Home | Renungan

Bawalah Aku Kembali

Telah Kudengar sungguh-sungguh Efraim meratap: Engkau telah menghajar aku, dan aku telah menerima hajaran, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN, Allahku. Sungguh, sesudah berbalik, aku menyesal, dan sesudah aku tahu akan diriku, aku menepuk pinggang sebagai tanda berkabung; aku merasa malu dan bernoda, sebab aku menanggung aib masa mudaku. (Yeremia 31:18-19)

Kalau kita adalah anak Allah, maka kita pasti akan menerima didikan dari Bapa kita. Penulis kitab Ibrani mengingatkan kita, agar tidak terjatuh ke dalam salah satu ekstrem ini: menganggap enteng didikan itu, atau sebaliknya, putus asa oleh didikan itu. Namun, sering kita menjadi seperti Efraim: Kita menerima hajaran, namun kita bersikap "seperti anak lembu yang tidak terlatih." Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan, "seperti anak lembu yang tidak terbiasa mengenakan kuk." Anak lembu ini dipasangi kuk, namun montang-manting memberontak, sehingga dia semakin kesakitan. Kalau kita tidak mengerti didikan Tuhan, kita juga akan memberontak dan menentang didikan itu.

Di sini Efraim dengan jujur mengakui pemberontakannya. Dan apa yang kemudian dikatakannya? "Bawalah aku kembali." Ia menyadari, ia tidak bisa membuat dirinya berbalik. Ia hanya bisa berseru dan memohon kemurahan Tuhan, "sebab Engkaulah TUHAN, Allahku."

Kita dapat melihat kesungguhan pertobatan Efraim. "Sesudah aku tahu akan diriku aku menepuk pinggangku sebagai tanda berkabung." Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan, "Sesudah aku dididik." Ia memberi dirinya dididik, untuk taat kepada kebenaran, Firman-Nya. Mengapa? Sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16).

Yang sangat mengharukan tentunya adalah tanggapan Tuhan atas pertobatan ini:

"Anak kesayangankah gerangan Efraim bagi-Ku atau anak kesukaan? Sebab setiap kali Aku menghardik dia, tak putus-putusnya aku terkenang kepadanya; sebab itu hati-Ku terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku menyayanginya, demikianlah firman Tuhan" (Yeremia 31:20).

"Tidak dapat tidak aku menyayaaginya!" Luar biasa! Sosok ayah dalam Lukas 15 pun segera muncul. Ketika si anak yang pemboros itu pulang dengan penuh penyesalan dan perasaan tidak layak, si ayah sudah melihatnya dari kejauhan. Kemudian ayah itu, tergerak oleh belas kasihan, berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Si anak siap menjadi hamba, namun sang ayah memberinya jubah yang terbaik, cincin dan sepatu, serta lembu tambun untuk berpesta menyambut kedatangannya. Sungguh, Dia adalah Tuhan yang mengasihi kita dengan kasih yang kekal (Yeremia 3:3)!

Kita akan mengenal kasih-Nya itu, kalau kita berseru kepada-Nya, "Bawalah aku kembali!" *** (03/11/1996)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1