Home | Renungan

Kebahagiaan dan Ketaatan

"Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan" (Mzm. 119:1). Alkitab menyebut orang yang hidup menurut Taurat Tuhan sebagai orang yang berbahagia. Berbahagia berarti diberkati, beruntung, patut dicemburui, patut diinginkan. Kalau sekarang orang akan menyebutnya kehidupan yang sukses.

Adapun hidup, dalam bahasa Inggris sering dinyatakan dengan kata to walk, berjalan. Alkitab antara lain menggambarkan kehidupan kita di dunia ini sebagai perjalanan. Jadi, berjalan mewakili kehidupan, gaya hidup dan perilaku kita. Kita akan berbahagia kalau kita berjalan atau hidup menurut Taurat Tuhan.

Kita dapat melihat apa yang terjadi dalam kehidupan Abraham. Sebelum menyatakan perjanjian-Nya, Tuhan berfirman kepada-Nya, "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela" (Kej. 17:1). Ini seperti kalimat perintah tunggal, namun dalam terjemahan Inggris diungkapkan sebagai kalimat majemuk, "Walk before me, and be thou perfect." 'Berjalanlah di hadapan-Ku dan hendaklah kamu sempurna.' Kalimat ini mengandung arti kausatif. Kalau kita berjalan di hadapan Tuhan (selalu menyadari keberadaan-Nya dan menuruti Taurat-Nya), kehidupan kita akan sempurna, tidak bercela, seperti dialami oleh Abraham.

Apakah yang menjadi pokok keberhasilan Abraham? Penulis Ibrani mencatat, "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui" (11:8). Kuncinya tidak lain adalah ketaatan, yaitu mendengarkan dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan. Ketika menyatakan perjanjian-Nya melalui Ishak, Tuhan mengingat ketaatan Abraham ini, "… Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan dan menaati suara-Ku, dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku" (Kej. 26:4-5, Amplified).

***

Sekarang ini, ketaatan bukanlah topik yang populer di dunia. Ketaatan juga bukan bahasan yang disenangi di gereja. Kita senang membicarakan berbagai hal, asalkan tidak usah menyinggung-nyinggung masalah hukum, undang-undang atau peraturan.

Kemungkinan besar salah satu sebab mengapa orang enggan membicarakan soal ketaatan, menurut Kenneth Hagin Jr., ialah karena pada masa yang lampau "ketaatan" itu memberikan konotasi yang negatif. Ketaatan selalu dikaitkan dengan ketentuan "Tidak boleh berbuat ini" dan "Tidak boleh melakukan itu." Namun, kalau kita mempelajari Alkitab secara cermat, ketaatan merupakan topik yang tertanam di dalam seluruh Firman Allah. (Kenneth Hagin Jr. membahas topik ketaatan ini dengan jelas dan praktis dalam bukunya Kehidupan yang Taat [Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil "IMMANUEL", 1995]. Silakan membacanya sendiri!)

Dari kesaksian-kesaksian yang tertulis dalam Alkitab, kita bisa melihat, hidup taat memang bukan suatu pilihan yang mudah. Dalam salah satu bagian Mazmur 119, Daud menulis, "Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; mereka telah merombak Taurat-Mu. Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua. Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci" (ay. 126-128).

Kita dapat dengan mudah menjumpai keadaan serupa itu saat ini. Orang-orang "telah merombak Taurat Tuhan," tidak mempedulikan agama, menentang hukum-hukum Tuhan. Terjemahan Aalkitab untuk ayat ini menggunakan kata yang kuat: merombak. Bahasa Ibraninya, parar, berarti melanggar, menyimpangkan, menggagalkan. Kata ini juga mengandung arti menghancurkan (dengan berbagai cara), membuang, membuat berhenti, mengalahkan, menjatuhkan, mengecewakan, mencairkan, memisahkan, menghilangkan pengaruhnya, membatalkan, melalaikan, membuat tidak berarti, meremehkan, menjadikan hampa. Itulah yang dilakukan orang yang merombak Taurat Tuhan terhadap hukum-hukum-Nya!

Akan ada waktunya bagi Tuhan untuk bertindak menghadapi semua pemberontakan itu. Namun dari pihak kita, melihat ketidaktaatan yang semakin merajalela di sekeliling kita, tidak jarang kita ajdi putus asa, "Ah, semua orang juga berbuat begitu." Namun di sini kita melihat bagaimana Daud justru memilih untuk menguatkan ketaatannya. "Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua. Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci." Ketidaktaatan yang merajalela justru membuatnya bertekad untuk semakin menaati Tuhan. Menghadapi tantangan arus yang kuat itulah Daud membulatkan hatinya, "Aku akan berpegang lebih erat pada perintah-perintah-Nya."

Kontras antara jalan ketaatan dan ketidaktaatan ini dapat dilihat, misalnya, dalam Amsal. Di sana banyak dikemukakan tentang jalan. Sebagai contoh nasihat ini, "Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak. Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus. Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung. Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu" (Ams. 4:10-13).

Bandingkan dengan peringatan berikut ini, "Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus. Karena mereka tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung; karena mereka makan roti kefasikan, dan minum anggur kelaliman" (Ams. 4:14-17).

Kesimpulannya? "Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung" (Ams. 4:18-19).

Jadi, akhirnya, "Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu" (Ams. 4:26). Jalan yang rata dapat melambangkan ketaatan yang simple, tidak berbelat-belit penuh pertimbangan, dan langsung dilakukan. Untuk taat, juga diperlukan konsistensi -- hendaklah tetap segala jalanmu. *** (16/02/1997)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1