Home | Film Favorit

The Year of Living Dangerously

Sutradara: Peter Weir
Pemain: Mel Gibson, Sigourney Weaver, Linda Hunt

Citra Indonesia di mata orang asing sebenarnya merupakan cermin yang menarik untuk ditengok. Perspektif mereka akan memperkaya pemahaman diri kita, memperlihatkan sudut lain yang tak terduga, yang bisa jadi kita abaikan. Nyatanya, tidak gampang bersikap rendah hati dan terbuka. Kita cenderung gamang dan gentar. Kita ingin menampilkan citra yang serba mulus, tanpa bopeng. Karenanya, kita berusaha berpaling ketika ada lampu asing yang berusaha menyoroti lekuk-lekuk yang tak hendak kita perlihatkan.

Citra tidak sedap itulah -- suasana serba muram Jakarta 1965 -- yang terpotret dalam The Year of Living Dangerously. Maklumlah kita kalau shooting film ini dilakukan di Filipina, dan kemudian filmnya sendiri ditangkal peredarannya di Indonesia -- saat itu. Baru belakangan beredar VCD original film produksi 1982 ini.

Kemuraman dan kesengsaraan rakyat di daerah kumuh Jakarta itu memang menjadi latar yang signifikan, namun sebenarnya bukan fokus kisah ini. Film ini lebih mencuatkan pergumulan seorang wartawan dalam menafsirkan kode etik profesinya.

Dalam Adaptation, Charlie Kaufman diperhadapkan pada pilihan antara mempertahankan integritas artistik dan melacurkan diri ke dalam tuntutan komersialisme. Dalam film ini, Guy Hamilton disodorkan pada dilema serupa. Apa makna obyektivitas dalam jurnalisme? Sebagai wartawan, apakah ia hanya sosok pengamat, berjarak dengan sumber beritanya, dan mengejar kesuksesan dengan memburu berita-berita sensasional, bahkan bila perlu dengan mengorbankan hubungan baik dengan orang-orang yang mempercayainya? Ataukah ia benar-benar mau menyelami kehidupan, sehingga bisa menjadi juru bicara kebenaran, menyuarakan hati nurani masyarakat yang diliputnya?

Masuklah Billy Kwan. Dengan bantuannya, Guy bisa menembus narasumber-narasumber vital. Di sisi lain, Billy membawanya menjelajahi kekumuhan Jakarta dan menyaksikan pergulatan hidup masyarakat kalangan bawah akibat konflik politik kalangan atas. Ia juga memperkenalkan Guy pada Jill, wanita yang sebenarnya dia cintai. 

Namun, lebih dari itu, fotografer kate ini juga menjadi "suara moral" bagi sang wartawan. Dengan analogi wayang dan dalangnya, diam-diam dia berusaha "menyetir" Guy untuk menganut idealismenya. Di satu titik ia berkata pada Guy, "I created you." (Ini mengingatkan pada tokoh Christof dalam film Peter Weir lainnya, The Truman Show.)

Nah, mana yang akan Guy utamakan: hubungan atau kesuksesan? Moralitas atau ambisi? Sebuah pertanyaan yang saat ini pun tetap relevan.

Sebuah catatan kecil, Billy Kwan diperankan dengan penuh nuansa oleh seorang wanita. Atas perannya sebagai pria ini, Linda Hunt menyabet Oscar untuk aktris pendukung terbaik. *** (18/9)

Home | Film Favorit | Email

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1