Riwayat
Hilangnya Gunung Pelontar
Gunung Pelontar
– begitu sesekali, dalam tempo yang sangat jarang sekali – orang
mendengar nama itu. Akan lebih tepat bila dikatakan bahwa nama itu sudah
nyaris dilupakan oleh penduduk Pulau Ramai. Mendengar nama itu, orang
akan berkata, “Ah, dongeng kuno!” – dan nyaris tak akan tebersit
dalam pikirannya kalau gunung itu masih dan tetap ada. Gunung itu telah
lebih menyerupai sebuah khayalan daripada kenyataan. Letaknya, konon,
nun jauh di sebelah timur Pulau Ramai, persis di tengah Pulau Renjana,
sebuah pulau kecil yang, konon pula, sudah tenggelam. Walaupun keduanya
sudah tenggelam, entah kenapa kalau orang membicarakan wilayah timur,
mereka akan lebih suka berhenti sampai di lautan lepas. Mereka cenderung
tidak akan – entah acuh tak acuh, entah enggan, entah takut –
berbicara tentang wilayah yang lebih jauh dari lautan lepas. Mereka
secara tidak sadar menginginkan lautan itu begitu luas, begitu bergelora,
begitu tak tertembus, sehingga lebih baik kalau dunia benar-benar
berujung di situ. Penasaran bagaimana kelanjutannya? Bersama sejumlah cerpen lain, cerpen ini telah dibukukan dalam Arie Saptaji dan Sidik Nugroho, NEVER BE ALONE (Kumpulan Cerpen tentang Kemenangan Iman di Balik Pergumulan Hidup), Yogyakarta: PBMR ANDI, 2004, Format 11 X 18 cm, 148 halaman, harga Rp. 19.500,oo. © 2003 Denmas Marto |