Home | Artikel

Tiga Kunci Kepuasan

"Kehidupan ini," kata Fred Rogers, "dalam dan sederhana, namun apa yang masyarakat tawarkan kepada kita itu dangkal dan rumit."

Begitu juga dengan kepuasan. Kita cenderung menganggap kepuasan itu sebagai perkara yang kompleks. Kalau tidak percaya, silakan menjawab pertanyaan ini dengan jujur: Keadaan apa yang membuat Anda benar-benar puas? Tidak jelas batasnya, bukan?

Sebaliknya, orang-orang bijak dari zaman ke zaman justru menawarkan jawaban yang sederhana, namun dalam. Orang Yunani, misalnya, menganggap kesenangan hidup yang mendalam lebih ditentukan oleh kondisi pikiran, bukan oleh keadaan tubuh. Negarawan Romawi Cicero menyatakan, "Tidak ada orang bodoh yang bahagia, dan tidak ada orang bijaksana yang tidak bahagia." Filsuf Yunani Epicurus menyimpulkan, orang yang paling puas mengingat masa lalu dengan penuh ucapan syukur dan menerima situasi mereka saat ini tanpa mencemburui apa yang dimiliki orang lain.

Alkitab juga mengungkapkan kebenaran serupa. Dengan berbagai ungkapan, Firman Tuhan menunjukkan bahwa kepuasan sejati hanya dapat kita peroleh melalui kasih -- dengan belajar mengasihi diri kita, sesama kita dan Pencipta kita.

Orang-orang yang menjalani kehidupan yang benar-benar memuaskan menemukannya melalui tiga kunci berikut ini:

Signifikansi. Mereka tahu diri mereka dikasihi tanpa syarat. Mereka memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Menurut Santo Agustinus, "Allah mengasihi kita masing-masing seolah-olah hanya ada salah satu dari kita."

Otentisitas. Mereka tahu siapa diri mereka, dan dengan tabah berkomitmen untuk hidup menurut kepribadian dan talenta yang Allah karuniakan pada mereka. Yesus berkata, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?"

Kasih. Mereka menyadari bahwa orang lain memerlukan mereka, dan mereka membulatkan hati untuk menyerahkan hidup mereka bagi orang lain hari demi hari. "Kalau kau ingin dikasihi, kasihilah orang lain," kata Seneca.

Sederhana, bukan? ***

Dimuat di Renungan Malam, April 2004