yang menganiaya kita. Salah satu mutan bahkan melakukan tindakan heroik dengan menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya.

Kejutan lainnya, X2 menampilkan seorang mutan Kristen yang simpatik, Nightcrawler, jagoan penembus ruangan (teleportasi) tadi. Tubuh biru gelapnya dipenuhi tato, yang konon melambangkan abjad malaikat pemberian Gabriel. "Satu untuk setiap dosa," katanya. Ketika mutan lain mengatakan bahwa amarah bisa menolong seseorang untuk bertahan hidup, ia membalas, "Begitu juga iman." Ia mengalungi rosario dan sering berdoa. Sebelum melakukan teleportasi vital, ia mendaraskan doa Bapa Kami. Mengiringi kepergian tragis seorang sahabat, ia mengutip Mazmur 23.

Namun, ada pula dua kematian problematis. Dua penjahat (yang satu bahkan sebenarnya hanya korban) ditinggalkan dan dibiarkan mati menjelang datangnya suatu bencana. Sikap balas dendam pasif ini (penjahat yang lain baru saja membeberkan masa lalu pahit salah satu mutan) secara moral tidak konsisten dengan perjuangan untuk perdamaian tadi.

Problematis pula acuan tentang mutasi dan evolusi pada awal dan akhir film. Namun bila dicermati benar, pernyataan itu bukan mengacu pada tindakan mempertahankan kelangsungan hidup, melainkan pada pengorbanan berdasarkan kasih. Ini tidak cocok dengan Darwinisme, dan lebih pas dengan ajaran Kristus. Adakah X2 secara tidak sengaja menyiratkan bahwa "evolusi" yang sesungguhnya adalah potensi tiap-tiap orang untuk menjadi serupa dengan Kristus, bukannya mengembangkan sifat-sifat guna melanggengkan diri? ***

Dimuat di Bahana, Mei 2004

Home | Film Favorit | Email

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1