Home | Renungan

Supaya Panggilan dan Pilihanmu Makin Teguh

Wah, betul-betul "minggu panggilan" nih! Hari Minggu, Pakdhe Noto, eh maksudnya Bapak Panjaitan, berkhotbah tentang panggilan. Sabtu malamnya, Pastor Ming, pemimpin Tim Misi City Harvest Church, Singapura, menegaskan pula pentingnya berjalan dalam keyakinan akan panggilan Allah dalam hidup kita.

Yesus, ketika berjalan di muka bumi, memperlihatkan bagaimana Ia berjalan dengan suatu Panggilan Surgawi. Ketika memberi diri-Nya untuk dibaptis oleh Yohanes, Ia mengerti, bahwa hal itu dilakukan-Nya "untuk menggenapi seluruh kebenaran" (Mat 3:15, KJV). Dan sesuatu yang menakjubkan terjadi sesudah Ia keluar dari air baptisan. "Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu keluar dari air baptisan. "Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengar suara dari surga yang mengatakan: 'Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan'" (ay. 16b-17). Bapa meneguhkan panggilan-Nya atas Yesus untuk menjadi Anak!

Dan, terkalah apalagi yang terjadi selanjutnya! Ya, Ia dibawa ke padang gurun, dan Iblis mencecarnya dengan tantangan klasik ini, "Jika Engkau Anak Allah -- buktikan, dong!"

Kalau kita menjadi murid Yesus, kita akan mengalami hal yang tidak jauh beda dengan itu. Habis dibaptis air, dipenuhi Roh Kudus, kemudian kita menerima nubuat, "Anak-Ku, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Jangan takut, jangan katakan, 'Aku masih muda.' Aku akan membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga." Meski sempat terpikir-pikir, apa itu nabi bagi bangsa-bangsa, kota berkubu, tiang besi -- sudahlah, pokoknya, luar biasa!

Lalu, beberapa waktu kemudian, eng ing eng... si Pendakwa itu pun memunculkan batang hidungnya yang berbau belerang. Dengan seringai mengejek, ia menuding Anda, "Kalau memang kamu diurapi, coba tumpangi tangan orang itu! Sembuh, nggak?" Atau, waktu Anda jadi pemimpin, ia kembali memunculkan kepalanya yang jelek itu, "Pemimpin ni ye? Coba lihat tuh Sel Grupmu. Dari bulan satu sampai bulan tujuh gitu-gitu aja! Berkurang malah anggotanya."

Mana nggak down ditembak seperti itu? Lalu kita pun mulai berpikir-pikir, "Apa betul to aku ini dipanggil?" Jadi?

Untunglah, Yesus tidak down waktu dicobai seperti itu. Karena Dia berhasil mengatasinya, kita pun dapat belajar dari Dia dalam menghadapi masalah yang serupa. Apa sih rahasianya?

Yang perlu dicatat terlebih dahulu di sini adalah, Bapa meneguhkan panggilan-Nya atas Yesus, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan", bukan setelah Yesus melakukan pelayanan dan mukjizat yang hebat-hebat dan luar biasa. Tidak. Ia meneguhkan hal itu sebelumnya. Ya, sebelum Yesus dari Nazaret itu "berjalan keliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis" (Kis 10:38) di bawah pengurapan Roh Kudus.

Demikian pula panggilan Allah atas diri kita. Panggilan itu telah ditetapkan-Nya sejak semula. "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" (2 Tim 1:9).

Di sini kita bisa melihat, bagaimana pencobaan Iblis berusaha memutarbalikkan dan membuat kita tidak mengerti cara pandang Allah. Iblis menantang kita untuk melakukan sesuatu guna membuktikan panggilan kita. Sebaliknya, Allah menegaskan, bahwa panggilan-Nya kepada kita bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya, jadi, jangan pakai kaca mata Iblis, pakailah kaca mata Allah!

Ini salah satu kunci penting untuk menang atas pencobaan Iblis. Kita perlu aman dengan panggilan kita. Kita perlu yakin akan panggilan kita. Kita tidak perlu berusaha membuktikan diri untuk meneguhkan panggilan itu. Karena dikatakan, bahwa panggilan itu berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya serta dikaruniakan dalam Kristus Yesus, alih-alih membuktikan diri, yang perlu kita lakukan adalah menyadari, bahwa "kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah" (2 Kor 3:5).

Kasih karunia-Nya ini sangat vital. Kenapa? "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib" (2 Pet 1:3). Kasih karunia-Nyalah yang memungkinkan kita memenuhi panggilan itu. Kasih karunia inilah yang memampukan kita untuk giat di dalam Tuhan. "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung" (2 Pet 1:10). *** (22/06/1997)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1