Home | Renungan

Visi Kemenangan

Visi yang dinyatakan Tuhan kepada Abraham sewaktu leluhur bangsa Israel ini belum mempunyai anak, dan visi yang diberikan-Nya kepada Musa sebelum ia berhadapan denan Firaun, serta dinyatakan kembali oleh Kristus setelah kebangkitan-Nya (Matius 28:18), adalah sebuah visi kemenangan. Bukan saja kemenangan atas dosa di dalam hati orang yang telah dilahirkan kembali, namun juga kemenangan atas dosa dalam seluruh area kehidupan.

Kemenangan adalah sesuatu yang niscaya terjadi. Kemenangan dalam kehidupan sekarang ini, di muka bumi ini. Memang tidak sempurna. Kemenangan sempurna atas dosa pribadi baru terjadi pada hari kematian seorang yang telah dilahirkan kembali atau pada hari kebangkitan. Kemenangan sempurna atas efek dosa atas seluruh semesta akan dinyatakan pada hari penghakiman. Namun, kemenangan progresif atas efek dosa dalam kehidupan tiap-tiap pribadi dapat dan seharusnya terpancar dalam kemenangan progresif atas efek dosa dalam masyarakat. Berita itulah yang disampaikan dalam Ulangan 8 dan 28:1-14. Dan seharusnya isi kemenangan ini mendorong orang untuk mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1).

Sayang sekali, banyak orang lahir baru yang membiarkan visi kemenangan ini dikaburkan dan digantikan dengan visi kekalahan. Jemaat memilih untuk bersembunyi, tinggal glanggang colong playu, meninggalkan medan tempur. Banyak orang yang cukup puas dengan pengharapan akan pengudusan pribadi belaka. Mereka mengesampingkan konsep pengudusan sosial.

Apakah sebenarnya pengudusan pribadi itu? Konep itu menggambarkan proses perubahan kehidupan seseorang, sehingga secara progresif semakin sepadan dengan standar etis yang digariskan dalam Alkitab. Dengan kata lain, menjadi semakin serupa dengan Kristus. Pengudusan adalah proses dipisahkan dari dunia yang berdosa dan memberontak -- secara progresif dalam kehidupan sekarang dan di muka bumi. Orang-orang yang telah lahir baru itu pada akhirnya berubah menjadi pemakan makanan keras, dan bukannya terus-menerus mimum susu (1 Korintus 3:2).

Lalu, apakah pengudusan sosial itu? Konsep ini sejajar dengan pengudusan pribadi. Sewaktu orang-orang saleh mengubah tata perilaku mereka sesuai dengan tuntutan Alkitabiah, dunia sekitar mereka pun akan mulai berubah. Mereka mempengaruhi budaya sekitar mereka seperti ragi pada adonan roti. Semakin banyak orang yang kemudian bertobat dan ditambahkan ke dalam jemaat, dan orang-orang ini pun mulai mengubah kehidupannya sepadan dengan standar Alkitab, seluruh masyarakat pun secara progresif akan turut dikuduskan -- dipisahkan oleh Allah untuk kemuliaan-Nya, sama seperti Ia memisahkan Israel pada masa Perjanjian Lama.

Dalam khotbah Minggu lalu, dibahas salah satu bagian dari visi jemaat, yaitu penginjilan -- Perintah Agung Tuhan Yesus Kristus menjelang Dia naik ke surga. Ya, ini adalah visi kemenangan, karena segala kuasa di surga dan di bumi ada di tangan-Nya dan Ia berjanji akan menyertai kita selama kita berjalan dalam visi ini.

Yakobus menyatakan, "Barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa" (Yakobus 5:20). Dengan demikian, melalui visi inilah kita bisa melihat bukan hanya perubahan dalam diri orang-orang yang bertobat, namun juga perubahan (reformasi) masyarakat. *** (17/05/1998)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1