Home | Renungan

Agustusan

Jalan-jalan kota Yogya, pada malam hari khususnya, minggu-minggu belakangan ini mulai semarak dengan gemerlap lampu-lampu hias yang bergelantungan. Meskipun masih akhir Juli, atmosfir Agustusan sudah terasa menggetarkan. Terlebih kali ini adalah tahun peringatan yang lumayan istimewa: 50 tahun sudah republik tercinta ini terbebas dari penjajahan bangsa asing. Indonesia emas!

Kemerdekaan, kata Bung Karno, adalah "jembatan emas" yang, seperti ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945, mengantarkan kita "kepada saat yang berbahagia." Kemerdekaan berarti kebebasan untuk membangun kehidupan kebangsaan kita sendiri, terlepas dari penindasan bangsa lain.

Sebagian besar kita mengalami gegap-gempita masa revolusi hanya melalui buku sejarah, film atau cerita orang tua. Namun, kita pernah mengecap suatu "saat yang berbahagia" ketika kita dimerdekakan dari dosa, dan kita mendapatkan suatu awal yang sama sekali baru untuk membangun "kehidupan kebangsaan" kita sebagai anak-anak Allah. Kita dilepaskan dari kuasa kegelapan dan dipindahkan ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih.

Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan itu melalui curahan darah, sehingga kita menyadari, betapa mahalnya harga kemerdekaan itu. Itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong, mengapa bangsa ini dengan gigih mendukung kemerdekaan dan menentang penjajahan. Denmas Marto kadang-kadang kangen ikut upacara bendera lagi, dan secara langsung mendengarkan kata-kata heroik itu dikumandangkan, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…."

Ya, kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa -- terlebih kemerdekaan yang telah direbut oleh Yesus Kristus di atas kayu salib 2000 tahun yang lalu dengan mencurahkan darah-Nya yang mahal. Sebuah institusi dalam Perjanjian Lama, tahun Yobel, menyiratkan kerinduan Allah untuk memaklumkan kemerdekaan itu buhan hanya kepada sekelompok orang, melainkan kepada segenap negeri. "Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan (baca: kemerdekaan - DM) di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu … (Im. 25:10).

Pada tahun ke-50 (Jubilee!) kemerdekaan nusantara ini, kita percaya, di alam roh, terdengar sangkakala Yobel di mana-mana, memanggil kita -- dengan darah Anak Domba, dengan perkataan kesaksian, dan dengan tidak mengasihi nyawa kita sampai ke dalam maut -- untuk mengumandangkan kemerdekaan itu sampai "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" (Why. 11:15). Haleluya! *** (30/07/1995)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1