Home | Renungan

Dicari: Seorang Pahlawan

Goenawan Mohamad sempat secara berkelakar menyatakan, di Indonesia ini pahlawan sejati tinggal satu biji: Hero Supermarket. Sebuah guyonan yang pahit! Namun, setidaknya ia menegaskan bahwa masyarakat sekarang benar-benar desperately seeking hero. Mereka sudah tidak tahu lagi, siapa yang patut dipahlawankan di tengah dunia yang gonjang-ganjing ini.

Kerinduan akan sosok pahlawan sebenarnya adalah sebuah kebutuhan yang tak terelakkan. Lebih dari sekadar teori dan pengajaran, kita memerlukan sosok pahlawan, seorang teladan. Pribadi yang akan menyulut inspirasi kita. Pribadi yang akan mendorong kita untuk melakukan kebajikan.

Generasi masa lalu barangkali lebih memiliki kesempatan untuk mendapatkan teladan yang dekat dan nyata kehadirannya. Dalam terpaan globalisasi, generasi sekarang -- kecuali bila mereka mendapatkan sosok pahlawan yang kuat dalam keluarga atau lingkungannya -- cenderung menemukan sosok hero melalui media massa atau malah hanya hero fiktif/imajinatif dalam film/komik/novel. Tokoh yang menjadi idola pun bisa jadi justru orang-orang yang karakter dan moralitasnya diragukan. Dan ke tengah generasi inilah kita dipanggil untuk melayani kehendak Allah.

Kita akan menjadi seperti orang yang kita pahlawankan atau kita idolakan. Siapa lagi pahlawan kita semestinya kalau bukan Yesus Kristus? Kita dapat melihat kepada-Nya dan "diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. Kemudian, Alkitab juga mendorong kita untuk memperhatikan dan mencontoh iman para pemimpin. Dan akhirnya, kita sendiri ditantang untuk menjadi pahlawan. Meminjam istilah Bill Hybels, sebagai orang Kristen seharusnya kita contagius, orang-orang yang "menular" alias berbicara melalui kehidupannya, sehingga seperti Paulus kita dapat berkata, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Anda siap? *** (5/10/1995, dengan sedikit revisi)

Catatan: Penjelajahan lebih jauh atas tema ini saya tuangkan dalam artikel "Memulihkan Cita Rasa Moral dan Etika" di buku Gagal Menjadi Garam (Yayasan ANDI, 2002).

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1