Home | Renungan

Tentang Kehilangan

Pertanyaan Petrus ini sampai sekarang terus berulang disampaikan oleh orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti Yesus. "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Ia telah meninggalkan keluarga, pekerjaan dan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus.

Ketika bertanya demikian, Petrus berlaku sebagai seorang Israel, seorang keturunan Abraham. Bagi orang Yahudi (dan tentunya juga bagi kita, orang-orang Timur), keluarga dan bangsa berarti identitas diri, penjagaan, keamanan, jaminan dan berkat, baik untuk masa kini maupun untuk masa depan. Jadi, Petrus bertanya bukan sekadar tentang apa yang akan ia peroleh kalau mengikuti Yesus; pertanyaan ini lebih membayangkan sebuah kegentaran. Kegentaran akan kehilangan.

Kehilangan. Banyak orang merasa takut ketika ia mulai menyadari konsekuensi mengikuti Yesus. Orang yang memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat akan menanggung risiko dianiaya. Mungkin ia ditolak oleh keluarga, kehilangan dukungan finansial dan emosional. Mungkin ia harus meninggalkan pergaulan dengan orang-orang tertentu. Kehilangan semacam ini memang jauh lebih perih daripada sekadar kehilangan harta milik.

Dan, Tuhan menghendaki korban semacam itu. Kebangunan rohani menuntut pengorbanan semacam itu. Bukan sekadar korban persembahan dari apa yang kita miliki, melainkan korban persembahan yang berasal dari "diri" kita sendiri. Sesuatu yang kita pandang paling berharga dalam hidup kita. Sama seperti ketika Israel dilanda kekeringan panjang (yang tidak hanya berlaku secara jasmani, namun juga secara rohani), Tuhan melalui Elia meminta mereka mencurahkan air ke atas mezbah yang baru didirikan. Air di tengah kemarau panjang tentulah berbicara tentang jaminan, rasa aman, sesuatu yang paling mahal. Namun, itulah yang harus dipersembahkan untuk melihat api Tuhan turun menyambar dari surga.

Kerajaan surga memang bukan sesuatu yang murahan. Tuhan Yesus sendiri menggambarkannya sebagai pearl of a great price, mutiara yang sangat mahal harganya. Untuk mendapatkannya, orang harus menjual segala harta miliknya.

Anda ingat lagunya Claire Cloninger dan Don Moen itu? "All that I am, all that I have, I lay them down before You, o Lord...." Itu bukan sekadar sebuah lagu yang manis. Itu sebuah tantangan! *** (10/08/1997)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1