M a h a r
Keilmuan Margaluyu Pusat adalah warisan budaya yang harus lestari. Upaya pelestarian dilakukan
dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya bangsa Indonesia.
Sandungan utama dalam upaya pelestarian adalah pengutipan biaya pelatihan secara sistematis dalam
bentuk mahar. Sehingga mengakibatkan kemurnian penghayatan bisa rusak, karena tingkat sosial
mereka yang berlatih tidak pada taraf yang sama. Praktisnya mereka yang membayar mahar lebih besar,
akan mendapat perlakuan istimewa.
Pembebanan berupa Mahar secara psiklogis bisa menimbulkan diskriminasi perlakuan yang dapat
merusak keseimbangan dalam menghayati keilmuan. Pemberlakuan Mahar menurut Abah Andadinata
selaku pendiri Margaluyu Pusat merupakan tindakan yang tidak cerdas. Dan keluar dari konsep
keilmuan Margaluyu Pusat yaitu membangun manusia untuk dapat mencapai level kecerdasan spiritual /
inteligent spiritual.
Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat tidak mengutip pembayaran dari mereka yang berlatih. Meski
dengan istilah ala kadarnya / seikhlasnya Karena mereka yang berlatih bukanlah tambang emas.
Mulai dari pelatih pusat sampai asisten pelatih tidak mendapat honorarium atas jasa dan atau
kontribusi mereka dalam mensyiarkan keilmuan Margaluyu Pusat.
Motto Margaluyu Pusat:
“Kita tidak hidup dari Margaluyu, Sebaliknya Margaluyu
hidup dan lestari dari diri kita”.
Bentuk organisasi Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat adalah nirlaba. Dimana kemajuan geraknya
didukung dari kontrbusi dan dedikasi penghayat berupa komitmen yang disangga secara bersama-sama.
Dengan pengelolaan yang profesional dan efisien meski dengan dana yang minimal, organisasi tetap
berjalan lancar.
Menghormati jerih payah pelatih yang telah membimbing dengan pemberian sejumlah uang ala kadarnya
/ seikhlasnya untuk pribadi pelatih sudah terlanjur dianggap lazim.
Keterlanjuran semacam inilah justru bisa membuat citra Margaluyu Pusat menjadi turun, Karena
kadar kemampuan seseorang untuk memberikan apresiasi sangat berbeda. Kalaulah diri kita ingin
memberikan kontribusi, Berikanlah kontribusi kepada Margaluyu Pusat. Itulah apresiasi yang murni
untuk menghidupi Margaluyu. Bukan pemberian ala kadarnya / seikhlasnya terhadap pribadi kepada
pelatih.
Value/nilai keilmuan tidak bisa dipertukarkan dalam bentuk apapun. Bentuk pemberian ala kadarnya
atau seikhlasnya dari mereka yang berlatih kepada pelatihnya tidak cukup nilainya dibanding dengan
keilmuan yang telah diterima. Inilah konsep Kecerdasan spiritual (Inteligent Spiritual Quotient)
yang diterapkan oleh abah Andadinata. Kalau kita memahami konsep ini maka kita akan mengerti
bahwa yang namanya kecerdasan tidak bisa dipertukarkan dengan bentuk apapun.