Angin
Surga
Terminal
Musik Indonesia
Berita Duka(Overlijdens Bericht)
Broery Marantika Telah Pergi......................
Penyanyi kawakan, Broery Marantika(52),
meninggal dunia pada hari jumat(7/4/2000),pukul 07.15, di Rumah Sakit(RS)
Puri Cinere, Jakarta Selatan, setelah menderita stroke selama satu setengah
tahun.
Mengenai kapan jenazah Broery akan
dimakamkan, masih menunggu kedatangan istrinya, Wanda Irene Latuperissa(31)
yang tengah berada di Los Angeles, Amerika Serikat untuk tugas gereja.
Wanda diharapkan tiba di tanah air
hari sabtu/minggu ini. Sementara adik-adik almarhum tidak berada di Jakarta.
Mereka ada yang di Bandung atau sedang pergi ke Vietnam. Almarhum mininggalkan
dua anak, Indonesia Pesulima Putra(9) dan Nablia Methanya Pesulima Putri(8).
Keduanya saat ini duduk di bangku Sekolah Dasar Pangudi Luhur. Broery mendapatkan
serangan Stroke yang pertama pada tanggal 23 September 1998, setelah jogging
bersama istrinya. Ia kemudian
dibawa ke RS Puri Cinere dan menjalani
perawatan selama 1,5 bulan karena pembuluh darah otak sebelah kirinyapecah.
Setelah stroke pertama, dia mengalami kemajuan dan mengadakan kesaksian-kesaksian.
Rekan Broery, penyanyi Bob Tutupoli, yang berada di kamar jenazah RS Puri
Cinere menuturkan, "Setelah sembuh dari stroke, istrinya menelpon saya
dan minta supaya saya mendampingi Broery untuk memberikan kesaksian. Itu
luar biasa. Dia bisa walaupun kadang-kadang
di tengah dia lupa. Untuk ke atas
panggung, dia naiknya setengah mati, turunnya juga setengah mati. Namun
dia bisa menyanyi."
Tak lama setelah sembuh, 14 mei 1999,
ketika Broery membawakan lagu di gereja, ia mendapatkan
serangan stroke yang kedua. Kali
ini ganti pembuluh darah otak sebelah kanannya yang pecah.
"Setelah stroke yang kedua, tubuhnya
sudah tidak berfungsi normal hingga dia meninggal dunia. Kita katakan puji
Tuhan. Sekarang dia ada di tangan Tuhan..........,"kata Bob Tutupoli.
"Saya kebetulan sore kemarin(6/4),
menelpon. Saya tidak tahu apa yang menggerakkan saya. Saya bicara sama
mertuanya dan anaknya. Saya dapat kabar dia masih biasa saja. Malahan mertuanya
bilang, dia sudah agak gemuk. Sejak Mei 1999 sampai meninggalnya Broery
sudah tidak bisa bicara
dan lebih sering berbaring di atas
tempat tidur" tutur Bob Tutupoli.
"Menjelang pagi, napasnya satu-satu.
Lalu sekitar pukul 06.00, mereka membawanya ke rumah sakit dan di tangani
di unit gawat darurat. Namun pukul 07.15, dia sudah menghembus napas terakhir
kali, dia sudah pergi," tambah Bob Tutupoly.
Membicarakan Perjalanan Musik Indonesia
menjadi kurang lengkap jika tidak memasukkan nama Broery didalamnya. Namanya
berkibar sebagai penyanyi yang bukan sekadar membawakan sebuah lagu lalu
dilupakan pendengarnya. Justru di bidang ini, Broery ibarat "pendekar"yang
telah tiba pada suatu tahapan tertentu, dan hanya mungkin dicapai melalui
latihan, ketekunan, serta pergulatan dalam tahun-tahun yang panjang.
Broery sudah membuktikan bahwa dirinya
bisa tabah menjalani tahun-tahun yang terus bergulir itu.
Broery dikenal sebagai entertainer:
menyanyi sekaligus menghibur pendengar setianya. Gayanya sangat khas, tampil
sebagai sosoknya sendiri, dan penuh dengan improvisasi ketika melantunkan
sebuah lagu. Maka, ingatlah kita pada tahun-tahun 1970an ketika nama Broery
melambung lewat lagu-lagu seperti Angin Malam atau Mimpi Sedih.
Sebagai pribadi, banyak yang mengatakan
bahwa dia tergolong sulit. Dia susah diatur, demikian pernah diungkapkan
sahabat dekatnya, Enteng Tanamal. Pria yang di lahirkan di Ambon, 25 juni
1948, ini merupakan anak tertua dari empat bersaudara dari pasangan Gys
Pesulima-Welmintje Marantika. Ketiga adiknya laki2 semua: Hanky Pesulima,
Fredrick Johan Pesulima, dan Helmy Pesulima. Nama asli Broery sebenarnya
Simon Domingus. Simon nama kakak ibunya dan Domingus
adalah nama kakak ayahnya.
"Dalam bahasa Ambon, kakak itu Broer.
Kebetulan pula saya kakak tertua. Jadi, saya pakai saja nama Broery. Sedangkan
embel-embel di belakang nama beberapa kali berganti," kata Broery dalam
wawancara dengan Kompas beberapa tahun lalu.
Menurut Bob Tutupoli, Broery menamatkan
SMPnya di Ambon. Namun, ketika SMA, Broery sudah berada di Jakarta. Tahun
1964, Broery pernah ikut pemilihan penyanyi di RRI Ambon.
"Setelah tahun1965, dia di PSKD.
Awalnya di mulai main dengan grup Remy Leimena. Kemudian, mereka nyanyi
di antara mahasiswa, khususnya GMKI(Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia)Nah,
di
situ dia mulai menonjol. Dia mulai
rekaman sekitar tahun 1968-1969. Setelah itu, dia naik cepat sekali.Suaranya
khas. Dia bisa membuat lagu apa pun sebagai lagu dia, karena improvisasinya
luar
biasa, sampai orang terheran-heran,
karena apa yang ditampilkannya di luar kebiasaan yang ada,"ucap Bob Tutupoli.
Mengenai kemampuannya berimprovisasi,
Broery pernah menyatakan, "Saya suka Nat King Cole dan penyanyi kulit hitam
lainnya. Saya banyak terpengaruh mereka. Saya dengar tentang mereka dari
membaca buku. Lalu saya tahu bahwa mereka kaum tertindas, datang dari Afrika
ke Amerika. Mereka tidak bisa bikin apa-apa, selain bekerja. Untuk membuat
diri mereka tidak capai, jenuh atau takut, mereka menyanyi.
Nyanyian yang mereka keluarkan itu
dari jiwa, bukan hanya dari otak ke mulut. Karena itu musik mereka de sebut
Soul
(jiwa).
Mereka percaya, jika menyanyi dengan keras, mungkin Tuhan mendengar penderitaan
mereka. Maka, berteriaklah mereka. Teriakan itu tidak sama, tidak beraturan.
Kadang-kadang seperti tertawa, tetapi dengan air mata mengalir, itulah
improvisasi"
Sejak start pertama, saya sudah berimprovisasi.
Sebab, bagi saya, itulah nyanyi. Seperti penyanyi hitam, kita harus pakai
jiwa, bukan sekedar pakai otak, menghafal. Saya paling enggak suka menghafal.
Saya menyanyi pakai jiwa. Itu sebabnya, sehabis rekaman, saya sering lupa
apa yang saya nyanyikan, karena saya tidak terlalu mengandalkan ingatan,
lebih kepada luapan jiwa tadi," kata Broery Suatu Kali.
Sederet penghargaan pernah diraihnya
dalam dunia olah vokal. Di ajang Jakarta Music Festival, November 1991,
Broery menyabet empat kategori penghargaan dari enam yang di sediakan melalui
lagu Once There was a Love. Hasil
komposisi Broery dengan lirik Ian Rod Thompson itu diaransir oleh Luli
Widharmadi dan diproduksi Dimas Wahab.
Keempat penghargaan yang disabet
itu adalah Best Video Clip, Best Sound Track, Best Composition dan Best
Producer yang meraih Grand Prize Mitsubishi Audio Visual Special Award.
Broery kemudian juga mengikuti Festival Penyanyi Internasional di Kansas,
Amerika 30 oktober 1992. Terdorong keinginan untuk Go International,
ia pun pernah melempar album Dalam Gelora Cinta yang di rekam di
London, Inggris.
Album ini anda bisa mendapatkan lewat
Angin Surga, Terminal Musik Indonesia yang ikut berduka cita atas kepergian
Penyanyi Emas Mulia Indonesia, Broery Marantika- Pesulima. Dibawah ini
adalah album paling terakhir dari Broery Marantika dengan judul
Album Pamitan.
Info: Kompas 8 april 2000
Home