Home | Renungan

A New Beginning

Tinggal di rumah Pak Eriel, saya senang naik ke "menara doa" di bagian atap, karena dari sana saya bisa memandang dengan leluasa ke segala penjuru kota Yogya. Di sebelah utara, Merapi tegak dengan anggun, didampingi dengan mesra oleh Merbabu di belakangnya. Deretan pegunungan yang lebih rendah berjajar mengepung sepanjang sisi barat, selatan dan timur.

Salah satu yang tidak pernah membosankan adalah menantikan matahari terbit di tengah udara subuh yang dingin segar. Peristiwa yang sebenarnya rutin, namun nyatanya selalu mengandung nuansa baru. Sang Seniman Agung tiap kali menampilkan lukisan yang berbeda di kanvas langit melengkung itu saat matahari mulai trontong-trontong, pelan-pelan menyemburat merah di ufuk timur.

Terang tanah. Hari baru. Kesegaran baru. Kehidupan dipulihkan kembali. Pengharapan dibangkitkan lagi.

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi; besar kesetiaan-Mu! -- Ratapan 3:22-23

Begitulah, kebaktian Minggu ini pun mengandung keisitimewaan dan kebaruan tersendiri. Distrik Barat, Distrik Selatan, Distrik Timur serta sebagian Distrik Kota dan sebagian Distrik Keluarga, melangkah dengan iman untuk merintis jemaat baru di lokasi lain kota ini.

Sebuah permulaan baru….

Apakah yang khas dalam sebuah permulaan baru? Kalau hendak diringkas dalam satu kata, kata itu adalah: KONSEKRASI.

Konsekrasi berarti dedikasi, pemisahan, pengudusan, persembahan, menjadi milik Tuhan, memberi dengan tangan terbuka.

Yosua dan angkatan baru orang Israel menguduskan diri sebelum mereka menyeberangi sungai Yordan. "Kuduskanlah dirimu, sebab besok Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu," kata Yosua kepada bangsa itu.

Menjelang kedatangan Tuhan Yesus, Yohanes Pembaptis menjalankan pelayanan konsekrasi bagi bangsa Israel. Ia menjadi nazir Allah, "ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya" (Lukas 1:16-17).

Perintisan jemaat ini juga merupakan sebuah tindak konsekrasi. Kita tahu, bahwa Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kita. Tuhan juga menghendaki, agar kita menyiapkan suatu umat yang layak bagi-Nya.

Secara khusus, Tuhan memberi kita visi untuk menjangkau dan melayani kaum muda. Pada waktu Tuhan menyatakan kuasa-Nya, pada saat kebangunan rohani melanda negeri, kaum muda inilah, seperti dikatakan dalam Mazmur 110:3 (NASB), yang akan merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan, tampil seperti embun dari kandungan fajar. Dengan kata lain, ini adalah angkatan kaum muda yang mengkonsekrasikan dirinya di hadapan Tuhan, anak-anak muda yang mempersembahkan seluruh hidup mereka dengan tangan terbuka kepada Tuhan. Sebuah generasi baru!

Karena itulah, dalam masa-masa awal perintisan ini, kita akan memfokuskan diri untuk mencari wajah Tuhan. Dalam 2 Tawarikh 7:14 dinyatakan, "(Bilamana) umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Lebih daripada sekadar kuasa dan mukjizat-Nya, karunia dan berkat-berkat-Nya, kita didorong untuk mencari wajah Tuhan: mengenal Dia, mengasihi Dia, bersekutu dengan-Nya dan menyenangkan hati-Nya.

Itulah kunci untuk melihat terjadinya pemulihan atas negeri ini. Itulah kunci untuk mengalami kebangunan rohani. Tuhan akan melakukan perbuatan ajaib di antara dan melalui para nazir-Nya, generasi baru yang menjadikan Tuhan sebagai bagian warisannya. *** (Juni 2000)

© 2004 Denmas Marto

Hosted by www.Geocities.ws

1