Home | Renungan

Kenapa Komitmen?

Bisakah saya menjadi orang Kristen tanpa perlu komitmen di dalam suatu jemaat lokal?

Saged mawon. Itu kira-kira seperti mahasiswa yang tidak pernah kuliah; tentara yang tidak punya pasukan; lebah tanpa sarang; nelayan yang tidak punya perahu; anak yang tidak punya keluarga....

Lho, begitu terima Yesus, 'kan otomatis saya jadi anggota jemaat Allah yang universal, to? Kenapa mesti membeda-bedakan jemaat yang satu dengan yang lain?

Itu juga boleh-boleh saja. Tetapi (ada tetapinya, nih!), bagaimana komentar Anda bila ada orang yang ditanyai, "Anda anaknya siapa?" dan dia menjawab, "Saya bukan anak siapa-siapa. Tapi, yang jelas saya ini anggota keluarga besar umat manusia sealam semesta"? Dijamin Anda akan menyilangkan jari telunjuk ke dahi, atau setidaknya jatuh kasihan.

Dengan demikian, bagi setiap orang Kristen, menjadi bagian dari suatu jemaat lokal is a must. Itu memang hal yang sudah seharusnya, sudah sewajarnya, sebagaimana seorang bayi juga dilahirkan dalam suatu keluarga. Yang tidka begitu malah tidak normal. Alkitab pun menegaskan, menjadi anggota suatu jemaat lokal adalah kehendak Allah, bukan rekaan pendeta atau teolog. "Tetapi Allah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Kor. 12:18).

Sebenarnya, sifat dasar manusia sendiri sudah menunjukkan perlunya komitmen. Kita ini ditetapkan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas. No man is an island kata orang sono. Tidak ada orang yang bisa hidup dari dirinya sendiri, oleh dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri. Untuk bertumbuh menjadi (meminjam terminologi P4) "manusia seutuhnya," kita memerlukan hubungan dengan dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita.

Dalam kehidupan jemaat, melalui komitmen kita ingin mencapai tujuan yang lebih luhur daripada sekadar bertahan hidup. Komitmen mengandung makna pemberian diri, pengorbanan, kesepakatan, kesatuan, kesetiaan, mengasihi sesama seperti diri sendiri - elemen-elemen yang menentukan tercapainya tujuan tersebut. Komitmen bukanlah suatu topik yang mesi diperdebatkan, melainkan suatu tantangan yang mesti dijalani.

Mengingat makna komitmen itu, setidaknya ada tiga hal penting yang terjadi sewaktu kita berjalan dalam komitmen.

Pertama, komitmen membuahkan kehidupan. Bukankah di mana "saudara-saudara dia bersama dengan rukun…. ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya" (lih. Mzm. 133:1, 3)?

Kedua, komitmen membuahkan kekuatan. Sesuatu yang besar terjadi sewaktu orang percaya bersepakat! "Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga" (Mat. 18:19).

Ketiga, komitmen membuahkan pergerakan. Kita tidak akan dapat bergerak bersama-sama kalau kita tidak sepakat. "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji [sepakat/komitmen]? (Amos 3:3).

Sepanjang sejarah gereja, kita melihat bagaimana Allah melakukan hal-hal yang luar biasa melalui tokoh-tokoh iman yang luar biasa. Pada akhir zaman ini, kita percaya akan melihat pergerakan Allah yang jauh lebih dahsyat melalui jemaat yang bersatu dan berkomitmen.

"Dan Tuhan memperdengarkan suara-Nya di depan tentara-Nya. Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat. Betapa hebat dan sangat dahsyat hari Tuhan! Siapakah yang dapat menahannya?" (Yoel 2:11) *** (29/11/1998)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1