Home | Artikel

Orang Upahan

Sikap kedua ibu tadi sejajar dengan gambaran gembala dan orang upahan yang Yesus sampaikan di Yohanes 10. "Orang upahan" berarti orang yang bekerja dengan upah harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Secara teknis, setiap pekerja termasuk dalam kategori ini. Perbedaan yang Yesus maksudkan terletak pada sikap hatinya. Dalam istilah saat ini, perbedaan antara orang upahan dan gembala kira-kira seperti perbedaan antara orang yang sekadar bekerja dan orang yang mengembangkan karier yang sehat.

Orang yang sekadar bekerja menakar kesuksesannya dengan rupiah yang dikumpulkannya. Ia bisa jadi berbuat curang untuk meningkatkan "penghasilan"-nya. Sebaliknya, orang yang mengembangkan kariernya menghargai hubungan-hubungan yang terbina di seputar pekerjaannya dan berusaha meningkatkan produktivitasnya untuk membina masa depan yang lebih baik.

Dalam Perjanjian Lama, orang upahan mencakup konsep yang sangat luas. Istilah tersebut digunakan untuk menyebut pekerja biasa (2 Taw. 24:12), prajurit sewaan (II Sam. 10:6), tukang emas (Yes. 46:6), petualang-petualang dan orang-orang nekat (Hak. 9:4), imam palsu (Hak. 18:4), Bileam (Ul. 23:4), penasihat yang jahat (Ezr. 4:5), nabi palsu (Neh. 6:12).

Orang upahan, sebagai pemimpin atau pelayan jemaat, menerima gaji atas pelayanannya, namun hatinya tidak tertuju pada pelayanan tersebut. Ia lebih berambisi pada kedudukan, kekuasaan dan dukungan finansial, namun tidak sungguh-sungguh mengasihi umat Allah. Sikap semacam itu menunjukkan betapa seorang pekerja upahan jelas-jelas tidak memiliki hati seorang gembala.

Kiranya setiap pemimpin jemaat meninggalkan jalan orang upahan ini dan benar-benar menggembalakan kawanan domba Allah. *** Sumber: Frank Damazio, The Making of a Leader

Dimuat di Renungan Malam, Desember 2003

© 2003 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1