(AQIDAH
AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)[1]
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim
al-Hamd
11.
Menjadi
Penyebab Hadirnya Pertolongan, Kemenangan dan Kemapanan
Semua
itu tidak mungkin terjadi kecuali pada orang-orang yang memiliki aqidah yang
benar. Merekalah orang-orang yang menang, selamat, dan mendapatkan pertolongan.
Sabda Rasulullah r,
لَا تَزَالُ
طَائِفَةٌ
مِنْ
أُمَّتِي
ظَاهِرِينَ
عَلَى
الْحَقِّ لَا
يَضُرُّهُمْ
مَنْ
خَذَلَهُمْ
حَتَّى
يَأْتِيَ
أَمْرُ اللَّهِ
وَهُمْ
كَذَلِكَ.
“Senantiasa
ada sekelompok orang dari umatku yang membela kebenaran. Mereka tidak
terpengaruh oleh orang yang melecehkan mereka. Sampai datang keputusan Allah,
sementara mereka seperti itu.” (HR.
Muslim, kitab Al-Imaroh, 3/1524).
Barangsiapa
menganut aqidah yang benar, maka Allah akan memuliakannya, Dan barangsiapa
meninggalkannya, maka Allah akan menistakannya. Hal itu karena penyimpangan
aqidah akan berdampak paling signifikan dalam merusak eksistensi umat,
memecah-belah kesatuannya, dan membuat musuh-musuh menguasai mereka.
Kemudian
umat yang melenceng dari aqidahnya yang benar dan menyimpang dari minhaj agamanya yang lurus, mereka tidak
lama lagi akan segera jatuh dari ketinggiannya, meluncur dari puncak
kejayaannya, dan mendekati titik nadir kehancuran dan kebinasaannya. Akibatnya,
ia ditimpa kekerdilan sesudah kebesaran, kemalasan sesudah kerja keras,
kehinaan sesudah kejayaan, kejatuhan sesudah ketinggian, kebodohan sesudah
pengetahuan, perpecahan sesudah persatuan, dan pengangguran sesudah keaktifan.
Hal
itu bisa diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah. Manakala umat Islam
menyimpang dari ajaran agamanya, maka terjadilah apa yang terjadi, sebagaimana
yang terjadi di
Apa
yang membuat
Peristiwa-peristiwa
itu disebabkan sejumlah faktor, namun yang terutama dan terpenting adalah
“penyimpangan aqidah”.
12.
Selamat
dan Sentosa
Karena
As-Sunnah adalah bahtera keselamatan. Maka barangsiapa berpegang teguh padanya,
niscaya akan selamat dan sentosa. Dan barangsiapa meninggalkannya, niscaya akan
tenggelam dan celaka.[3]
13.
Aqidah
Islam adalah Aqidah Persaudaraan dan Persatuan
Umat
Islam di berbagai belahan dunia tidak akan bersatu dan memiliki kalimat yang
sama kecuali dengan berpegang teguh pada aqidah mereka dan mengikuti aqidah
tersebut. Sebaliknya, mereka tidak akan berselisih dan berpecah belah melainkan
karena kejauhan mereka dari aqidah itu dan penyimpangan mereka dari jalannya.
Ini
adalah fakta yang diketahui dengan benar oleh musuh-musuh Islam pada masa lalu
dan pada masa kini. Karena itu, mereka telah –dan terus-menerus- melakukan
serangan dahsyat yang bertujuan melemahkan aqidah yang tertanam di dalam jiwa
umat Islam. Sehingga mereka akan dilanda perpecahan (friksi) di antara
sesamanya dan barisan mareka dipenuhi dengan perselisihan. Walhasil, mereka
akan mudah dikalahkan. Jihad maupun dakwah mereka pun akan mudah dipatahkan.
14.
Istimewa
Aqidah
Islam adalah aqidah yang istimewa, dan pemeluknya pun adalah orang-orang yang
istimewa. Karena, jalan mereka adalah lurus dan tujuan mereka jelas.
15.
Melindungi
Para Pemeluknya dari Tindakan Serampangan, Kekacauan dan Kehancuran
Karena,
manhajnya satu. Prinsipnya jelas, tetap, dan tidak berubah-ubah. Sehingga,
pemeluknya pun selamat dari tindakan mengikuti hawa nafsu dan tindakan
serampangan dalam membagi wala’ (loyalitas)
dan bara’ (berlepas
diri), cinta dan kebencian. Hal itu karena aqidah yang benar
memberinya tolok ukur yang detil dan tidak pernah salah. Walhasil, pemeluknya
pasti selamat dari cerai-berai, tersesat jalan, dan kehancuran. Mereka
mengetahui siapa yang harus dijadikan sebagai teman dan siapa yang harus
diposisikan sebagai musuh. Ia juga tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
16.
Memberikan
Ketenangan Jiwa dan Pikiran kepada
Tidak
ada kecemasan di dalam jiwa dan tidak ada kegalauan di dalam pikiran. Sebab,
aqidah ini bisa menyambungkan seorang mukmin dengan Penciptanya. Sehingga ia
merasa rela menjadikan-Nya sebagai Rabb Yang Maha Mengatur dan sebagai
Hakim Yang Maha Menetapkan hukum. Walhasil, hatinya merasa tenang dengan
ketentuan-Nya, dadanya lapang menerima keputusan-Nya, dan pikirannya terang
dengan mengenal-Nya.
17.
Selamat
Tujuan dan Tindakan
Pemeluk aqidah Islam selamat dari
penyimpangan di dalam beribadah kepada Allah, sehingga ia tidak pernah
menyembah dan berharap kepada selain Allah. Berbeda dengan para penganut aqidah
lainnya; sebagian dari mereka melakukan penyimpangan dalam masalah ibadah. Anda
bisa menemukan mereka menyembah kuburan dan menyampaikan kurban atau nadzar
kepadanya, seperti yang dilakukan oleh kaum Rafidlah dan kalangan sufi.
Di
kalangan sebagian aliran sesat dan paham yang destruktif, anda bisa menemukan
orang yang menyerahkan kepemimpinannya kepada setan dan mengikuti apa yang
dibisikkan setan kepada para pemimpin kekufuran dan para dedengkot kesesatan.
18.
Berpengaruh
terhadap Perilaku, Akhlak (Moralitas) dan Mu’amalah (Interaksi Sosial)
Aqidah
ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-hal tersebut. Karena,
manusia dikendalikan dan diarahkan oleh aqidah (ideologi) mereka.
Sesungguhnya
penyimpangan di dalam perilaku, akhlak, dan mu’amalah merupakan akibat dari
penyimpangan di dalam aqidah. Karena perilaku –pada ghalibnya- adalah buah dari
aqidah yang diyakini oleh seseorang dan efek dari agama yang dianutnya.
Aqidah
Islam memerintahkan kepada para penganutnya agar mengerjakan segala macam
kebajikan dan melarangnya dari segala macam keburukan. Ia memerintahkan berbuat
adil dan berjalan lurus, serta melarang berbuat zhalim dan menyimpang.
Hal
inilah yang –insya Allah- akan dipaparkan dengan jelas pada pembahasan tentang
karakteristik Ahli Sunnah wal Jama’ah.
19.
Mendorong
Para Pemeluknya untuk Bersikap Tegas dan Serius dalam Segala Hal
Di manapun ada peluang untuk mendapatkan
ilmu yang bermanfaat dan mengerjakan amal shalih, mereka selalu bergegas
mendatanginya dengan harapan mendapatkan pahala. Sebaliknya, di manapun ada peluang
dosa, mereka akan segera menjauhinya karena takut akan siksa. Walhasil, kondisi
masyarakat menjadi stabil karena salah satu pondasi aqidah adalah iman kepada
hari Kebangkitan dan balasan atas segala amal perbuatan.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan masing-masing orang memperoleh
derajat-derajat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan.” (QS.
Al-An’am: 132)
20.
Mengantarkan
kepada Pembentukan Umat yang Kuat
Umat (yang memeluk aqidah Islam) akan
mengorbankan apa saja untuk memperkokoh agamanya dan memperkuat pilar-pilarnya.
Mereka tidak mempedulikan apa pun yang menimpa mereka dalam rangka
memperjuangkan hal itu. Dan mereka tidak akan gentar menghadapi orang-orang
yang suka menteror maupun orang-orang yang suka melecehkan.
21.
Membangkitkan
Rasa Hormat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam Jiwa Orang Mukmin
Hal itu karena orang mukmin mengetahui bahwa
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hak, benar, petunjuk dan rahmat, sehingga di
dalam jiwanya terbangun rasa hormat kepada keduanya dan kesiapan untuk
mengamalkannya.
22.
Menyambungkan
Orang Mukmin dengan Generasi Salafush Shalih
Itulah hubungan yang sangat mulia, karena
kebaikan yang sepenuhnya baik adalah mengikuti dan menelusuri jejak mereka.
Maka tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair,
وَكُلُّ
خَيْرٍ فِيْ
اتِّبَاعِ
مَنْ سَلَفَ #
وَكُلُّ
شَرٍّ فِيْ
ابْتِدَاعِ
مَنْ خَلَفَ
Dan
segala keburukan ada di dalam pengada-adaan (bid’ah) kaum khalaf.
23.
Menjamin
Kehidupan yang Mulia bagi
Di bawah naungan aqidah Islam akan tercipta
keamanan dan kehidupan yang mulia. Hal itu karena ia berdiri di atas pondasi
iman kepada Allah dan kewajiban untuk mengkhususkan ibadah kepada Allah semata,
tanpa beribadah kepada yang lain. Tidak ada keraguan bahwa hal itu merupakan
faktor penyebab terciptanya keamanan, kebaikan, dan kebahagiaan di dunia dan
Akhirat. Sebab, keamanan adalah kawan seiring iman. Sehingga manakala iman
tidak ada, keamanan pun tidak ada.
Allah
Ta’ala berfirman,
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman, mereka
itulah yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.” (QS.
Al-An’am: 82)
Jadi,
orang-orang yang bertaqwa dan beriman memiliki keamanan dan petunjuk yang
sempurna di masa kini (dunia) dan di masa mendatang (Akhirat). Sedangkan
orang-orang yang suka berbuat syirik dan maksiat adalah orang-orang yang selalu
diliputi ketakutan. Mereka adalah orang yang paling pantas mendapatkannya.
Karena, mereka lah orang-orang yang setiap saat diancam dengan hukuman dan
siksaan.[4]
Dialihbahasakan dari Aqidah Ahli Sunnah wal
Jama’ah : Mafhumuha Khashaishuha wa
Khashaishu Ahliha karya Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim
oleh al-Allamah Ibnu Bazz rahimahullahu
[1] Lihat Dakwah At-Tauhid karya Al-Harras, hal.
252-257; Rasa’il fi Al-Aqidah karya Syaikh Muhammad bin Utsaimin, hal.
43-44; Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah, hal. 29-34; dan Wujub Luzum
Al-Jama’ah wa Tarki At-Tafarruq, DR. Jamal bin Ahmad bin Basyir Badi, hal.
286-287
[2] Lihat Dzammu Al-Furqah wa Al-Ikhtilaf di Al-Kitab
wa As-Sunnah, Syaikh Abdullah Al-Ghunaiman, hal. 15
[3] Lihat Naqdlu Al-Mathiq, Ibnu Taimiyah, hal.
48
[4] Lihat Fi Dhilli Asy-Syari’ah Al-Islamiyah
Yatahaqqaqu Al-Amnu wa Al-Hayat Al-Karimah li Al-Muslimin, Syaikh Abdul
Aziz bin Baz, hal. 306