Home | Renungan

Diamlah dan Ketahuilah

Sudah pukul 14.00. Sabtu siang. Dan belum muncul secercah ide pun untuk dituangkan dalam CMI (Catatan Minggu Ini, rubrik dalam warta jemaat kami saat itu - ars). Apa yang mesti saya buat?

"Diamlah dan ketahullah, bahwa Akulah Allah…."

Kata kata itu seperti menyiram debu debu kesibukan yang mengepul di dalam benak. Ini memang betul betul minggu yang sibuk. Menemani Paul, saudara kita yang khusus didatangkan dari Ujung Pandang untuk meng up grade komputer di kantor, lebih dari dua belas jam sehari Denmas Marto terpaku di depan monitor.

Dan Anda tahu, kesibukan bisa betul betul menyedot kita. Kesibukan melakukan hal-hal yang baik sekalipun perlu kita waspadai. Dalam Mazmur 46 juga digambarkan situasi serupa. Orang orang sibuk untuk pergi dan memandang pekerjaan Tuhan. Peperangan. Pemusnahan. Desing busur panah. Dentang tombak. Gemuruh kereta kereta perang. Dan api. Betapa hiruk pikuk!

Di tengah hiruk pikuk itulah, suara Allah menggelegar, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa bangsa, ditinggikan di bumi!"

Terbayang, keriuhan itu mendadak berubah menjadi keheningan mencekam.

Serta merta kita pun disadarkan, kesibukan bisa menghanyutkan. Kesibukan bisa membuat kita lupa akan inti dari segala sesuatu yang kita lakukan. Dan kunci untuk terlepas dari jerat kesibukan itu adalah: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!"

Segala kesibukan dan pekerjaan kita baru berarti ketika itu keluar dari dalam Dia, karena `di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa apa" (Yohanes 15:5). Di dalam Dialah, pekerjaan kita mendapatkan artinya, seperti ditegaskan oleh Paulus, "Dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1 Korintus 15:58). Bukan sekadar sibuk, namun bekerja dalam persekutuan dengan Tuhan!

Dan di sinilah kita akan menemukan berkat yang luar biasa itu: "Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub" (Mazmur 46:12). *** (30/6/1996)

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1