Home | Renungan

Agar Lampu Tidak Berasap

Fill ! Fill! Fill! Penuh! Penuh! Penuh!

Dan orang-orang pun berjatuhan. Mereka "berendam" dalam hadirat Tuhan setelah menerima impartasi urapan baru. Ada yang mendapat penglihatan. Ada yang menangis. Ada yang terguncang-guncang mengalami holy laughter. Ketika bangkit, banyak yang masih terhuyung-huyung setengah mabuk.

Menyegarkan memang didoakan untuk menerima urapan baru. Namun, kesegaran itu tentu tidak berlangsung seterusnya. Ketika keadaan kembali biasa-biasa, kita mungkin bertanya-tanya: Apa ada yang salah?

Ya! Memang ada yang salah. Bukan doanya, tentu. Bukan pula urapannya. Sampeyan yang salah.

Didoakan hanyalah salah satu cara untuk menerima urapan baru. Kita memang menerima baptisan Roh Kudus hanya satu kali, namun kita perlu berulang-ulang -- ya, bahkan setiap hari -- diisi kembali dengan minyak urapan-Nya yang baru dan segar. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan impartasi melalui penumpangan tangan seperti yang kita terima sewaktu Rusty datang kemarin.

Mari kita perhatikan lagi perumpamaan gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh itu. Lima gadis yang bodoh terbiasa meminta minyak (urapan) dari teman mereka. Kita juga bisa "meminta minyak" dengan meminta didoakan dan ditumpangi tangan. Namun, kalau kita terbiasa meminta, dan serba berharap ada hamba Tuhan datang dan mengimpartasikan urapan baru, pasti kita menghadapi masalah. Ada saat-saat tertentu ketika kita tidak mungkin meminta minyak dari orang lain. Pada saat kehabisan persediaan minyak, seperti pernah dialami Rusty sendiri, kita menjadi seperti lampu yang berasap. Betapa tragisnya kalau kita ketinggalan kereta pada saat Tuhan, Mempelai itu, melawat!

Untuk amannya, seperti kelima gadis yang bijaksana, kita harus mempunyai persediaan minyak sendiri. Dengan kata lain, kita harus rajin mengisi ulang buli-buli berisi minyak kita. Seperti kendaraan bermotor yang olinya mesti diganti secara berkala, "mesin" kehidupan juga harus terus-menerus dilumasi dengan minyak yang baru. Dan untunglah, Uncle Rusty bukan hanya mengimpartasi urapan baru, namun ia juga membagikan cara untuk mendapatkan urapan baru.

Cara yang dibagikannya bukanlah cara yang baru. Cara yang kuno, namun terbukti ampuh. Karena Yesus sendiri yang mencontohkannya!

Tentang Yesus, Petrus mengatakan, "Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah Para Rasul 10:38). Kalau Yesus diurapi, lebih-lebih kita. Kita memerlukan urapan-Nya untuk dapat melayani secara efektif. Urapan inilah yang akan mematahkan kuk dalam kehidupan kita sendiri, dan dalam kehidupan orang-orang yang kita layani (lihat Yesaya 10:27 dalam terjemahan bahasa Inggris; juga Yesaya 61:1-3).

Yang menjadi kunci pelayanan Yesus adalah "Roh Tuhan Allah ada pada-Ku, oleh karena Tuhan telah mengurapi Aku." Berulang-ulang Ia menegaskan, bahwa Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya. Dengan kata lain, pelayanan-Nya bersandar pada Bapa, yang mengurapi-Nya dengan Roh Kudus.

Nah, bagi kita, memang luar biasa menerima impartasi urapan baru, namun lebih dari itu, kita harus mengejar "Allah yang telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita" (2 Korintus 1:21-22). Jaminan yang dimaksudkan di sini seperti uang muka. Artinya, masih ada lagi urapan yang akan diberikan-Nya. Itulah sebabnya kita perlu diisi dan diisi ulang. Caranya? Dinyatakan oleh Yohanes dalam I Yohanes 2:27: "Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengajaran yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana pengurapan-Nya (terjemahan King James Version) dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia." Pengurapan-Nya mengajar kita untuk tetap tinggal di dalam hadirat Tuhan. Itulah kuncinya!

Seperti Jason, anak Rusty, suka berendam di bath tub, kita perlu berendam pula di hadirat Allah. Jangan mandi bebek, asal basah. Kalau berdoa, jangan hanya sibuk mencecarkan permohonan kita, dan sudah good bye sebelum Tuhan sendiri sempat menjawabnya. Bayangkan saja kalau seseorang menelepon kita dan dianya yang ngomong terus, lalu sebelum kita sempat menjawab, dia sudah meletakkan gagang telepon!

Salah satu arti mengurapi adalah "menggosok-gosok dengan minyak smpai minyak itu meresap." Tuhan ingin urapan-Nya meresap ke dalam diri kita. Untuk itu diperlukan waktu. Kita tidak bisa terburu-buru dalam hadirat-Nya. Biarkan Dia menggosokkan minyk-Nya, sampai meresap . Yang perlu kita lakukan mungkin hanya diam, menikmatinya. Catatan kaki untuk Mazmur 23:5 dalam Amplified Bible mengungkapkan, "...di daerah beriklim panas, orang biasa mengurapi tubuh dengan minyak, agar tubuh tidak mengalami penguapan yang berlebihan. Bila dicampurdengan wewangian, minyak tersebut menimbulkan kesegaran yang menyenangkan serta menguatkan dan menghidupkan kulit. Untuk itulah para olahragawan meminyaki kulitnya sebelum bertanding. Karena itu, seperti halnya tubuh yang diurapi dengan minyak akan mereasa segar, kuat dan siap untuk bertindak, demikian pula Tuhan mengurapi "domba-domba"-Nya dengan Roh Kudus, yang dilambangkan sebagai minyak, yang memungkinkan mereka untuk melayani denan lebih leluasa dan berlari sesuati dengan arah yang ditunjukkan-Nya -- dalam persekutuan yang intim dengan Dia."

Selamat berendam! *** (24/11/1996)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1