Home | Renungan

Menengadah ke Langit

Kalau Anda diperhadapkan dengan suatu tugas yang besar, sesuatu yang sukar bagi Anda, apa yang biasanya Anda lakukan? Orang yang patah semangat mengatakan, "Wah itu mustahil bagi saya. Saya menyerah." Sebaliknya, orang yang menyukai tantangan akan mulai menyusun strategi, bagaiman cara menyelesaikan tugas itu, dan ia pun akan mulai bekerja lebih keras untuk melihat hal itu terjadi.

Bekerja lebih keras. Bisa jadi anak-anak muda cenderung mengalami sindroma ini. Kuat dan berapi-api serta penuh semangat, mereka merasa sanggup menghadapi berbagai rintangan, asal saja mereka mau berusaha sedikit lebih keras lagi.

Gampang menyerah tentu saja tidak terpuji. Sebaliknya mengandalkan kekuatan sendiri juga akan membawa kita ke dalam masalah. Kekuatan manusia terbatas. Pada titik tertentu kita pasti akan menghadapi jalan buntu. Firman Tuhan menyatakan, "Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung" (Yes. 40: 30). Kekuatan kemudaan kita bisa gagal.

Lebih buruk lagi, mengandalkan kekuatan sendiri sama saja dengan mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan Tuhan. Dan itu adalah kesombongan.

Yesus menghadapi tantangan dan masalah dengan cara yang berbeda. Ingat, misalnya, bagaimana Ia memberi makan lima ribu orang? Lima ribu orang laki-laki, dan hanya ada lima roti dan dua ikan. Mustahil! Dan murid-murid-Nya sudah menyodorkan solusi yang sangat logis, "Suruh saja mereka pergi, dan biar mereka membeli makan sendiri-semdiri."

Namun, rupanya Yesus hendak mengajarkan sesuatu yang lain. Yesus memutuskan bahwa mereka harus memberi makan kelima ribu orang itu. "Bagaimana strateginya? Dengan sumber daya yang begitu terbatas? Berarti kita harus bekerja keras lagi: membeli makanan untuk orang-orang itu," begitu kira-kira pikiran yang melintas dalam benak para murid.

Ternyata bukan itu yang dimaksudkan oleh Yesus. Ia mengambil apa yang ada pada mereka - lima roti dan dua ikan - kemudian menengadah ke langit, mengucap syukur, mengucap berkat.

Yesus tidak melihat besarnya masalah yang dihadapi - lima ribu orang yang harus diberi makan. Ia juga tidak melihat pada sedikitnya sumber daya yang tersedia - lima roti dan dua ikan. Alih-alih memandang ke sekelilingnya, Ia menengadah ke langit dan mengucap syukur. Dan masalah besar itupun terselesaikan.

Ingat juga dengan apa yang terjadi pada perempuan yang sakit pendarahan itu? Dalam keadaan tubuh yang sangat lemah karena sakit selama dua belas tahun, mustahil baginya untuk menerobos kerumunan orang banyak itu dan mendatangi Yesus. Namun, yang dipikirkannya bukanlah,"Bagaimana saya bisa sampai ke sana? Yang memenuhi benaknya adalah, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Dengan kata lain, fokusnya bukan pada masalah yang sedang dihadapinya dan bagaimana strategi untuk memecahkannya. Fokusnya ada pada Yesus. Dan itulah yang membuatnya mendapatkan kesembuhan itu.

Saat ini kita siap memasuki tahun 1998. Tuhan menyatakan visi yang besar bagi jemaat ini. Kita akan membentangkan tenda tempat kediaman kita, memancangkan patok-patok kita, kita akan mengembang ke kiri dan ke kanan. Lebih dari sekadar hamba-Nya, Tuhan menetapkan kita untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Wow, luar biasa!

Akan tetapi, bisa jadi kita mulai berpikir, "Bagaimana strateginya? Kita lebih banyak membutuhkan pemimpin. Kita membutuhkan dana lebih banyak. Wah, berarti saya harus bekerja lebih keras. Saya harus banyak menginjil. Saya harus lebih baik dalam menggembalakan orang. Saya harus lebih banyak memberi. Lalu, bagaimana dengan kuliah saya? Bagaimana pekerjaan saya?"

Kalau hal itu yang memenuhi benak kita, berarti kita kehilangan inti dari visi yang Tuhan berikan. Hal-hal yang besar dan luar biasa itu akan terjadi bila, "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah" (Yesaya 11: 1), yaitu ketika "seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di bahunya, dan namanya disebut orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaan-Nya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini" (Yesaya 9: 5-6).

Dengan kata lain, visi itu akan terwujud bila Tuhan ditinggikan di tengah-tengah kita. Kecemburuan (dalam bahasa Inggrisnya: zeal, hasrat yang kuat) Tuhanlah yang akan melakukan hal ini. Kita, dengan demikian, harus memusatkan perhatian pada Yesus Kristus. Kenapa? "Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yohanes 1:16).

Ya, kita bukan membutuhkan strategi yang lebih canggih, melainkan kasih karunia-Nya lebih banyak lagi, anugerah-Nya lebih besar lagi. Dan untuk masuk ke dalam kasih karunia yang lebih besar, kita membutuhkan iman yang lebih besar (Roma 5:2). Dan, kembali, untuk membangkitkan iman pun kita harus memusatkan perhatian kita pada Yesus, "yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibrani 12:2).

Jadi? Apakah itu berarti kita tidak akan bekerja keras? Justru sebaliknya, kita akan bekerja semakin keras! Tetapi, bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, yang akan membuat kita letih lesu, jatuh dan tersandung, melainkan dengan masuk ke dalm anugerah-Nya. Seperti dikatakan Paulus, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" (1 Korintus 14:15). Anugerah membuat kita bekerja lebih keras, lebih giat! Apa beda antara kedua kerja keras ini? Itu kira-kira seperti perbedaan antara pergi dari Surabaya ke Amerika Serikat dengan berenang dan dengan naik pesawat terbang!

Grace, more grace - ya, lebih banyak anugerah - itulah yang kita butuhkan untuk memasuki tahun 1988. Selamat tahun baru! *** (28/12/1997)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1