MEMBUAT
TULISAN FEATURE
Oleh : Solihin
Nah, setelah kamu tahu apa itu feature, sekarang kita masuk
ke teknik membuat tulisan berjenis feature ini. Sebetulnya
hampir sama dengan teknik menulis artikel lainnya, hanya saja
dalma menulis feature kita dituntut untuk lebih menyentuh
dan memberikan nuansa lain dari sekadar sebuah berita. Itu
sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan
untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar
belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan,
menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap
sesuatu yang belum tersiar sebagai berita.
Sobat muda muslim, yang
perlu mendapat perhatian dalam penulisan feature ini, adalah
lead yang menarik (kita kan pernah belajar ya? Coba deh tengok
lagi tip yang ke-12). Nah, lead dalam feature inilah yang
sepertinya penting, meski bukan pokok memang. Bahkan jangan
lupa, selain lead, kamu juga kudu membuat tubuh dan endingnya
dari tulisan tersebut. Sangat boleh jadi ending
sebuah feature sama pentingnya dengan lead. Jadi kudu menarik
dan menggoda pembaca. Misalnya memberikan kesimpulan atau
mungkin ada celetukan atau sindiran yang menggoda
pembaca. Di sinilah editor biasanya paling pusing untuk memotong
tulisan jenis feature, nggak gampang lho. Sama sulitnya dengan
mengobrak-abrik naskah cerpen. Kenapa? Karena
semua bagian dalam feature itu penting. Itu saja.
Nah, harus diakui bahwa
yang terpenting dalam pembuatan tulisan berjenis feature ini
adalah lead. Kekuatannya ada di sana. Lead ibarat pembuka
jalan. Jadi kudu benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran
pembaca untuk terus membaca. Sebab, gagal dalam menuliskan
lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca. Nah, gagal berarti
kehilangan daya pikat. Itu sebabnya, penulis feature kudu
pinter betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan
terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu. Memang
sih, nggak ada teori yang baku tentang menulis lead sebuah
feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan.
Saya modifikasi dari perkembangan yang saya lihat di berbagai
media massa dan sedikit teori umum tentang itu. Namun, sebagai
garis besar beberapa contoh lead bisa disebutkan sebagai berikut:
Lead Ringkasan:
Lead ini hampir mirip
dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah inti ceritanya.
Banyak penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang.
Misal: Usia tua bukan halangan bagi Bu Maryam untuk tetap
bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah kita. Ia, dengan
semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah
seperti yang lain. Dan seterusnya.... Pembaca sudah bisa menebak,
yang mau ditulis adalah penjual makanan bernama Bu Maryam
yang sudah tua.
Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu
suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.
Misal: Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu.
Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus
kemudian ia memberi komando untuk menyerang lawannya dari
sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar
kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu ketakutan menyaksikan drama
itu... Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature
itu bercerita tentang maraknya tawuran pelajar yang selama
ini selalu bikin resah.
Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan
gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian.
Penulis yang hendak menulis profil seseorang, biasanya seneng
banget bikin lead kayak begini. Misal: Sesekali wanita tua
itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya,
ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah
sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski
banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya,
Bu Maryam tak pernah ambil pusing, Mungkin dia tidak
punya uang, katanya suatu saat..... dst....Pembaca mudah
terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat
kisah Bu Maryam yang bak pelangi.
Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa
ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya
wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat,
dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal: Untuk apa
mereka berjihad ke Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya
pendaftaran relawan untuk berjihad ke Irak, menyusul invasi
AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20 Maret
lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut
bahkan ada yang pejabat yang mengatakan konyol
terhadap rencana tersebut...dst....Pembaca kemudian disuguhi
feature tentang rencana relawan yang akan berjihad ke Irak.
Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim,
bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya
baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.
Misal:
Hancurkan Amerika!
Tangkap Bush!
Bush Teroris!
Tegakkan Khilafah
Hancurkan demokrasi!
Teriakan itu bersahut-sahutan
dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang
invasi AS dan sekutunya ke Irak .... dst.... Pembaca akan
disuguhi feature tentang tuntutan para pengunjuk rasa tersebut.
Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi
langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata Anda
atau Saudara (bisa juga Kamu). Pembaca sengaja
dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak
terlibat pada persoalan. Misal: Kamu jangan bangga dulu punya
HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya seabrek,
boleh jadi kamu buta tentang teknologi telgam ini dst....
Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik
jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya.
Dan tidak klise. Misal: Saya akan terus berjuang sampai
titik darah yang penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung
derita karena dijajah Israel, kata seorang pemuda Palestina
dengan lantangnya saat membakar bendera Israel di Tepi Barat
dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina
itu... dan seterusnya. Pembaca kemudian digiring pada kisah
perjuangan rakyat Palestina.
Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari
beberapa jenis lead tadi. Misal: Saya tak pernah merasa
gentar menghadapi serbuan AS dan sekutunya kata Saddam
Husein dalam pidato yang berapi-api itu. Ia tetap tersenyum
cerah dan melambai-lambaikan tangannya di hadapan ribuan rakyat
Irak di sela-sela pidatonya itu.... Ini gabungan lead kutipan
dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Coba ya...
Nah, setelah kita membuat
lead, jangan lupa membuat isinya, yakni yang disebut dengan
Batang Tubuh. Lead yang menarik, tentu kudu didukung
dengan batang tubuh yang oke juga. Tapi yang jelas fokus cerita
jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan
kalimat sederhana dan pendek-pendek (lihat tip ke-8, Hindari
Kalimat Raksasa). Terus deskripsi, baik untuk suasana
maupun orang (profil) mutlak untuk pemanis sebuah feature.
Kalau dalam berita, cukup
ditulis begini: Bu Maryam penjual makanan yang sabar di kantin
sekolah kita. Paling hanya dijelas kan sedikit soal Bu Maryam.
Tapi dalam feature, kamu dituntut lebih banyak. Profil lengkap
Bu Maryam diperlukan, agar orang bisa membayangkan. Tapi tak
bisa dijejal kayak begini: Bu Maryam, penjual makanan di kantin
sekolah kita, yang sudah tua dan menjanda, umurnya 50 tahun,
anaknya 6, rumahnya di Tanah Abang, tetap sabar. Walah, itu
mah kurang greget atuh. He..he..
Kamu kudu memecah data-data
itu. Misalnya, alenia pertama cukup ditulis: Bu Maryam, 50
tahun, penjual yang sabar. Lalu jelaskan tentang contoh kesabarannya.
Bu Maryam yang sudah tua tak kenal lelah berjualan, untuk
menghidupi keenam anaknya yang sebagian masih berusia remaja.
Di bagian lain bisa ditulis: Demi anak-anak, saya rela
membanting tulang kerja keras kata wanita yang ditinggal
mati suaminya 10 tahun lalu dan kini tinggal di sebuah rumah
di kawasan Tanah Abang. Dan seterusnya.
Anekdot perlu juga untuk
sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin
ya? Jadi nggak menarik nantinya. Kutipan ucapan juga penting,
agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase. Nah, detil
penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak.
Misalnya, Bis itu masuk jurang dengan kedalaman 15 meter lebih
40 centi 8 melimeter..., apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar
15 meter.
Beda dengan yang ini:
Gol kemenangan Juventus dicetak Pavel Nedved pada menit ke
44, ini penting. Sebab nggak bisa disebut sekitar menit ke
45. Kenapa? Karena menit 45 sudah setengah main. Dalam olahraga
sepakbola, menit ke 41 beda jauh dengan menit ke 35. Bahkan
dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24
detik. Belum lagi ngitung waktu dalam arena balapan F1, seper
sekian detik juga akan diperhitungkan. Tul nggak?
Oya, kecanggihan
lead dan batang tubuh nggak bakalan sempurna kalo nggak ada
ending (penutup). Kalo dalam berita malah tidak
ada penutup. Untuk feature paling nggak ada empat jenis penutup.
Pertama, penutup Ringkasan. Sifatnya merangkum
kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke
intro awal atau lead. Kedua, penutup Penyengat.
Jadi, membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga.
Misalnya, menulis feature tentang gembong pelaku curanmor
yang berhasil ditangkap setelah melakukan perlawanan. Kisah
sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas polisi sudah
datang, dan sang penjahat itu pun sudah menghuni sel tahanan.
Tapi, ending feature adalah: Esok harinya, penjahat itu telah
kabur kembali. He..he..he..
Ketiga, penutup Klimak.
Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis.
Jadi penyelesaiannya jelas. Keempat, penutup Tanpa Penyelesaian.
Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis
agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi
bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada
kelanjutan, tapi tak pasti kapan. Misalnya: Entah sampai kapan
perang AS-Irak ini akan berakhir.
Yup, ini sekilas aja tentang
teknik penulisan feature. Kamu bisa mencari ide untuk bahan
penulisan dari kehidupan sehari-hari, berita aktual, kehidupan
seseorang, dan peristiwa lainnya. Sebab, yang terpenting ada
newspeg, alias cantelan berita, karena feature bukan fiksi.
Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Banyak hal
yang bisa ditulis dengan gaya feature. Buat menambah wawasan
dan mengasah keterampilanmu, seringlah membaca tulisan orang
lain dengan gaya penulisan feature. Pelajari, dan buatlah
dengan gaya bahasamu. Sip kan? Ditanggung antimanyun deh.
Selamat mempraktikkan[]
(Sumber
: Bengkel
Cerpen Annida)
|